Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33
Heru yang mendengar perkataan eric, seketika marah. sebab dia tidak ingin dewi, pergi dari rumahnya.
Jika dewi pergi, maka dia harus mencari asisten rumah tangga, untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah.
Begitu pun dengan Retno, yang merasakan hal sama seperti Heru. sebab jika dewi pergi, maka siapa yang akan melakukan pekerjaan rumah, karena dia sama sekali tidak ingin melakukannya.
"Aku tidak mengizinkan mu pergi, dewi." sela Heru, tegas. Kini tatapannya beralih pada eric, yang menatapnya tajam.
"Dan kamu eric, jangan pernah berpikir untuk membawa mertua mu, dari sini. Karena aku tidak akan membiarkan itu terjadi." ucapnya penuh penekanan.
"Dengar itu eric." sela Retno menatap sinis, kini tatapannya beralih pada zhafira. "Dan kamu zhafira, sudah kami bilang, jika ibu tidak akan ikut bersama kalian. Jadi lebih baik sekarang, kalian yang pergi dari sini." ujar Retno, berdiri dan mengusir zhafira dan eric.
Zhafira mengepalkan tangan dan menatap tajam Retno. "Kenapa bi? Kenapa ibu tidak boleh ikut bersama ku? Aku anaknya, dan aku ingin ibu tinggal bersama kami. Jadi berhenti menghalangi ibu, untuk pergi bersamaku." ujarnya,penuh penekanan.
Dewi pun segera menghampiri zhafira, yang mulai tersulut emosi. "Fira sabar, nak. Jangan bersikap seperti ini. Bagaimana pun juga dia bibi mu, sayang." ucap dewi menenangkan.
Zhafira pun menatap dewi, dengan mata yang berkaca-kaca. "Bu aku mohon ikutlah bersama ku.... " ucapnya lirih.
Dewi melihat ke arah Heru dan Retno, yang menatapnya tajam.
"Baiklah, ibu akan ikut bersama mu, fira."
Zhafira tersenyum senang, saat mendengar keputusan ibunya yang akan ikut bersamanya.
Namun tidak untuk Heru dan Retno, yang sangat tidak Terima dengan keputusan dewi yang akan ikut dengan zhafira.
"Tidak bisa !" teriak heru marah. "Kamu tidak boleh pergi dewi." Menatap tajam dewi.
"Maaf ayah, sudah aku putuskan, jika aku akan tinggal bersama putri ku. Mungkin sudah saatnya, aku pergi dari rumah ini." ucap dewi, tenang.
Heru mengeraskan rahangnya, marah pada dewi yang sudah berani melawannya.
Dewi pun akhirnya, memutuskan untuk membereskan semua pakaiannya. dia tidak memperdulikan lagi, sikap heru yang terlihat marah besar kepadanya.
Zhafira mengikuti dewi, untuk membantunya membereskan semua barang-barangnya.
Di ruangan itu tinggal eric seorang diri, yang terlihat santai saat melihat tatapan dari keluarga heru.
Namun tidak ada satu pun dari mereka yang berani membuka suara. apalagi kini mereka melihat tatapan tajam dan dingin, dari seorang eric yang seakan ingin membunuh.
Tak lama kemudian, zhafira dan dewi pun datang kembali.
Dapat mereka lihat, jika zhafira membawakan tas berukuran besar milik dewi.
Heru menatap tajam dewi dan zhafira. "Apa kamu tidak mendengarkan perkataan ku, dewi!" ujar heru membentak.
"Maaf ayah, aku sudah putuskan akan tinggal bersama zhafira. Jadi aku harap, ayah dapat menerima keputusan ku ini." Dewi menatap Heru, dengan penuh permohonan.
Heru tidak menyahuti lagi ucapan dewi. sebenarnya dia tetap tidak rela, jika dewi meninggalkannya.
Selama ini orang yang selalu merawatnya, tentu dewi. bahkan orang yang selalu menjaganya dan menjamin semua kebutuhannya, tentu dewi juga.
Maka di saat dewi memutuskan untuk pergi, Heru merasa tidak rela.
"Ayah. Aku pamit dulu." ucap dewi menghampiri Heru.
Heru terdiam, bahkan dia enggan mengulurkan tangannya untuk di salimi dewi.
Melihat hal itu, membuat dewi menghela nafas. dia kini menatap Retno, yang menatapnya sinis.
"Retno, mbak titip ayah. Jaga dia baik-baik. Pastikan ayah meminum obatnya secara teratur." ujar dewi memberitahu.
Retno mendengus kesal. " Sudah tahu punya orang tua sakit, malah pergi. Eh... mbak! Harusnya mbak mikir. Mbak itu anak tertua di sini, yang harusnya ngurus bapak. Bukannya malah pergi. "ucapnya membentak.
Dewi tersenyum getir, saat mendengar perkataan retno yang seakan dirinya saat ini bersalah.
" Bude... aku mohon jangan pergi." Kinan yang sejak tadi terdiam, kini ikut mencegah agar dewi tidak pergi. "Kalau bude pergi, nanti siapa yang akan buatkan minuman kesukaan aku." sambung Kinan, dengan nada suara manja.
Dewi tersenyum. "Kinan sudah saatnya, kamu harus bisa melakukan semuanya sendiri. Mulai sekarang kamu harus belajar mengurus semuanya. Termasuk, mengurus kebutuhan suami mu." ujar dewi menasehati.
Kinan tampak cemberut, saat mendengar perkataan dewi yang sedang menasehatinya. dia sebenarnya tidak rela jika dewi pergi, sebab semua yang menjadi tanggung jawabnya, dewi lah yang selalu melakukannya.
"Sudahlah sayang. Biarkan bude pergi. Bagaimana pun juga Fira anaknya, sudah seharusnya bude tinggal bersamanya." Dirlan mengusap lembut punggung Kinan, memberikan ketenangan.
Kini tatapan dirlan pun beralih kepada zhafira. "Kalau boleh tahu, kalian tinggal di mana Fira? " tanya dirlan lembut.
Saat zhafira hendak menjawab, eric terlebih dulu membuka suara.
"Kamu tidak perlu tahu, kami tinggal di mana. Sebab nanti juga kamu akan tahu sendiri." sahut eric dengan nada dingin.
Dirlan mendengus kesal, rencananya mendapatkan alamat rumah zhafira gagal. dia menatap tajam eric, yang sepertinya menyadari rencananya.
Melihat keadaan di ruangan itu menegang, zhafira pun memutuskan untuk segera pergi dari sana.
"Kakek, bibi, Kinan dan... dirlan. Kami pamit dulu. Assalamu'alaikum." ucap zhafira, mengangguk sopan.
"Ayah, aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik." Dewi menatap Heru,yang sama sekali tidak menatapnya.
Mereka semua tidak ada, yang menyahuti ucapan zhafira, kecuali dirlan.
Dia tersenyum lembut, saat zhafira menyebut namanya. bahkan hanya dirlan saja, yang menjawab salam zhafira.
Eric mendengus kesal, saat melihat mantan kekasih istrinya itu, seperti masih menyimpan rasa pada zhafira. sebelum pergi, eric pun melayangkan tatapan tajam pada dirlan, yang tak lepas menatap kepergian zhafira.
"Mas dirlan! " Tegur Kinan kesal, saat melihat dirlan begitu lekat menatap zhafira.
Dirlan pun tersentak. "Em.. iya sayang."ucapnya, tersenyum.
"Kamu pasti lihat zhafira, kan. Awas aja kalau kamu sampai macam-macam, mas." sahut Kinan mengancam.
Dirlan pun hanya diam, saat melihat Kinan yang terlihat sudah marah.
Retno pun menatap tajam pada mereka berdua, yang sedang meributkan hal menurutnya tidak penting.
Mereka pun kini kembali memperhatikan kepergian zhafira, eric dan dewi. sebelum mereka benar-benar pergi, heru pun membuka suaranya lagi.
"Dewi... ingat kata-kata ku ini. Sampai kapan pun kamu tidak akan pernah bahagia tinggal di sana. Dan jangan pernah mencari ku lagi, jika nantinya anak dan menantu mu itu tidak memperhatikan mu. Mulai hari ini, kamu bukan lagi anak ku." ucap heru lantang dan penuh penekanan.
Seketika dewi menghentikan langkahnya, hatinya sakit saat mendengar perkataan, yang tak pantas keluar dari mulut seorang ayah kepada anaknya.
Zhafira menggenggam kuat tangan dewi, hatinya pun sakit saat melihat ibunya, di perlakukan seperti itu.
Mereka terus melangkahkan kaki, hingga akhirnya sampai di depan mobil eric.
Tak menunggu lama eric pun, melajukan mobilnya meninggalkan rumah heru.
Di dalam hati eric, dia merasakan hal yang sama seperti zhafira dan dewi. maka dari itu eric bersumpah, akan membuat keluarga itu menyesali semua perbuatan mereka, pada istri dan ibu mertuanya.