Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 1 Ranjang.
"Apa aku keterlaluan," batinnya tiba-tiba yang terus menatap foto tersebut.
Nasya yang tiba-tiba mengingat semua perkataan Malika, bahwa dia begitu sangat keterlaluan sekali jika masih melibatkan Radit di dalam pernikahannya.
"Apa dia juga melakukan hal yang sama? Jelas iya. Dia dan kekasihnya waktu itu akan menikah dan sekarang dia menikah denganku. Lalu apa kekasihnya merelakan saja dia menikah denganku atau mereka berdua memiliki kesepakatan?"
"Nasya kenapa kau harus memikirkan semua itu terlalu jauh. Nasya jika kau memang menginginkan hidupnya untuk menembus semua yang terjadi. Please sekarang jangan terlalu lemah. Jika benar-benar sudah menginginkan semua ini berakhir, maka kau juga harus memutuskannya dan jangan membuatmu justru menjadi bimbang dan tidak tahu harus berbuat apa,"
"Apa yang aku inginkan akhirnya tidak terjadi juga dan justru aku yang merasa terjerat dalam semua ini, aku yang justru tidak memiliki kebebasan dan justru dia bisa melakukan apapun yang dia mau. Lalu untuk apa melanjutkan semua ini. Nasya tidak apa-apa jika kau harus mengakhirinya,"
Nasya yang sudah mulai menyadari bahwa dia sekarang berubah, iya bukan seperti Nasya yang pertama kali dinikahi Nathan yang penuh pemberontakan dan ada saja tingkahnya.
Nasya yang sekarang jauh lebih baik dan sangat patuh pada Nathan dan mungkin karena Nathan memang memperlakukannya dengan sangat baik dan bahkan apa yang dikhawatirkan Nasya tidak terjadi. Nasya juga melihat sosok lain dari Nathan yang begitu sangat baik dan sangat agamis.
Tidak ada maksud untuk mencari tahu, tetapi semua itu seakan ditunjukkan kepada Nasya jika orang yang dia jerat adalah pria yang baik. Wajah cantik itu bahkan seketika seperti merasa bersalah dengan semua yang telah dia lakukan.
Nasya yang menatap foto Radit bersama dengan dirinya, wajahnya sudah tidak terlihat sedih lagi seperti awal-awal yang hanya melihat foto itu bisa membuat air matanya jatuh.
Nasya tiba-tiba saja mengganti wallpapernya dengan wallpaper yang ada di ponselnya yang bergambar senja. Entah kenapa Nasya melakukan semua itu dan mungkinkah dia pelan-pelan sudah move on dari Radit dan menerima takdirnya jika Radit memang sudah berbeda alam dengannya.
Nasya yang juga membuka galeri ponselnya, tangannya secara pelan-pelan yang menghapus satu persatu foto Radit yang berada di ponselnya. Dia dan Radit berteman sejak SMA sampai akhirnya mereka memutuskan untuk jauh lebih dekat lagi 2 tahun yang lalu dengan tujuan untuk serius.
Sangat banyak sekali kenangan dia bersama Radit di ponsel tersebut dengan berbagai cerita. Tetapi entah sudah berapa foto yang Nasya hapus dan sepertinya dia sangat santai melakukan semua itu tanpa ada beban sama sekali.
Tangannya yang terus bergerak sembari matanya yang perlahan memejam dan bahkan terbuka kembali. Nasya terlihat begitu mengantuk sekali tetapi tangannya masih tetap melanjutkan hal itu sampai Nasya yang akhirnya memejamkan mata dengan tangan yang masih memegang ponsel tersebut.
Baru beberapa menit Nasya tertidur dan mobil Nathan sudah kembali ke halaman rumah. Nathan yang keluar dari mobilnya sembari menelepon.
"Kau jangan bermain-main padaku. Jangan kau pikir aku takut padamu!" tegas Nathan dengan penuh penekanan berbicara pada orang yang ada di telpon tersebut.
Wajah Nathan juga terlihat memerah yang seperti ada amarah yang memuncak.
"Kau hanya berurusan dengan ku dan jangan kau libatkan siapa-siapa. Jangan jadi pengecut!" tegas Nathan yang semakin emosi dan bahkan ada suaranya sedikit keras.
Nathan mematikan telepon tersebut dengan hembusan nafas berat dia memijat kepala yang terasa berat dan tiba-tiba matanya menoleh ke arah Nasya yang melihat Nasya yang sudah tertidur di sana dengan kepala yang sedikit terangkat.
Nathan membuang nafasnya perlahan ke depan dan melangkah menghampiri Nasya. Mata Nathan melihat ponsel yang masih menyala itu yang mungkin karena jari Nasya masih berada di layar ponsel tersebut.
Nathan melihat photo yang ingin dihapus. Karena ketiduran jadi Nasya tidak sempat memencet tombol delete. Jadi pekerjaan itu masih tanggung.
Nathan mengambil ponsel Nasya dan terlihat membatalkan yang ternyata yang ingin dihapus istrinya itu adalah foto-foto Radit. Nathan juga melihat bagian pengaturan tempat sampah untuk melihat foto-foto yang dihapus Nasya sebelumnya karena pasti masih bisa dilihat.
Nathan men scroll ke bawah yang ternyata sudah begitu banyak sekali bahkan puluhan foto yang sudah terhapus. Mata Nathan menatap bingung ke arah Nasya yang masih tertidur yang entah kenapa tiba-tiba Nasya harus menghapus foto-foto mantan kekasihnya.
"Kenapa dia melakukannya? Dan bukankah dia sangat mencintai kekasihnya?" batin Nathan.
Nathan yang tidak berpikir lagi yang mematikan ponsel itu dan sedikit membungkuk yang lengannya berada di bawah lutut Nasya yang menggendong Nasya ala bridal style.
Nathan membawa istrinya itu memasuki kamar dengan membaringkan begitu sangat hati-hati. Wajah Nathan dan Nasya begitu berdekatan sekali dengan posisi tubuh Nathan membungkuk.
Dengan perlahan mata Nasya terbuka. Dia tidak bereaksi apa-apa sama sekali atau bahkan tidak kaget dan langsung menghindar seperti biasanya. Mata indah yang sayu itu malah saling menatap dengan Nathan dengan jarak yang sangat dekat.
Mungkin Nasya sangat lega yang akhirnya laki-laki yang dia tunggu pulang juga. Ingin sekali mulutnya bertanya ke mana laki-laki atau pergi dan Kenapa pulang semalam ini.
Nathan beberapa kali menelan salivanya dengan mata berkeliling melihat wajah istrinya itu yang sudah sering sekali dilihat secara dekat.
J-geeerrr.
Suara petir yang terdengar kuat membuat Nasya spontan langsung memeluk Nathan dengan tubuhnya yang sedikit terangkat, tangannya begitu erat memeluk tubuh pria tersebut yang membuat Nathan diam terpaku.
Nasya memejamkan mata yang terlihat begitu sangat ketakutan sekali dan entahlah apakah dia sadar bahwa sekarang apa yang dilakukannya atau justru dia tidak sadar karena sudah sangat takut sekali.
Hujan deras yang seketika turun. Jendela kamar Nasya yang belum tertutup membuat gorden berwarna putih menari-nari karena tiupan angin yang sangat kuat dan bahkan angin itu mampu menusuk kulit tubuh Nasya yang semakin mengeratkan pelukannya.
"Biarkan aku menutup jendela sebentar," ucap Nathan dengan suara yang sangat lembut membuat mata Nasya perlahan terbuka dan perlahan juga dia melepaskan pelukan itu yang baru menyadari apa yang telah dia lakukan.
Nasya sedikit gugup saat berhadapan dengan Nathan, bahkan memalingkan wajahnya yang langsung memerah. Nathan berdiri tegak menuju jendela yang menutup semua jendela agar angin tidak masuk, tetapi tetap saja suara petir itu terdengar begitu kencang dan bahkan cahayanya juga masih terlihat dari dalam kamar.
Setelah Nathan melakukan semua itu yang kembali menoleh ke arah Nasya dan terlihat Nasya tampak ketakutan sekali, wajah memerah itu tidak bisa bohong ekspresi takut yang terpancar di wajahnya. Nasya juga tampak saling menggenggam erat tangannya.
Nathan yang sudah kembali berdiri di dekat Nasya.
"Kamu takut petir?" tanya Nathan. Nasya menganggukkan kepala.
"Kembalilah tidur. Aku akan tetap ada di sini dan tidak akan terjadi apapun," ucap Nathan dengan suara yang terdengar begitu lembut yang mampu memenangkan hati.
Nasya menurut karena sepertinya memang sangat membutuhkan Nathan. Nasya yang kembali merebahkan dirinya di atas tempat tidur dan Nathan bahkan menyelimutinya sampai dadanya.
Nathan terlihat melangkah yang membuat Nasya memperhatikan langkah itu dan betapa terkejutnya Nasya saat Nathan yang ternyata memilih berbaring di samping Nasya.
Bersambung.....