Bibit Bayaran

Dengan rasa kesal sekaligus jengkel dengan apa yang dilakukan Bryan kepada Manika, Shakki berdiri lalu melangkahkan kakinya menuju dimana Bryan yang tengah berusaha menenangkan Manika.

"Apa kau bilang tadi? Kau menidurinya disaat dia tengah mabuk berat?" tanya Shakki dengan suara lantang. Lalu siap melayangkan tangannya pada Bryan.

"Ma, tenang dulu, Ma." ucap Bryan berusaha menghindar dari sang mama.

"Dasar, anak bandel!" pekik Shakki sambil memukul bahu Bryan yang saat ini terhalang oleh tubuh Manika. "Orang tuamu apa menyuruhmu melakukan hal seperti itu pada wanita, Bry!" teriak Shakki memukul Bryan membabi buta. Tidak lagi menjaga sikap anggunnya didepan Manika.

"Sayang, kamu pindah ke belakang Mama," perintah Shakki pada Manika. Lalu Manika menurut saja. "Biar Mama puas memukul anak bandel ini. Siapa yang mengajari seperti itu, hah!" amarah Shakki tidak bisa ia kendalikan.

Pukulan dari sang mama cukup membuat tubuh Bryan terasa sakit. Karena dibalik penampilan kalem yang Shakki perlihatkan, dia juga merupakan seorang yang memiliki kemampuan bela diri yang tidak bisa disepelekan.

"Ma, udah Ma." mohon Bryan seraya melindungi tubuhnya dari pukulan sang mama dengan kedua tangannya.

"Apa orang tuamu pernah mengajarimu untuk merusak anak gadis orang lain, hah?" ternyata amarah Shakki terhadap putranya belum surut juga. Dia masih betah melampiaskan amarahnya pada sang putra. Dan diam-diam Manika tersenyum, melihat interaksi antara anak dan ibu tersebut. Begitu unik di matanya.

"Bahkan Ayah lebih parah dari Bryan, Ma." Bryan mencoba membela dirinya. Namun, tanpa ia ketahui alasan itu justru akan memperberat posisinya di hadapan sang mama.

Dan tentu saja, alasan Bryan yang seperti itu tambah membuat amarah Shakki memuncak kembali. Bagaimana bisa putranya ini mencontoh orang gila yang sialnya adalah sahabatnya sendiri dan ayah angkat Bryan.

"Apa kau akan mengikuti jejak pria gila itu? Menghamili anak orang dan tidak bertanggung jawab? Dan akan kembali pada perempuan itu disaat putrinya sudah menginjak dewasa? Hah? Apa kau ingin seperti Dirga sialan itu? Kalau memang iya, bersiaplah untuk menanggalkan nama belakangmu." ancam Shakki dengan tatapan penuh amarah pada sang putra.

Tentu saja ancaman Shakki begitu menakutkan di telinga Bryan. Jika dia menanggalkan nama belakangnya, otomatis sang mama tidak lagi menganggapnya sebagai anak.

"Wooo...ada apa ini? Apa kau begitu merindukanku, Honey? Sampai-sampai menyebutkan namaku dengan begitu romantis?" ucap seseorang yang baru melangkah masuk ke dalam rumah keluarga Natakusuma.

Tanpa mereka sadari, ada seorang pria yang masuk ke dalam rumah mereka. Dan di belakangnya diikuti seseorang perempuan dengan wajah yang kalem serta meneduhkan hati siapa saja yang melihatnya.

"Dan apa kau semakin gila, karena telah lama hidup di luar negri sana?" ketus Shakki menatap tajam pada pria yang tengah berjalan mendekat ke arahnya. Dan pria itu semakin terkekeh melihat wajah kesal Shakki.

"Aku merindukanmu, Honey," ucap Dirga seraya merentangkan kedua tangannya kepada Shakki.

Disaat dirinya sedang sangat kesal pada sang putra, ditambah datangnya pria gila yang bersikap konyol padanya disaat ada sang istri di belakangnya, membuat Shakki semakin meradang.

"Ini semua karenamu, pria tua gila!" pekik Shakki sambil memukul Dirga yang tengah cengengesan. Sudah lama sekali di a tidak melihat wajah istri sahabatnya dan juga sahabatnya sendiri ini kesal padanya. Terakhir Shakki bersikap seperti ini padanya pada saat dirinya memutuskan untuk hidup bersama dengan dokter Ayu, istrinya sekarang.

"Apa salah dan dosaku, Honey? Sementara aku baru saja sampai di negara ini?" tanya Dirga dengan tatapan memelas. Membuat dokter Ayu memutar bola matanya, jengah melihat tingkah suaminya yang tidak ingat umur jika bertemu dengan sahabatnya.