NovelToon NovelToon
Pawang Sang Tuan Muda Impoten

Pawang Sang Tuan Muda Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:19.6k
Nilai: 5
Nama Author: Senja

Enzio Alexander Pratama, pria 28 tahun dengan kekayaan dan status yang membuat iri banyak orang, ternyata menyimpan rahasia kelam—ia impoten.

Sebuah kecelakaan tragis di masa lalu merampas kehidupan normalnya, dan kini, tuntutan kedua orangtuanya untuk segera menikah membuat lelaki itu semakin tertekan.

Di tengah kebencian Enzio terhadap gadis-gadis miskin yang dianggapnya kampungan, muncul lah sosok Anna seorang anak pelayan yang berpenampilan dekil, ceroboh, dan jauh dari kata elegan.

Namun, kehadirannya yang tak terduga berhasil menggoyahkan tembok dingin yang dibangun Enzio apalagi setelah tahu kalau Anna adalah bagian dari masa lalunya dulu.

Bahkan, Anna adalah satu-satunya yang mampu membangkitkan gairah yang lama hilang dalam dirinya.

Apakah ini hanya kebetulan, atau takdir tengah memainkan perannya? Ketika ego, harga diri, dan cinta bertabrakan, mampukah Enzio menerima kenyataan bahwa cinta sejati sering kali datang dari tempat yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. Tiga

Anna duduk di ruang keluarga bersama Kania. Wajahnya pucat dan tubuhnya terlihat sedikit kurus, namun senyum hangat Kania yang menyambutnya memberi rasa nyaman yang telah lama hilang.

Setelah mendengar cerita panjang Anna tentang kehidupannya selama beberapa tahun terakhir, hati Kania terasa hancur.

“Sayang, mari kita ke meja makan,” ajak Kania, menatap Anna dengan penuh kasih sayang. “Kamu pasti lapar.”

Anna mengangguk perlahan, meski hatinya masih merasa ragu.

Ketika mereka duduk di meja makan, Kania terus memperhatikan Anna.

Setiap gerakan kecilnya, setiap sorot matanya, semuanya membuat Kania bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada putri angkatnya ini selama mereka berpisah.

“Kamu terlihat sangat kurus, Anna. Apa yang sebenarnya terjadi padamu selama ini?” tanya Kania.

Anna menundukkan kepala, sedikit canggung. “Nyonya, saya tidak pantas diperlakukan seperti ini,” katanya dengan suara pelan. “Saya hanyalah seorang pelayan. Tidak seharusnya saya duduk di meja ini.”

Kania menggeleng.

“Anna, bagiku kamu tetap putriku. Tidak peduli siapa kamu atau di mana kamu dibesarkan, perasaan itu tidak pernah berubah.”

Mata Anna mulai berkaca-kaca. Sejak kecil, Kania selalu memperlakukannya dengan tulus. Rasa hangat itu kini kembali mengisi hatinya.

“Terima kasih, Nyonya. Saya tidak tahu harus berkata apa.”

“Kamu tidak perlu berkata apa-apa,” jawab Kania dengan senyuman lembut. “Yang aku mau hanyalah kamu tetap tinggal di sini, Anna. Bersama kami.”

Namun, kata-kata itu justru membuat Anna merasa serba salah. Ia memberanikan diri menggenggam tangan Kania.

“Tapi, Nyonya, saya hanya datang untuk menggantikan ibu saya. Saya tidak tahu apakah ini keputusan yang benar.”

Kania mengelus tangan Anna. “Keputusanmu benar, sayang. Tinggallah di sini. Kalau kamu merasa harus menggantikan Ibu Sumi, aku tidak akan memaksamu untuk tidak bekerja. Tapi dimataku, kamu lebih dari itu.”

Anna terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau begitu, saya punya satu permintaan, Nyonya.”

“Permintaan?” Kania mengernyit, penasaran.

Anna mengangguk. “Tolong, sembunyikan identitas saya dari Tuan Enzio. Saya tidak ingin dia tahu siapa saya.”

Kania terkejut, tetapi tidak langsung menjawab.

“Apa Nyonya keberatan?” tanya Anna.

“Kenapa, Anna? Bukankah kamu sangat menyayangi Enzio? Enzio pasti senang melihatmu, Nak.”

Anna tersenyum pahit. “Dulu, mungkin. Tapi sekarang, saya yakin dia sudah melupakan saya. Lagi pula, saya tidak ingin mengganggu kehidupannya.”

Kania terdiam sejenak, memikirkan permintaan Anna. “Kalau begitu, bagaimana dengan suamiku? Apakah aku harus merahasiakannya juga darinya?”

Anna menggeleng. “Tidak apa-apa kalau Tuan Adrian tahu, asal Tuan Enzio tidak mengetahuinya.”

Setelah berpikir cukup lama, Kania akhirnya mengangguk. “Baiklah. Aku akan menghormati keinginanmu, Anna. Tapi aku berharap suatu hari nanti, kamu bisa jujur padanya.”

Anna tersenyum kecil, hatinya merasa lega. “Terima kasih, Nyonya Kania. Saya sangat menghargainya.”

“Bisakah kamu memanggilku mama, Nak?” pinta Kania dengan mata berkaca-kaca.

“Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak bisa.” Anna bukan lagi putri angkatnya, akan sangat tidak sopan jika Anna memanggil Kania dengans sebutan mama.

**

**

Sore menjelang.

Anna sedang menyiram bunga di halaman depan ketika Hana menghampirinya sambil membawa sebuah seragam untuknya.

“Anna, ini seragam mu. Mulai besok kamu harus memakainya,” kata Hana sambil tersenyum ramah.

Anna menerima seragam itu. “Terima kasih, Mbak Hana. Saya akan memakainya besok.”

Hana menatap Anna dengan serius. “Jangan lupa, ya. Kalau kamu bertemu Tuan Enzio hari ini dengan penampilan seperti ini, dia bisa marah besar. Kamu tidak ingin dipecat, kan?”

Anna mengangguk patuh. “Saya mengerti. Terima kasih sudah mengingatkan.”

Hana pergi, meninggalkan Anna yang kembali sibuk dengan tugasnya. Sambil menyiram bunga, Anna berpikir tentang Enzio.

“Kenapa dia jadi membenci orang miskin dan berpakaian lusuh?” pikirnya.

Sebuah mobil hitam berhenti di depan halaman rumah.

Anna masih melanjutkan tugasnya, tidak menyadari bahwa seseorang di dalam mobil itu sedang memperhatikannya.

Dari dalam mobil, Enzio melihat seorang gadis berdiri membelakanginya dengan rambut yang di kuncir dua. Wajahnya tampak penasaran.

“Siapa dia? Aku baru melihatnya,” tanyanya pada Leon.

Leon mengangkat bahu. “Saya juga tidak tahu, Tuan.”

Enzio mengernyit, tetapi tidak berkata apa-apa lagi. Ia keluar dari mobil, berjalan melewati Anna tanpa meliriknya sama sekali.

Enzio terlalu lelah setelah seharian bekerja dan hanya ingin segera beristirahat.

**

**

Di ruang makan, Kania memanggil Enzio, untuk duduk bersama. Adrian, sudah menunggu dengan wajah serius.

“Mau sampai kapan kamu berpacaran dengan Viona? Papa ingin kalian segera menikah,” ucap Adrian.

Enzio menatap ayahnya dengan wajah datar.

“Apa kamu mendengar ucapan Papa, Zio?” Kania mengusap lengan putranya.

“Hmm,” gumam Enzio, tidak ingin berdebat. “Baiklah. Aku akan menikahi Viona secepatnya, seperti yang Papa inginkan.”

Setelah mengatakan itu, Enzio bangkit dari kursinya dan meninggalkan ruangan tanpa berkata apa-apa lagi.

Kania tersenyum, sementara Adrian masih terlihat kesal.

“Harusnya kamu lebih tegas padanya, sayang. Usianya sudah 28 tahun. Dia tidak bisa terus menunda-nunda untuk menikah.”

“Dia pasti akan menikah, Mas. Jangan terlalu memaksanya.” kata Kania, mencoba menenangkan suaminya.

“Dia sudah dewasa, Kania. Kalau tidak ingin menikah, kenapa dia memacari Viona? Aku tidak mau membuat ayah Viona kecewa.”

Kania memilih diam, tidak ingin memperpanjang perdebatan. Dalam hatinya, mungkin Enzio memiliki alasan sendiri, meskipun ia tidak pernah mengungkapkannya.

**

**

Malam sudah larut, dan sebagian besar penghuni rumah telah tertidur.

Anna masih sibuk membereskan dapur ketika Hana mendekatinya dengan secangkir kopi panas di atas nampan.

“Anna, tolong antarkan kopi ini ke kamar Tuan Enzio,” kata Hana, menyerahkan nampan itu kepadanya.

Anna langsung menggeleng. “Tidak, Mbak Hana. Kenapa harus saya? Bukankah masih ada pelayan lain?”

“Mereka semua sudah tidur. Hanya kamu yang belum.”

Anna menggigit bibir bawahnya, merasa ragu. Bayangan bertemu dengan Enzio membuat hatinya tak tenang.

“Tapi, mungkin Tuan Enzio tidak mau dilayani oleh saya.”

“Jangan banyak berpikir, Anna,” balas Hana dengan nada lebih tegas. “Keburu kopinya dingin.”

Anna terdiam, lalu menghela nafas panjang. Akhirnya, ia mengangguk. “Baiklah. Saya antarkan,” gumamnya, meski hati kecilnya berontak.

Dengan langkah berat, Anna membawa nampan berisi secangkir kopi menuju kamar Enzio. Tangannya berkeringat, sementara pikirannya dipenuhi kekhawatiran.

Anna berdiri di depan sebuah pintu.

“Apa ini kamarnya?” gumamnya pelan, memastikan dirinya tidak salah tujuan. Ia mengetuk pintu dengan lembut.

“Tuan, saya membawakan kopi anda,” ucapnya dengan nada sopan.

Hening.

Tidak ada jawaban dari dalam. Anna mengetuk pintu lagi, kali ini sedikit lebih keras. Namun, setelah beberapa detik berlalu, tetap tidak ada jawaban.

“Sebenarnya dia minta kopi atau tidak, sih? Apa dia sengaja mengerjai pelayan malam-malam begini?” gerutu Anna pelan. Ia mulai merasa kesal.

Tiba-tiba, suara berat terdengar dari dalam kamar. “Masuk!”

Anna terkejut, hampir menjatuhkan nampan di tangannya.

Anna mendengus. “Dasar menyebalkan! Dia tetap sama seperti Enzio yang dulu,” gumamnya, mengingat sikap Enzio yang selalu seenaknya sejak mereka kecil.

Dengan hati-hati, Anna membuka pintu dan melangkah masuk. Kamar itu bernuansa gelap dengan pencahayaan yang minim, hanya diterangi oleh lampu meja yang redup.

Anna berjalan perlahan menuju sofa yang ada di sudut ruangan. “Saya letakkan kopinya di sini, Tuan,” katanya sambil meletakkan nampan dengan hati-hati.

Saat Anna berbalik untuk keluar, suara berat Enzio membuat langkahnya terhenti.

“Siapa yang menyuruhmu keluar?”

Suara itu membuat bulu kuduk Anna meremang. Ia berdiri membeku, tidak berani menoleh. Langkah kaki Enzio terdengar mendekat, membuat jantung Anna berdebar semakin kencang.

“Mampus! Kenapa dia malah ke sini?” batin Anna panik.

1
kyo
semoga aja kejahatan viola terbongkar
Ani Basiati
lanjut
millie ❣
Ana bener3 munafik deh klo loe emank suka knp kalian g berjuang sih ehmmmm 😏😏
SenjaKala: Malu kak mau ngomong kali😂
total 1 replies
Opi Sofiyanti
ok kta liat apa yg akn terjadi....
Opi Sofiyanti: jgn kelamaan mikir nya... 😂😂😂
SenjaKala: Tak mikir dlu😆
total 4 replies
partini
jangan tunangan dong
yg atu lagi up ya Thor
SenjaKala: Malam ya kak insya allah🤭
total 1 replies
☠Fi⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄ🚘
sayang ya tokoh utama seperti anna kakinya sakit
SenjaKala: Hehe iya kak,
total 1 replies
Eva Karmita
maaf otor mau nanya kakeknya Anna masih hidup KH ?? maklum aku agak lupa habis lama ngk up kn 😁😁
SenjaKala: Udah almarhum, Mak. mungkin nanti pras yang nongol
total 1 replies
jenny
waduuuhhh... laras minta enaknya doank
Eni Susilowati
lanjut terus lebih panjang nulisnya agar lebih seru membacanya
SenjaKala: Siap kak selalu panjang kok kayak.... 😂
total 1 replies
Opi Sofiyanti
eeuuuhhh atuh ada bahan anna di manfaatin nenek sihir kl gtu mah... 😒😒
Opi Sofiyanti: tp kl keburu zio yg ambil anna, Anna aman kyknya...
SenjaKala: Kita lihat anna mencla mencle nggak nanti🤭
total 2 replies
kyo
lanjut thor, makin seru
SenjaKala: Siap kak
total 1 replies
Eva Karmita
jangan katakan Anna mau ngalah nanti dari Viona dan nyerahkan Zio untuk ulat nangka ya otor
Eva Karmita: semoga saja aamiin 🤲🤲😅
SenjaKala: 😂😂 sebenernya nasib Viona nanti bakalan lebih ngenes mak🤣
total 4 replies
Opi Sofiyanti
knp hrs duluan ketemu ama nenek sihir atu ini kak???
Opi Sofiyanti: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
SenjaKala: Kalau nanti² kelamaan kak, aku sat set
total 2 replies
Yuliana Tunru
apa laras tak.bisa bertanya siapa anna atw lbh ramah sedikit tp sudah lah smoga jgn ada kisah mengemis pengakuan anna kelak yaa
SenjaKala: Galak dia emang kak dr awal juga😅
total 1 replies
Eva Karmita
beri alasan yang tepat supaya Anna bisa menunggu mu Zio jgn cuma ngomong cinta tapi tak da usaha dan bukti 🥺 didepan ortu mu kamu cuma diam tapi dibelakang kamu ngejar Anna sampai ugal"an 😩🤦🏻‍♀️ bukan cuma Anna aku pun bingung jadi bimbang dan ragu sama perasaan mu 😤 Anna butuh bukti bukan janji Zio jadi please tunjukkan keseriusan mu dan kesungguhan hati mu jgn plen plan macam anak TK 😩😤

kasih vote buat babang Zio biar dia semangat ngejar cinta Anna 😍🥰❤️
SenjaKala: 😍 siap mak
🤭
total 1 replies
kyo
Lumayan
kyo
Luar biasa
Eva Karmita
Zio jgn cuma ngomong di hati tapi emak" butuh bukti ayolah tunjukkan keseriusan mu jgn sampai kamu menyesal Anna nikah sama Arman
jenny
1 kata : Nyesek!!
SenjaKala: Siap kk
jenny: pokoknya kak author harus tanggungjawab bikin mereka bahagia, looo
total 3 replies
Eni Susilowati
ditungguh kelanjutannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!