NovelToon NovelToon
Kembalinya Ayah Anakku

Kembalinya Ayah Anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:13.7k
Nilai: 5
Nama Author: DENAMZKIN

Celia adalah seorang ibu tunggal yang menjalani kehidupan sederhana di kota Bandung. Setiap hari, dia bekerja keras di toko perkakas milik ayahnya dan bekerja di bengkel milik seorang kenalan. Celia dikenal sebagai wanita tangguh, tapi ada sisi dirinya yang jarang diketahui orang, sebuah rahasia yang telah dia sembunyikan selama bertahun-tahun.

Suatu hari, teman dekatnya membawa kabar menarik bahwa seorang bintang basket terkenal akan datang ke kota mereka untuk diberi kehormatan oleh walikota dan menjalani terapi pemulihan setelah mengalami cedera kaki. Kehebohan mulai menyelimuti, tapi bagi Celia, kabar itu adalah awal dari kekhawatirannya. Sosok bintang basket tersebut, Ethan Aditya Pratama, bukan hanya seorang selebriti bagi Celia—dia adalah bagian dari masa lalu yang telah berusaha dia hindari.

Kedatangan Ethan mengancam untuk membuka rahasia yang selama ini Celia sembunyikan, rahasia yang dapat mengubah hidupnya dan hidup putra kecilnya yang telah dia besarkan seorang diri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENAMZKIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CINTA

Ethan duduk di ruang tamu, kepalanya terasa berputar, dan ingatan tentang sepasang mata coklat mengabur di benaknya, sementara pikiran kembali Jakarta terus memanggilnya dari sisi lain. Dia tahu Celia merasakannya juga, percikan kecil di antara mereka.

Mereka bisa membuat ini berhasil, ini adalah kesempatan keduanya untuk memperbaiki segalanya. Dia menunduk ke pergelangan kakinya, pilihan tergantung di antara kota kecil ini dan dunia besar yang ingin dia taklukkan—dunia yang bahkan belum sempat dia lihat sepenuhnya. Ethan bangkit kembali dan menatap keluar jendela ke arah van-van yang terparkir. Para reporter sudah menetap untuk malam itu, dengan Dewi menjanjikan sebuah pernyataan keesokan paginya.

Dewi dan Kevin telah kembali ke hotel mereka, dia butuh waktu untuk berpikir. Ethan menggosok tengkuknya—malam ini dia mungkin tidak akan bisa tidur. Dengan sedikit terpincang-pincang, dia menuju dapur, di mana ayahnya sedang duduk di meja makan bersama Rion, membahas soal perkalian.

“Hai,” katanya sambil berjalan ke kulkas dan mengambil sebotol air. Ayahnya mengangguk, dan Rion melambaikan tangan.

Eddie menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Ibumu sedang bersamanya di atas sekarang," katanya.

"Bagus," jawab Ethan dengan senyum kecil.

“Om Ethan, apa itu GS?” tanya Rion sambil menatapnya dengan senyum dan rasa penasaran terbuka.

“Apa?” Ethan mengangkat alis sambil membuka botol airnya.

“Temanku, Hans, bilang kamu punya banyak G dan bisa memikat para wanita,” kata Rion, melipat tangannya di atas meja, terlihat sangat senang bisa istirahat dari tugas sekolahnya.

Ethan tertawa, begitu pula Eddie. “G adalah kata lain untuk ribuan, itu bukan kata sebenarnya, dan juga bukan sesuatu yang seharusnya kamu ucapkan sembarangan,” jawabnya sambil terpincang-pincang ke kursi.

“Aku pikir ‘ribuan’ dimulai dengan huruf R,” kata Rion sambil menatap kertasnya.

“Memang, tapi ‘Grand’ juga berarti seribu, jadi beberapa orang menyebutnya ‘G’ sebagai singkatan,” jawab Ethan sambil tersenyum ke arah Rion. Anak ini adalah kebanggaannya—penuh kebahagiaan dan kepolosan, sopan, dan begitu baik hati. Celia telah mendidiknya dengan lluar biasa sebagai seorang ibu.

Eddie tersenyum pada Ethan. “Aku akan memastikan kamar tamu sudah siap.”

Ethan mengangguk dan kembali memandang Rion dengan senyuman. Rion melihat kembali ke pekerjaan rumahnya, lalu menatap Ethan lagi.

“Om Ethan,”

“Ya?” jawab Ethan sambil mencondongkan tubuh ke depan.

“Mommy bilang kamu bisa membuat orang jahat pergi,” kata Rion sambil melihat tangannya, lalu menatap Ethan. “Benarkah?”

Ethan merasakan tenggorokannya tercekat sedikit dan mengangguk sambil menatap anak berusia sembilan tahun di depannya.

“Mommy takut,” katanya sambil mengetuk pensil di atas meja. “Mommy sering khawatir, dan sejak Kakek pergi, dia jadi lebih sering menangis.”

“tidak, dia hanya sedih,” Ethan menjawab dengan senyum muram.

Rion mengangguk. “Apa kamu akan membuat Mommy membencimu lagi karena kamu menyukainya?” tanya Rion sambil menyandarkan tubuhnya lebih jauh di kursi.

“Aku hanya ingin mencoba memperbaiki semuanya,” jawab Ethan, memperhatikan Rion yang kembali memandang kertasnya.

“Aku sudah memikirkan apa yang kamu bilang kemarin, tentang datang ke sekolahku untuk bercerita tentang pekerjaanmu,” ujar Rion sambil menatap Ethan. “Tapi kamu tidak harus melakukannya, aku bisa meminta Paman Eric untuk melakukannya.”

“Paman Eric?” tanya Ethan sambil mengangkat alis.

“Dia bekerja dengan Mommy, mereka memperbaiki mobil,” kata Rion sambil mengangguk. “Mommy bilang dia akan menjadi seorang ayah, jadi kupikir dia butuh lebih banyak latihan.”

Ethan tertawa kecil sambil memandang Rion dari seberang meja. “Jadi, Rani itu pasti Bibimu?”

“Mereka sebenarnya bukan bibi dan paman kandungku, Mommy bilang mereka bagian dari keluarga kami,” kata Rion sambil menatap Ethan. “Apakah Om Ethan punya keluarga besar?”

“Tidak banyak,” jawab Ethan, mencondongkan tubuh ke depan agar bisa melihat Rion lebih jelas. “Hanya ayah dan ibuku. Aku punya nenek, tapi dia tinggal di Surabaya.”

“Apakah dia tinggal dekat Happy Land?” tanya Rion dengan mata berbinar penuh semangat sambil bersandar ke meja. “Aku selalu ingin pergi ke Happy Land. Mommy bilang kami harus menunggu karena dia sedang menabung, tapi…” Wajah Rion kehilangan sedikit keceriaannya saat ia kembali bersandar. “Ketika Kakek meninggal, semua uangnya habis.”

Ethan menggigit bibirnya, menatap putranya dari seberang meja. Apa pun yang terjadi, dia akan menjaga Rion. Dia akan mengajak anaknya ke Happy Lanf, mengajarinya bermain basket, mengajarinya menyetir. Perasaan bangga memenuhi hatinya.

“Semuanya akan baik-baik saja, aku janji,” katanya sambil meletakkan tangannya di atas meja.

Celia bersandar di bingkai pintu dapur, memperhatikan putranya tersenyum pada Ethan.

“Menurut Om, apakah aku harus pergi ke sekolah besok?” tanya Rion sambil tersenyum.

“Aku rasa tidak, tapi kita harus bertanya pada Mommy mu dulu,” jawab Ethan dengan senyum tipis.

Celia tersenyum melihat mereka saling tersenyum. Mereka begitu mirip, dan melihat mereka berbicara seperti itu adalah sesuatu yang luar biasa. Hatinya melembut saat mendengarkan mereka beralih ke pembicaraan tentang olahraga dan tim favorit.

"Dia akrab sekali dengan Rion," kata Maria dengan senyum hangat sambil berdiri di samping Celia.

"Ethan memang baik dengan semua orang," jawab Celia sambil kembali melihat ke arah dapur sebelum berbalik menghadap Maria. "Terima kasih sudah mengizinkan kami menginap malam ini. Besok kami tidak akan merepotkanmu lagi."

"Jangan konyol, kalian bisa tinggal selama yang kalian mau. Kami sangat menyayangi kamu dan Rion," ujar Maria sambil memegang kalung dilehernya.

"Sayang sekali dia menikah dengan orang yang salah," lanjutnya dengan senyum penuh harap. "Aku tidak pernah menyukai si pirang itu."

Celia tersenyum kecil dan mengangkat bahu. "Aku tidak yakin kami bisa menjalin hubungan” katanya, meskipun mimpi-mimpi tentang Ethan sering membangunkannya di malam hari, meninggalkan rasa rindu di tubuhnya dan air mata di matanya. Tapi, itu hanya mimpi—tidak lebih dari bayangan imajinasinya yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.

"Aku pikir kamu mencintainya, dan dia juga mencintaimu," kata Maria dengan senyum lembut. "Kamu menatapnya dengan cara yang sama seperti aku menatap Eddie—penuh gairah, cinta, hasrat, dan kenyamanan."

Celia merasakan pipinya mulai memerah. "Aku rasa itu hanya kenangan lama," ujarnya sambil mengangkat bahu.

"Beberapa kenangan terbaik adalah kenangan lama; mereka membantu kita mengingat betapa indahnya menciptakan kenangan baru," kata Maria sambil melangkah masuk ke dapur. "Rion sayang, ayo kita bersiap tidur. Biarkan Om Ethan dan Mommy bicara sebentar."

Rion tersenyum, mendorong kursinya menjauh dari meja, lalu berjalan melintasi dapur menuju Maria. Sebelum pergi, dia memberikan ciuman selamat malam di pipi Celia, kemudian berbalik untuk melambaikan tangan ke arah Ethan yang membalas dengan senyuman.

“Selamat malam, Om Ethan.”

“Selamat malam, Rion,” jawab Ethan sambil memperhatikan bocah itu pergi.

1
ashieeechan
hai ka mampir yuk ke karya aku/Drool//Pray/
Harrypotterlovers
Perasaan Celia bener-bener kerasa, Transisi antara masa lalu sama masa sekarang udah oke, Bagian perjuangan Celia sebagai ibu tunggal juga ngena banget, terutama hubungannya sama Rion yang manis banget. Semangat terus nulisnya!!!😍
semakin penasaran /Determined/
Oyen manis
duh penasaran reaksi celia dan ethan
Oyen manis
keren sih, biasanya bakal di aborsi kalau udah kaya gitu.Tapi yang ini di rawat sampai gede
Oyen manis
nyesek si jadi celia tapi lebih nyesek jadi dina ;)
Grindelwald1
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Dálvaca
Jangan lupa terus update ya, author!
DENAMZKIN: siap. terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!