Alan adalah CEO tampan dan kaya, karena trauma dia membenci wanita. Untuk mendapati penerus, dia memilih nikah kontrak dengan Azalea, dan begitu ia melahirkan, pernikahan mereka berakhir.
Patah hati karena pria dingin itu, Azalea melahirkan anak kembar dan membawa salah satu anak jauh dari Alan tanpa sepengetahuannya.
Lima tahun kemudian, kedua putra Azalea secara tidak sengaja bertemu di rumah sakit. Saat itu, satu anak dalam keadaan sehat dan satu lagi sakit parah. Azalea yang malang diam-diam menukar identitas kedua putranya agar putranya yang sakit dapat diselamatkan.
Akankah rahasia identitas itu terungkap?
Akankah ia terjerat lagi dengan Alan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lekci juga anak mama kan?
Cklek!
"Ayo, masuklah." Ajak Azalea setelah membuka pintu rumahnya.
Alexix masuk dengan ragu-ragu, dia menatap rumah sederhana milik Azalea. Bahkan, tidak bisa di katakan rumah. Hanya ada ruang tamu dan satu kamar tidur. Bahkan, kamar Alexix lima kali lipat lebih besar dari rumah sang mama.
"Ini ... lumah?" Tanya Alexix dengan raut wajah polosnya.
Azalea terkekeh, dia menarik Alexix untuk masuk dan kembali menutup pintu. Dia membawa Alexix untuk duduk di karpet di depan sebuah tumpukan pakaian yang belum dirinya lipat.
"Maaf, rumah mama kecil dan berantakan yah? tidak seperti kamar Alexix yang besar," ujar Azalea.
"Iya, kecil kali. Macih gedean kamal mandi di kamal Lekci." Jawabnya dengan polos.
Azalea tersenyum, dia mengusap rambut milik Alexix yang sama persisi seperti Elouise. Baru berpisah sebentar saja, Azalea sudah merindukan putranya itu.
"Maaf yah Alexix, ini hanya sementara saja. Sampai adik kamu sembuh, setelah adikmu sembuh. Mama akan kembali menukar kalian," ujar Azalea dengan tatapan sendu.
Mendengarnya, Alexix merengut sebal. Dia merasa hanya sebagai alat agar adiknya sembuh, sementara perasaannya tak Azalea pikirkan.
"Lekci anak mama kan? kenapa mama mau balikin Lekci cama papa?!" Kesal Alexix.
"Lexi, dengar. Alexix sudah menjadi hak milik papa, mama tidak bisa mengambil Alexix. Papa tidak tahu mengenai Elouise, jika dia tahu. Mama tidak akan bisa bertemu lagi dengan Elouise. Alexix lah yang bisa bantu mama sekarang ini nak. Lexix paham kan." Azalea menyentuh rahang putranya dan mengelusnya lembut.
Alexix menepis tangan Azalea, netranya menatap Azalea dengan tatapan berkaca-kaca.
"Kenapa kalian nda cama-cama aja? Kenapa El dan Lekci halus telpisah. Mama bica balik cama papa, kenapa halus cucah cembunyi! Lekci juga mau mama, bukan El caja!" Pekik Alexix.
Azalea menghela nafas pelan, hatinya merasa tersentil dengan pengakuan putranya. Bagaimana dia menjelaskan pada putranya? Apakah dia harus bercerita tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Alan? Alexix masih kecil, dia belum mengerti tentang permasalahan orang dewasa.
"Alexix, mama dan papa tidak bisa bersama lagi. Bahkan, papa tidak tahu kehadiran Elouise. Mama membawanya pergi setelah melahirkan kalian."
Alexix tetap diam, dia enggan menatap Azalea. Dia kesal, papa nya selalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara Mama nya seperti tak menginginkannya.
"Kenapa mama nda bawa Lekci? Kenapa mama bawa Elouise?" Tanya Alexix dengan suara bergetar.
Hati ibu mana yang tak sakit saat mendengar anaknya berkata demikian? Posisi Azalea berada dalam kesulitan, dia ingin ada salah satu putranya bersamanya. Dengan egois, dia membawa salah satunya pergi. Namun, di karenakan dirinya tak memiliki harta seperti Alan. Membuatnya terpaksa menukar posisi mereka agar penyakit Eloise bisa di tangani.
"Mama ... mama mau bawa Lexi, tapi papa larang mama. Papa yang bawa Lexi dari mama," ujar Azalea dengan suara bergetar.
"Papa bawa Lekci dari mama?" Tanya Alexi dengan kening mengerut.
Azalea menggangguk, dia meraih Alexi dan mendudukkannya di pangkuannya. Dia lalu, mengecup rambut putranya dengan sayang.
"Sekarang, Lexi ada sama mama. Jadi, Lexi bisa puasin waktu Lexi sama mama. Hm?"
Alexi akhirnya luluh, dia berbalik dan memeluk leher Azalea. Dia menghirup aroma tubuh sang ibu yang sangat membuatnya candu.
"Lexi mau ketemu mama, tapi papa lalang Lekci. Papa telus malah kalau Lekci tanya mama." Lirih Alexi.
"Jangankan untuk bertemu sayang, bahkan papa mu mengusir mama dari kehidupan kalian." Batin Azalea.
.
.
.
Pagi ini adalah hari pertama Elouise bertukar tempat dengan Alexi. Bocah pintar itu terbangun dari tidurnya, dia menatap kamar Alexix yang sementara ini akan menjadi kamarnya. Tiba-tiba , Elouise kangen dengan Azalea. Biasanya setiap pagi Azalea akan membangunkannya dan mencium pipinya.
Cklek!
"Kau sudah bangun? tumben sekali? biasanya papa harus menggendongmu masuk ke dalam bathtub agar kamu bangun." Alan datang menghampiri putranya, dia duduk di tepi kasur sembari memandangi wajah putranya.
"El mau mandi." Cicit Elouise, dia keceplosan memanggil dirinya dengan sebutan El.
"El? Lexi, namamu Alexix. Kenapa menjadi El?" Bingung Alan.
Elouise terkesiap, dia memutar otak untuk mencari jawaban atas kebingungan papa nya.
"Em ... bebek! bebek Lekci mau mandi baleng Lekci!" Seru Elouise.
"Ooh, yasudah. Ayo, papa temani mandi." Ajak Alan.
Alan meraih Elouise dalam gendongannya, tetapi saat akan memasuki kamar mandi. Alan baru mengingat sesuatu.
"Bebek? Lexi tidak mempunyai mainan itu kan? Bahkan dia sangat phobia dengan bebek." Batin Alan.
Alan segera menepis pemikirannya, dia membantu putranya melepas pakaian dan menaruhnya di bathtub. Kemudian, dia mengisi air hangat agar putranya tidak kedinginan.
"Papa." panggil Elouise dengan nada pelan.
"Ya? kenapa dengan suaramu? apa tenggorokan mu kemasukan sesuatu? biasanya kamu selalu ngegas kalau berbicara pada papa." Heran Alan.
Elouise menggaruk pipinya, dia tidak tahu seperti apa Alexix. Yang dia tahu, Alexix sangat cerewet.
"Lekci mau mandi cendli, papa kelual cana." Usir Elouise.
"Tumben? Bisanya kamu manja sekali, papa harus menontonmu bermain air. Jika tidak, kamu akan berteriak dan membuat heboh seisi rumah."
Elouise sangat kesal, lagi-lagi Alan mengomentari tingkahnya yang berbeda dengan Alexix.
"KELUAL AJA CIH! KECEL KALI LOH LACANA!! NDA MANDI-MANDI JADINA INI!!" Seru Elouise dengan nafas memburu.
Alan melongo, bisa-bisa nya putranya berubah dalam waktu yang singkat. Karena tak ingin berdebat, Alan pun keluar dari kamar mandi.
"TUTUP PINTUNA!! JANAN INTIP!" Seru Elouise.
Alan menutup pintu itu, lalu dia menatap tempat tidur yang tampak masih rapih. Seprainya masih terpasang pada tempatnya, bahkan tak ada bantal yang berhamburan. Sedangkan kebiasaan Alexix, putranya jika tidur mengacaukan segalanya. Bahkan, bisa jadi saat terbangun putranya sudah berada di lantai bersama seprai dan selimutnya.
"Apa dia berubah menjadi anak yang rajin? Sangat luar biasa." Gumam Alan.
Selang beberapa menit, Elouise keluar dengan bathrobe yang ia ambil dari gantungan handuk. Netranya menyipit kala melihat Alan yang duduk di tepi ranjangnya.
"Papa ngapain?" Tanya Elouise.
"Oh? kamu sudah mandi? Kemarilah! papa bantu ganti perbanmu." Seketika, mata Elouise terbelalak lebar.
"Nanti papa tahu kalau El nda ada luka, gimana ini." Batin Elouise.
"Hei! kenapa bengong? Ayo sini!" Panggil Alan.
Terpaksa, Elouise datang mendekati Alan. Papa nya meraih tubuhnya dan mendudukkannya di sebelahnya. Saat sang papa akan menyentuh kasa yang berada di keningnya, Elouise bergegas menjauh.
"Kata doktelna bukana dua hali lagi! bial lukana cepet cembuh! janan di buka!" Seru Elouise.
"Haaah," terdengar helaan nafas dari Alan. "Alexix jangan mencoba menghindar. Ini tidak akan sakit, papa hanya memberikannya obat saja." Bujuk Alan.
"Tidak mau! Biar Lekci caja! Papa bica kelual!" Elak Elouise.
"Alexix, jika kamu membantah papa akan membawamu kembali ke rumah sakit!" Ancam Alan.
Elouise menggeleng, dia bergegas turun dari tempat tidur. Saat Alan akan mengejarnya, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia segera mengangkat panggilan tersebut.
"Ya halo? Ada apa Kendrick?" Tanya Alan.
"Tuan! kau harus segera ke kantor sekarang juga! Aku mendapatkan sebuah informasi tentang siapa pendonor darah tuan kecil."
"Apa? siapa?" Tanya Alan.
"Mantan istri anda, Nona Azalea."
"APA?! KENAPA DIA BISA ADA DI KOTA INI?!" Tangan Alan terkepal kuat, matanya menyorot tajam ke depan.
BRAK!!
Alan membanting ponselnya, matanya menajam dan rahangnya mengeras. Kedua tangannya terkepal kuat hingga kuku jarinya memutih. Bahkan, Elouise ketakutan hingga bersembunyi di sela-sela lemari.
"Apa tujuannya kembali ke kota ini? Apa dia ingin mengusikku? tidak akan aku biarkan hal itu terjadi!" Gumam Alan.
____
calandra bukan? terus yang jadi king atau kakak diva itu siapa?