[Sedikit Dewasa karena mengandung unsur Liberalisme. Cerita ini juga mengandung Romance dan Action]
Dua gadis dengan wajah identik dan kepribadian berbeda dipertemukan di tengah hujan yang mengguyur Kota Roma. Demi menyelidiki hubungan di antara mereka pun bertukar tempat. Pertukaran identitas ini membawa mereka bertemu dengan Gionardo Alano mafia tampan nan kaya raya serta Dominic Acardi, teman sekolah yang menaruh rasa pada salah satu dari mereka. Cerita mereka bergulir di antara banyaknya musuh yang mencoba menyerang membuat bahagia jauh dari genggaman. Bagaimana kelanjutkan kisah mereka? Simak cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Calistatj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Roma dan Serena
Serena menginjakan kaki di apartemen barunya yang disewa ibunya untuk mereka selama menetap di Roma. Apartemen itu berada di lantai sepuluh dengan dua kamar, satu kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Dia mengambil kamar di dekat dapur yang lebih kecil. Apartemen itu tidak terlalu besar, tapi terasa cukup untuk mereka berdua.
“Mamma sudah menyiapkan sekolah untukmu”
“Aku baru pindah dan harus segera bersekolah?” Mata Serena melebar tak percaya merasa ibunya sangat kejam.
“Iya, Mamma tidak mau kau kehilangan semua materi. Kau tahu jika nilaimu tidak bagus kan?”
”Nilaiku memang tidak bagus, tapi tidak jelek dan Mamma tahu apa yang aku suka”
Tentu saja Lena mengenal anaknya dengan baik, tapi pendidikan tetap sangat penting untuk Serena.
“Bawa kopermu dan rapikan di lemari”
Serena menurut, dia menarik koper besar dengan mudah dan meletakannya di dalam kamarnya yang berisi kasur, lemari, dan meja. Serena membereskan pakaiannya ke dalam lemari.
Lena membereskan apartemennya dan menata beberapa barang. Ketika langit berubah gelap dia menyiapkan pasta saus bolognese untuk makan malam.
***
Serena berjalan kaki menuju sekolahnya yang baru. Dia memasuki halaman sekolah dengan menggunakan celana hitam, baju turtleneck hitam, dan mantel abu selutut yang membuat penampilannya cantik.
“Ahh, tolong” Serena mendengar teriakan itu dari seorang lelaki berkacamata yang sedang lari dari seorang lelaki berjaket hitam yang mengejarnya dengan tongkat kayu. Semua orang yang melihat kejadian itu sama sekali tidak menolong, mereka hanya berkasak - kisik dan memandang dengan penuh kasihan.
Serena mendengus melihat mereka, untuk apa kasihan jika tidak membantu. Dia berlari mengikuti dua orang tadi yang berbelok di sudut bangunan sekolah. Serena sebenarnya tidak ingin membuat masalah di sekolah baru, tapi jika semua orang menutup mata terhadap kejahatan dunia akan menjadi semakin rusak.
“Tolong jangan sakiti aku” Lelaki berkacamata tadi sudah tersudut di antara lelaki yang mengejarnya dan pagar besi di belakangnya. Dia berlari kearah yang salah.
“Hahaha, jika kau tidak mau mati, kenapa kau berlari, hah?” Tanya Lelaki dengan tongkat kayu yang terayun
“Aku tidak mau kau menyeretku ke Gavino. Tolong ampuni aku” Mohonnya
“Gavino pasti akan senang untuk menghajar pengecut bodoh sepertimu” Lelaki itu mengayunkan tongkatnya ke arah lelaki berkacamata. Lelaki berkacamata menutup matanya bersiap menerima pukulan yang di tujukan untuknya.
”Aghh” Brak. Lelaki itu membuka mata dan melihat lelaki yang mau memukulnya tersungkur jatuh di tanah.
Serena menendangnya sebelum lelaki itu menyakiti orang.
“Perempuan sial. Apa yang kau lakukan” Lelaki yang di tendangnya bangun dan mengayunkan tongkat kayu kepada Serena.
Serena menangkap ujung tongkat kayu yang terayun kearahnya. Menariknya. Lelaki itu mempertahankan tongkatnya mati - matian, lalu Serena melepasnya sehingga lelaki itu terjatuh. Serena menghampiri dan menjambaknya “Enyahlah”
Lelaki itu berlari dan meninggalkan tongkatnya. Lelaki berkacamata menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan “Kenapa kau menolongku?” Tanyanya kepada Serena yang berbalik bersiap meninggalkannya tznpa sepatah kata.
“Kejahatan itu tidak benar” Serena menjawab dengan santai.
“Kau bisa berada dalam masalah karena menolongku”
“ADRIO… DIO” Seorang lelaki berlari menghampiri lelaki berkacamata dan membantunya berdiri.
“Kau tidak apa - apa?”
“Dia menolongku” Lelaki bernama Dio menunjuk Serena. Lelaki tadi memandang Serena dan terpana. Dia berdiri dan menghampiri Serena
“Terimakasih sudah menolong adiku. Aku Dominic”
“Serena” Serena meninggalkan mereka berdua sambil merapikan mantelnya dan rambut panjangnya
Ternyata Roma tidak menyambutnya sehangat yang dia pikir. Serena masuk ke kelasnya dan duduk di bangku yang dia pikir kosong, karena tidak ada tas di atasnya.
“Aku Julia” Seorang wanita memperkenalkan dirinya pada Serena
“Serena” Jawab Serena singkat
Seorang lelaki masuk ke dalam kelas dengan mata elangnya mencari wanita bermantel abu yang wajahnya paling asing. Dia memandang Serena dengan tatapan tajam, lalu menghampiri dan duduk di bangku depan Serena.
“Kau yang mengganggu anak buahku?” Katanya tanpa basa - basi
Serena memandang lelaki itu dengan tatapan dingin “Ada masalah?”
“Kau sangat cantik dan tidak memiliki rasa takut. Jika kau mau menjadi kekasihku aku tidak akan memperpanjang masalah ini?” Kata lelaki tadi sambil memandang Serena dengan lekat. Lelaki itu cukup tampan dengan badan besar yang terlihat kuat, tapi auranya sangat buruk.
“Aku tidak mengenalmu, jadi enyahlah”
Lelaki itu tertawa sambil bertepuk tangan “Kau pasti murid baru. Aku akan mengampunimu kali ini, tapi jika mencampuri dan mencari masalah lagi. Aku akan membuatmu menyesal kecuali kau menerima tawaranku” Katanya sambil melangkah keluar ruang kelas. Semua anak di kelas memandang Serena dengan bingung dan kasihan.
“Siapa dia?” Tanya Serena pada Julia yang sedang sibuk mengalihkan pandangannya. Dia terlihat takut pada lelaki tadi.
“Gavino…Apa yang kau lakukan?” Tanya Julia.
“Aku tidak merasa melakukan apapun. Kecuali… aku membantu seorang anak yang akan dipukuli tadi.. kalau tidak salah namanya… Adrio” Jelas Serena sambil mengingat - ingat kejadian sangat cepat tadi.
Julia tercekat “Adrio adalah mainan Gavino. Dia membullynya, kenapa kau menolongnya… kau bisa berada dalam masalah. Gavino adalah orang yang paling di takuti di sekolah ini. Dia jago berkelahi dan jahat. Dia mungkin akan menjadi mafia mengikuti keluarganya setelah lulus ” Kata Julia benar - benar tanpa rem.
“Aku tidak takut” Serena sama sekali tidak gentar. Dia akan melawan orang seperti Gavino. Selama ada Serena tidak ada ruang untuk ketidakadilan di depan matanya. Dia akan bertarung habis - habisan.
***
Sepulang sekolah menangah atas Serena berjalan kaki keluar dari sekolah. Seorang lelaki berlari kecil mengejar Serena. Itu adalah Dominic.
“Serena. Terimakasih” Kata Dom setelah mencekal tangan Serena.
“Kau sudah mengatakannya tadi” Serena menarik tangannya dari cekalan Dom.
“Gavin tidak akan melepaskanmu. Mari berteman aku akan berusaha menjagamu”. Dominic memilki rambut pendek dengan warna coklat, mata berwarna abu, disekitar rahangnya ditumbuhi rambut tipis yang dicukur rapih. Dom memiliki tinggi badan 175 cm dengan badan atletis.
“Aku tidak butuh dijaga. Aku bisa menjaga diriku sendiri” Kata Serena santai.
Serena tidak mudah mempercayai orang lain, dirinya menghindari pertemanan. Sudah dua tahun ini dirinya tidak berteman dengan siapapun dan tenggelam dalam hal - hal yang diinginkannya.
“Aku akan tetap membantumu, Serena. Jika kau butuh bantuan” Lanjut Dom tidak peduli pada tolakan gadis cantik itu.
Serena melanjutkan jalannya dan meninggalkan lelaki itu. Beberapa meter dia berjalan sampai akhrinya dicegat oleh 4 orang lelaki yang berdiri menghalangi jalannya “Minggir, aku mau lewat” Kata Serena sambil menatap tajam orang di sekelilingnya.
“Kau seharusnya bersikap baik di sekolah ini murid baru, jangan mencari perkara” Kata seorang lelaki berbadan besar dan tinggi yang besarnya dua kali lipat badan Serena.
“Kau cantik juga bagaimana kalau kita memberinya pelajaran, sepertinya dia sangat enak untuk dinikmati” Kata lelaki lainya yang memegang tongkat di belakangnya.
Mendengar perkataan ancaman seperti itu tidak membuat Serena takut. Dia berniat melewati mereka dan tidak membuang waktu. Tapi, seorang lelaki dengan jaket kulit hitam mencekal tanganya. Tidak punya pilihan Serena menarik tangan lelaki yang mencekalnya dan memutarnya kebelakang sehingga saat ini lelaki itu berada dalam dekapan Serena yang menahan tubuhnya. Serena mendorong lelaki itu hingga terjatuh ke tanah, lalu menendang kepalanya. Dia juga menjatuhkan seorang lelaki bertopi dengan beberapa tinju sampai terkapar.
Mereka memandang Serena tidak percaya “Jika takut mundurlah” Kata Serena sambil meletakan kakinya di punggung lelaki bertopi. Dom berlari ke arah mereka dan menghajar lelaki bertubuh gendut habis - habisan. Serena maju ke arah lelaki yang tersisa dan melayangkan pukulan ketika tinjunya berhasil di tahan lelaki itu kaki jenjangnya segera menendang selangkangannya dan meninju ulu hatinya dengan keras sampai lelaki itu terjatuh di tanah. Serena mengambil tongkatnya dan memukul punggung lelaki itu sampai tak sadarkan diri. Dom memandang Serena tidak percaya dengan kemampuan membela dirinya. Pantas jika Serena tidak membutuhkan bantuan. Dia terlalu hebat.
“Aku bisa melakukan lebih buruk, jadi jangan menggangguku lagi” Kata Serena pada 4 orang yang sudah terkapar.
Dom bertepuk tangan ke arah Serena “Bagaimana kau bisa melakukannya?” Matanya mengerjap melihat Serena.
“Aku sudah selama 3 tahun ini menekuni segala seni bela diri” Kata Serena
“Bergabunglah denganku, kita bisa menegakan keadilan di sekolah ini. Banyak anak dibully Gavino hingga menderita” Dom mengarahkan telapak tangannya pada Serena “Kita bisa berteman Serena” Katanya.
Serena memandang tangan Dom penuh keraguan sebelum memutuskan menjabat tanganya “Oke” Kata Serena.
Dom belum pernah bertemu wanita seperti Serena. Dia sangat cantik dengan kemampuan yang menakjubkan. “Apakah kau intel?” Tanya Dom ragu - ragu.
“Aku memang ingin menjadi polisi setelah lulus. Kejahatan harus diberantas sekecil apapun”
Adrio berlari menghampiri Serena dan Dominic. Dia baru ingat jika belum mengucapkan terimakasih pada wanita yang menolongnya
“Ciao. Serena.Grazie”
Serena hanya mengangguk akan ucapan terimakasih yang di ucapkan Adrio. “Sampai jumpa” Katanya sambil melanjutkan perjalanan pulangnya
Dominic memandang punggung Serena “Apa kau tau ternyata dia sangat hebat” Katanya pada Adrio.
“Dia menjatuhkan Alexis dengan mudah” Adrio mengingat lelaki yang mengejarnya tadi pagi
“Dia juga menjatuhkan tiga diantara mereka” Dom memandang empat orang yang masih tersungkur belum sadarkan diri.
Adrio membuka mulutnya tidak percaya. Tubuh Serena sangat mungil tingginya pun mungkin dibawah 170cm, tapi dia bisa menjatuhkan lelaki yang tubuhnya lebih besar dari dirinya. Serena benar - benar luar biasa.
Km jg semangattt