NovelToon NovelToon
Mardo & Kuntilanaknya

Mardo & Kuntilanaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Mata Batin / Hantu / Roh Supernatural / Pendamping Sakti
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Riva Armis

Mardo, pemuda yang dulu cuma hobi mancing, kini terpaksa 'mancing' makhluk gaib demi pekerjaan baru yang absurd. Kontrak kerjanya bersama Dea, seorang Ratu Kuntilanak Merah yang lebih sering dandan daripada tidur, mewajibkan Mardo untuk berlatih pedang, membaca buku tua, dan bertemu makhluk gaib yang kadang lebih aneh daripada teman-temannya sendiri.

Apa sebenarnya pekerjaan aneh yang membuat Mardo terjun ke dunia gaib penuh risiko ini? Yang pasti, pekerjaan ini mengajarkan Mardo satu hal: setiap pekerjaan harus dijalani dengan sepenuh hati, atau setidaknya dengan sedikit keberanian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riva Armis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11: Dampak Kerja

Gue, Sulay dan Torgol yang sekarang sudah kembali ke dalam pedang gue, menunggu 15 menit sampai mereka semua kembali sadar. Karena kata Sulay, akan terasa gak bertanggung jawab kalau kami langsung pergi saat mereka semua pingsan. Bisa-bisa malah jadi masalah baru.

"Aduduh ... Aduh sakit banget."

Alan adalah orang yang pertama kali bangun.

"Halo, Alan," kata Sulay.

Muka Alan tampak kesal, juga kesakitan.

"Lo apain ilmu warisan bapak gue!?"

"Gue cabut sampai lo udah gede, nanti gue balikin lagi."

Dia kelihatan pasrah aja. Gak lama, Nadia juga bangun.

"Alan!? Kenapa lo di sini!?"

"Kenapa!? Terserah gue, dong! Lo, kan pacar gue!"

"Bukannya gue udah sering bilang, ya kalau gue gak suka sama lo!?"

Gue dan Sulay diam aja sambil saling melirik.

"Saya suka drama, Mardo," kata Torgol.

Karena mereka ribut, satpam dan asisten rumah tangga akhirnya ikutan bangun. HP gue berdering. Waktu gue cek, ada sebuah pesan WhatsApp dari Naya! Gue kaget banget!

"Sekarang masih sibuk gak?" katanya.

Tentu aja gue masih sibuk. Jadinya gak gue balas WhatsApp-nya.

"Mohon maaf, semuanya tolong dengerin saya dulu," kata Sulay di antara keributan itu.

Saat semua orang diam, Sulay ngomong:

"Kami pamit dulu. Silakan selesaikan urusan kalian masing-masing."

Mereka kembali ribut, gue dan Sulay langsung cabut. Ketika kami hampir sampai di kantor, pedang gue bergetar hebat. Motor gue jadi oleng.

"Kenapa, Do?"

"Torgol, Pak. Minta dikeluarin kayaknya."

Sulay diam sebentar, seakan mikirin sesuatu.

"Yaudah keluarin."

Gue membuka sarung pedang, asap hitam keluar dari sana dan gak lama Torgol muncul.

"Kenapa, Pak? Kok minta keluar?"

"Saya tidak mau kembali ke kantor, Mardo."

"Tapi kami harus ke kantor buat laporan."

"Saya akan menunggu di sini saja, Mardo."

"Apaan!? Enggak ... enggak! Do, dia ini gak bisa dipercaya. Lo lengah dikit aja dia pasti gangguin orang."

Gue mikir bentar. Apa hal terburuk dari laki-laki tinggi berkepala lonjong dan bibir seperti paruh ayam bisa lakukan? Walaupun dia ini aneh, gue rasa dia bukan orang jahat. Setelah memperhatikan bentuknya yang emang gak biasa, dan dia yang gak mau balik ke kantor, gue mendapat ide untuk menyuruhnya menunggu di suatu tempat.

Kami terpaksa mengambil jalan lain yang memakan waktu 25 menit hingga akhirnya sampai pada sebuah tempat yang gue rasa tepat. Gue sangat kenal tempat ini. Banyak memori dan ingatan setiap kali gue melihatnya. Dan tentu aja, tidak terlalu ramai untuk orang seperti Torgol.

"Lo yakin, Do? Lo yang tanggung jawab, ya kalau dia kabur atau gangguin orang," kata Sulay.

"Tenang, Pak. Di sini tempat yang cocok buat menunggu."

Gue melepaskan sarung pedang dan Torgol berdiri di depan gue.

"Bapak tunggu di sini dulu, ya. Kalau capek berdiri, di sana ada kursi yang enak banget buat santai, tapi kata orang-orang pohon di belakangnya bikin dingin, jadi hati-hati masuk angin. Kami ke kantor dulu, ya."

"Baik, Mardo. Hati-hati di jalan. Jangan lupa balas WhatsApp-nya."

Kok dia tahu, ya? Setelah meninggalkan Torgol di tempat pemancingan yang sebelumnya juga gue datangi, gue dan Sulay bergegas kembali ke kantor. Sesampainya di kantor, langit sudah gelap. Kami langsung bergegas ke ruangan si Bos. Masih di depan pintu, kami menunda masuk karena kayaknya juga ada tamu di dalam. Terdengar perbincangan yang kayaknya cukup serius, tapi gak jelas. Kemudian pintu terbuka dengan keras. Dua orang pria yang cukup tua keluar ruangan dengan wajah kesal. Si Bos melihat kami yang berdiri di depan pintu lalu mempersilakan kami untuk masuk.

"Gimana?"

"Misi sukses, Bos, tapi ... jin macan hitamnya gak berhasil kami tangkap," kata Sulay.

"Kabur ke mana dia?"

Sulay diam dan menunduk, lalu melirik gue.

"Mardo? Ceritakan semuanya "

"I-iya, Bos. Macannya meledak."

Kopi di meja terbalik karena si Bos tiba-tiba berdiri.

"Meledak!? Kenapa bisa sampai meledak!?"

"Torgol jadi burung kecil ... habis itu dia dimakan macan. Habis itu dia tiba-tiba muncul lagi ... dan ... bom! Meledak!"

Si Bos memegangi dahinya sambil merebahkan diri di kursi.

"Itu juga yang mau saya tanyakan ke kamu, Mardo. Kenapa kamu mengeluarkan Torgol dari ruangannya tanpa seizin saya!? Dia itu berbahaya."

"Maaf, Bos. Saya mengaku salah dan ... siap dihukum."

"Kamu memang pasti saya hukum, tapi kamu belum menjawab kenapa kamu mengeluarkan dia?"

"Katanya ... dia kesakitan, Bos. Dan dia bilang kalau kami bisa bekerjasama untuk misi ini."

"Terus? Bagaimana caranya kamu mengeluarkan dan membawa dia keluar kantor?"

"Dia berubah jadi asap hitam ... terus masuk ke pedang saya, Bos."

Si Bos menggeleng-gelengkan kepalanya. Sulay mencoba membersihkan kopi di meja.

"Sekarang, kembalikan dia ke ruangannya, Mardo."

"S-sekarang, Bos?"

Si Bos gak menjawab, dia cuma menatap gue. Dan anehnya, gue jadi merinding dan merasa terpojok! Sulay tiba-tiba terjatuh. Cangkir kopi yang dipegangnya pecah.

"Pak! Kenapa, Pak!?" tanya gue yang segera membantunya berdiri.

"Dia pasti kelelahan, karena semenjak saya tugaskan untuk jadi rekan kerjamu, dia terus bertarung dan tidak sempat istirahat. Panggil tim medis."

Gue segera berlari keluar dan mencari orang-orang yang disebut tim medis. Setahu gue, orang-orang dengan keahlian medis biasanya berpakaian putih dan kelihatan pintar serta ramah. Nah, di sini gue gak menemukan orang berpakaian putih! Semuanya hitam-hitam. Terus gue harus ke mana!?

Saat berlarian panik, gue teringat dengan cewek-cewek baju putih dari tim informasi. Iya juga! Gue bisa cari informasi di sana, dan syukur-syukur mereka bisa jadi tim medis juga! Gue cerdas banget anjir! Gue berlari secepat yang gue bisa lalu langsung menerobos masuk. Semua cewek itu langsung menatap gue. Gue melihat baju mereka. Putih!

"Tolong! Teman saya sakit! Tolongin!"

"Mohon maaf, tapi kami tim informasi, tim medis ada di ruangan dekat lorong kedua."

"Hah!? Tapi kalian, kan cewek! Baju putih lagi! Cepetan tolongin teman saya!"

Cewek-cewek itu menatap gue dengan tajam. Mata mereka jadi merah! Gak lama, gue seakan ditabrak sapi ngamuk sampai mental keluar ruangan Karena sudah diusir, artinya mereka bukan tim medis. Gue pun berlari menuju lorong yang katanya tempat tim medis berada.

Di depan pintunya, tertulis dengan huruf besar dan tebal: MEDIS. Gue langsung masuk tanpa mengetuk pintu, dan alangkah kagetnya gue ketika melihat ada kepala orang di kasur! Tanpa badan, cuma kepala, rambut panjang, dan semua organ dalam yang berdenyut!

"Hoi! Siapa kamu!? Asal masuk aja!"

Anjir! Kepalanya ngomong dan menatap ke arah gue!

"I-itu ... itu m-mahal itu ... ginjal!"

Tiga orang cewek berbaju putih kemudian keluar dari balik tirai.

"Mohon maaf, ada yang bisa kami bantu, Pak?"

"A-anu ... ini ... kok anu ... anunya ini lho! Ngomong!"

"Iya, Pak. Ada lagi yang bisa kami bantu?"

"Kok iya!? Eh ... teman saya sakit! Aduh jadi lupa, kan! Cepetan, dia di ruangan si Bos!"

"Oke, berangkat," kata kepala itu.

Kepala itu dengan ajaib melayang dan terbang melesat! Gue mau pingsan.

1
Minartie
kutunggu lanjutan ....bikin penasaran
Riva Armis: Perjalanan akan panjang. Siapkan tenagamu
total 1 replies
Minartie
mungkin itu wujud asli dea
Riva Armis: masoook
Riva Armis: Bisa jadi. Siapa yang tahu kan?
total 3 replies
Minartie
mantappppp
Riva Armis: tengkyuuu
total 1 replies
Minartie
cerita yg berani tampil beda...bagus thor ....lanjut ...aku suka
Riva Armis: Tengkyu sudah berani baca yang berbeda. Ayo kita lanjutkan!
total 1 replies
Minartie
cerita bagus and lucu ..pokoknya suka banget
Riva Armis: Tengkyu, semoga suka terus sama bab-bab selanjutnya
total 1 replies
Minartie
ceritanya menghibur 👍👍👍👍
Riva Armis: Tengkyu sudah mampir dan baca ya
total 1 replies
Affan Ghaffar Ahmad
gass lanjut bang
Riva Armis: Tengkyu support nya Bang
total 1 replies
Ryoma Echizen
Gak kebayang gimana lanjutannya!
Riva Armis: tengkyu udah mampir ya
total 1 replies
art_zahi
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Riva Armis: tengkyu udah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!