Judul Novel SEKAR
Sekar sangat penasaran, siapakah orang tua kandungnya, kenapa dia dibesarkan oleh keluarga Wawan. Dikeluarga Wawan Sekar sudah terbiasa menerima cacian, makian bahkan pukulan, segala hinaan dan KDRT sudah menjadi makanannya setiap hari, namun Sekar tetap bertahan, dia ingin tahu siapa orang tua kandungnya, kenapa dia dibuang
Sekar dijemput Cyndi untuk diajak bekerja di Jakarta, dia curiga bahwa kedua orang tua angkatnya menjualnya untuk dijadikan wanita panggilan. Sekar tidak berdaya menolaknya, disamping dia berhutang budi kepada keluarga Wawan dia juga diancam. Tapi Sekar agak merasa tenang, semalam dia bermimpi bertemu Kakek Buyutnya yang bernama Arya, Kakek Arya memberi sebuah Cincin dan Kalung ajaib, benda-benda tersebutlah yang akan membantu Sekar dikemudian hari
Bagaimana kisah Sekar selanjutnya, nasib apakah yang akan menimpanya, Adakah orang yang akan menolong Sekar keluar dari sindikat penculiknya. ikuti kisah Sekar yang mengharukan dan menegangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nek Antin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Burhan dan Toni Berkhianat
Alek masih belum bisa melacak keberadaan Toni.
Sampai sekarang Andika belum melepaskan Toni, Toni masih hidup atau Andika sudah menghabisinya.
“Sebaiknya saya akan menanyakan langsung di mana keberadaan Toni kepada Andika."
Alek pergi mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor Andika PT. Trias Patrika.
Alek hanya seorang diri, dia tidak mau membuat Andika tidak nyaman jika dia membawa anak buahnya.
Dengan santai Alek mengemudikan mobilnya menuju kantor Andika.
Sesampainya di PT. Trias Patrika Alek langsung menuju ke meja resepsionis.
“Selamat pagi Tuan, ada yang bisa kami bantu?”
“Saya mau ketemu dengan tuan Andika."
“Apakah Tuan sudah ada janji?”
“Belum."
“Tuan Andika biasanya tidak mau menerima tamu kalau belum ada janji ketemu Tuan."
“Boleh dicoba Nona telepon beliau kalau Alek teman lamanya ingin bertemu, beliau sudah datang kan?”
“Sudah Tuan, saya coba ya, kalau beliau belum berkenan silahkan Tuan membuat janji ketemu."
“Ok, terima kasih."
Kemudian resepsionis tersebut menelpon Andika.
Setelah beberapa kali telepon akhirnya ada sautan telepon dari Seberang.
“Hallo."
“Selamat pagi Tuan ,mohon maaf, di bawah ada tamu yang ingin bertemu dengan Tuan, namanya tuan Alek, beliau bilang teman lamanya Tuan."
“Suruh dia naik, saya tunggu."
“Baik Tuan, terima kasih."
“Tuan Alek silahkan naik, tuan Andika berkenan menerima Tuan, silahkan Tuan ke lantai dua puluh lima, nanti Tuan akan diarahkan oleh sekretaris tuan Andika."
“Ok terima kasih."
Alek langsung menuju lift yang ditunjuk resepsionis.
Sampai lantai dua puluh lima, Alek sudah disambut sekretaris Andika yang bernama Aji.
“Selamat siang Tuan Alek, silahkan ikuti saya."
“Baik, terima kasih."
Kemudian Aji menuju ke salah satu pintu yang bertuliskan CEO.
“Tok tok tok Tuan."
“Masuk."
“Silahkan masuk Tuan."
“OK terima kasih."
Alek masuk ke ruangannya Andika.
Dia melihat seorang pemuda tampan tinggi berkulit putih dengan wajah dinginnya.
“Berani juga kamu datang ke tempatku."
“Kenapa tidak?, biar bagaimanapun kita sahabat lama."
“Aku sudah tidak menganggapnya, apakah kamu kesini mau bertanggung jawab terhadap Sekar?”
“Tanggung jawab apa yang kamu mau?, menikahi Sekar?, dengan senang hati."
“Setelah hampir merusak masa depan Sekar, kamu masih bisa berkhayal, bahkan sedikitpun kamu tidak ada rasa penyesalan dan rasa berdosa kepada Sekar."
“Andika semua itu saya tidak tahu kalau salah satu orang yang akan kami jadikan wanita panggilan itu Sekar, saya tahu setelah Sekar berhasil kamu bawa kabur."
“Dan sekarang kamu datang untuk menyerahkan diri gitu?"
"Baik kalau begitu langsung saja kita ke kantor polisi, saya bersedia mengantarmu dan menjadi saksi semua tindak kejahatanmu."
“Andika saya minta maaf soal Sekar, tolong pertemukan saya dengannya, kalau perlu saya akan sujud dikakinya."
“Tidak perlu, kamu tidak akan saya ijinkan bertemu dengan Sekar sampai kapanpun."
“Andika, saya datang kesini salah satunya mau minta maaf soal Sekar, yang kedua saya mau menanyakan keberadaan Toni, kenapa sampai sekarang dia belum kembali ke markas kami?”
“Toni itu anak buahmu, kenapa nanya ke saya?”
“Andika, saya tidak mau bertele-tele, yang terakhir bertemu Toni sebelum Toni menghilang adalah kamu."
"Kamu yang merekayasa surat agar kamu bisa menggantikan kedudukan Toni sementara."
" Jadi saya yakin kamulah yang sudah menahan Toni, sekarang tolong lepaskan, toh Sekar sudah selamat."
“Alek, hutang keluargamu pada keluargaku dan keluarga Sekar belum kamu lunasi."
"Kamu pikir kejahatan ayahmu yang berusaha membunuh om Seno dan anak istrinya saya tidak tahu."
“Kamu jangan memfitnah."
Alek kaget ketika Andika mengatakan keterlibatan ayahnya terhadap kecelakaan yang dialami Seno dan keluarganya.
Alek juga tahu bahwa apa yang dialami keluarga Sekar adalah ulah ayahnya, waktu itu dia masih terlalu kecil, jadi dia tidak bisa apa-apa.
“Fitnah?, Saya kasih tahu ya Alek, om Seno dan tante Sandra juga bang Anugrah masih hidup."
"Sebentar lagi mereka akan menuntut balas atas semua kekejaman ayahmu."
Alek lebih terkejut lagi ketika Andika memberitahu bahwa Seno dan keluarganya selamat, ada rasa lega dihatinya.
“Andika, kamu jangan asal nuduh, kamu tidak punya bukti."
“Saya memang tidak punya bukti, tapi om Seno punya bukti dan saksi."
“Apa bukti dan saksinya?”
“Kamu ingat Burhan yang diperintah ayahmu untuk menghabisi om Seno dan keluarganya?"
"Dia yang telah menyelamatkan om Seno beserta keluarganya, dia tidak tega membunuhnya, kenapa?, karena om Seno orang baik, beliau suka menolong orang termasuk Burhan dan anak buahnya sudah sering ditolong om Seno."
" Semenjak kejadian itu, Burhan beserta anak buahnya mengabdi dan menjadi pengawal di rumah keluarga Om Seno."
Alek semakin terkejut mendengar cerita Andika.
Dia tidak berani membayangkan kalau semua kebejatan ayahnya dilaporkan polisi dan ayahnya dipenjara.
Atau terjadi permusuhan secara terbuka antara keluarganya dan keluarga Sekar.
Tentunya dia tidak akan mungkin bisa memperbaiki hubungan yang sudah runyam dengan Sekar.
“Alek, saya mau tanya, siapa orang yang sudah menghasut papamu sehingga papamu membenci keluargaku dan keluarga Sekar?”
“Saya tidak tahu."
“Dari kecil Sekar sudah dijodohkan sama saya, jadi saya akan membantunya untuk mengusut tuntas peristiwa sepuluh tahun yang lalu."
"Bagaimana kejadian hilangnya om Seno akan saya usut sampai ketemu pelakunya."
"Bukti-bukti selama ini sudah banyak om Seno kumpulkan, sedang saksi, Burhan dan anak buahnya merupakan saksi kunci."
“Andika, saat sekarang kedatanganku ini bukan untuk membahas Sekar."
"Biarlah nanti saya akan meminta maaf langsung kepada Sekar dan keluarganya."
"Kedatanganku kali ini mau minta Toni kamu kembalikan kepada kami."
“Boleh saja kalau Toni nya mau kembali lagi kerja kepadamu."
“Apa maksudmu?”
“Kamu tanyakan saja pada yang bersangkutan, Toni kemari lah."
“Siap Tuan, ada perintah?”
“Ada yang mencari mu, temui lah."
Kemudian Andika melanjutkan pekerjaannya.
Alek dan Toni duduk di sofa untuk membicarakan kembalinya Toni ke markas Alek.
“Toni, hampir seminggu kamu menghilang tanpa kabar, dan sekarang saya menemukan kamu ada di kantor Andika, bisa kamu jelaskan?”
“Maaf Tuan Alek, saya salah, saya pergi dari markas tanpa pamit."
“Saat sekarang saya bekerja di tempat Tuan Andika sebagai satpam."_
"Memang gaji lebih kecil dibandingkan waktu saya kerja di tempat Tuan Alek, tapi disini saya mendapat ketenangan dan rasa aman Tuan."
"Maaf, ditempat Tuan Alek setiap hari saya selalu merasa ketakutan, was-was, takut kalau kegiatan kita tercium yang berwajib, dan kita berakhir di penjara."
“Disamping itu Tuan, saya merasa tidak nyaman dengan pekerjakan yang selama ini kita jalani."
"Menculik para gadis dan menjual senjata secara ilegal juga jadi pembunuh bayaran, Tuan, hati saya sudah tidak sanggup meneruskan pekerjaan itu."
"Mohon dengan kerendahan hati, saya mengundurkan diri, ijinkanlah saya bergabung di kantor tuan Andika."
"Meskipun hanya jadi satpam biasa."
“Jadi kamu ini sudah mengkhianati saya Toni!."
“Maaf Tuan bukan berkhianat, saya tidak pernah membocorkan rahasia atau kegiatan organisasi kita."
“Kamu bohong, berapa Andika sudah membayar mu untuk jadi pengkhianat?"
"Kamu lupa siapa selama ini yang menghidupi kamu dan keluargamu hah?”
“Saya ucapkan terima kasih atas semua yang sudah Tuan berikan kepada saya dan keluarga saya, tapi mohon maaf Tuan atas semua keputusannya yang saya ambil."
“Kurang ajar kamu Toni, berhari-hari saya susah tidur hanya mikirin kamu, nyari keberadaan kamu, saya kepikiran kamu masih hidup, atau sudah mati, apakah kamu disiksa sama penculik apa tidak ,tapi ternyata kamu enak-enakan di sini."
“Maaf Tuan. tadinya saya mau pamit langsung ke Tuan, tapi saya takut, jadi saya menunggu momen seperti ini."
Andika bangun dari kursi kerjanya dan ikut duduk di sofa tempat Alek dan Burhan.
“Toni urusanmu sudah selesai, kembali ke pos mu."
“Siap Tuan."
Toni hendak beranjak dari ruangan Andika, tiba-tiba Alek mendekati Toni.
“Tunggu, bajingan kamu Ton."
Dengan kekuatan penuh Alek memukul wajahnya Toni, sehingga Toni jatuh terjerembab, bibirnya berdarah
Toni hanya diam tidak berusaha membalas.
“Alek kamu mau bikin ribut di kantorku, pengin saya seret keluar kamu!."
Dengan nada marah Andika membentak Alek.
“Sorry aku terbawa emosi."
“Tujuanmu sudah selesai, sekarang silahkan kamu pergi dari ruanganku."
"Andika, tak seharusnya kamu merebut anak buah orang, apa kamu tidak mampu merekrut orang lain?, kenapa Toni yang kamu ambil."
" Maaf ya Lek, bukan aku yang merebut Toni dari tanganmu, Toni sendiri yang sudah tidak mau menjadi orang jahat, saya sekedar membantunya."
"Saranku, tobat lah kamu Lek, dan tinggalkan dunia hitammu."
" Itu bukan urusanmu."
"Ok, kalau begitu, silahkan kamu tinggalkan kantor ini dan jangan pernah datang lagi."
" Urusanmu sudah selesai."
“Belum, sekarang saya ingin membahas soal Sekar."
“Apalagi yang perlu dibahas?”
“Saya ingin meminta maaf."
“Baik, nanti maafmu akan saya sampaikan."
“Andika…, saya ingin bertemu Sekar."
“Tidak boleh."
“Saya sibuk, silahkan keluar, sekali lagi jangan pernah kamu datang ke sini lagi."
“Andika, kita kan sahabat dari kecil, bagaimana mungkin kamu memperlakukanku seperti ini, kita bertiga selalu bersama waktu kecil, tidak bisakah kita mengulangi keindahan masa kecil dulu?”
“Saya lupa kalau masa kecilku kenal sama kamu, jadi indah yang bagaimana yang kamu maksud? cepat keluar, satpam, satpam."
Dua orang satpam masuk dengan tergesa-gesa.
“Siap Tuan."
"Seret orang ini pergi."
“Aku bisa sendiri."
Alek menolak ketika akan ditangkap dan dibawa keluar.
Dengan hati yang dongkol Alek melangkahkan juga kakinya keluar ruangan Andika.