Seorang Presdir Perusahaan dikota Medan, dia pergi meninggalkan perusahaannya selama beberapa tahun lamanya, dia memilih untuk
mengasingkan diri disebuah Kuil.
Setelah beberapa tahun dia kembali dengan perubahan yang yang sangat besar, dia mampu menjadi Dokter Tradisional dan mampu seni bela diri.
Semoga para pembaca bisa terhibur dengan cerita ini. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeprism4n Laia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Chika Saraswati Zega
Setelah beberapa saat, Obat Pil Penyegar Jiwa bereaksi didalam tubuh Liji dan Jupe, sehingga Farel terus mengarahkan kekuaan Qi-nya untuk menetralkan dampak pil itu.
Terlihat sekujur tubuh Liji dan Jupe sudah berkeringat dingin, wajah mereka terlihat sangat menyedihkan karena merasakan kesakitan yang tiada tara.
Farel juga demikian, dia berkeringat karena mengarahkan seluruh kekuatannya, sehingga dalam waktu singkat energi Qi-nya sudah mulai terkuras.
Setelah berhasil dinetralkan barulah Farel melepaskan tangannya dibahu mereka, dan dia langsung duduk diatas batu besar, dengan bajunya yang sudah basah semua karena keringat.
“Presdir? Kenapa sepertinya anda sangat kelelahan, emangnya presdir habis darimana?” Tanya Pak Juni, yang barusan tiba karena mengurus Delga dan Sang Manager tadi.
“Sudahlah! Jangan banyak tanya dulu, cepat ambilkan saya air minum” Ucap Farel tanpa menjawab pertanyaan dari Pak Juni.
“Baik Presdir, tunggulah sebentar” sambut pak Juni dengan dia langsung bergegas mencarikan minuman mineral.
Tak butuh waktu lama pak Juni sudah kembali dengan satu paperbag ditangannya, kemudian dia menyodorkan satu botol air mineral kepada Farel dan juga kepada Liji dan Jupe. Dalam sekali tegukan Farel sudah menghabiskan satu botol air mineral.
Farel menghela nafanya dalam-dalam, kemudian dia menghembuskanya kembali dengan pelan, namun ada sesuatu yang membuat orang-orang disekitar itu bertanya-tanya, ketika Farel menghembuskan nafasnya dengan samar terlihat embun yang sangat bening keluar dari dalam mulutnya.
Pak Juni mengerutkan keningnya, dia bertanya-tanya tentang kekuatan yang tersembunyi dalam diri sang Tuannya itu.
“Kalian boleh pergi sekarang! Dan ingat, kalian harus menjaga wilayah ini dengan baik, walaupun nyawa harus melayang” Titah Farel dengan tegas.
“Baik Bos, kami akan melakukannya dengan baik” jawab Jupe dengan membungkuk.
“maaf Bos, apakah kami boleh mendapatkan nomor Bos, karena siapa tau suatu saat kami butuh sesuatu dan dalam kesulitan besar” Kata liji yang langsung menyambut perkataan Jupe kepada Farel.
“Emm, baik! Kalian boleh mendapatkannya melalui Pak Juni, dan mulai sekarang dia yang akan mengarahkan kalian, kalian boleh memintanya untuk membantu kalian dimasa depan” Jawab Farel dengan wajah santainya.
“Baiklah kalau begitu, kami pamit untuk pergi Bos” Ucap Jupe dengan jiwa orang tuanya dia menunduk dan berbalik berlalu pergi, begitu juga dengan Liji yang mengucapkan hal yang sama.
Farel hanya menganggukkan kepalanya, dengan mengibaskan tangan kananya pertanda memperbolehkan mereka untuk pergi.
Setelah Jupe dan Liji sudah menghilang dari tempat itu, Farel melihat kearah Pak Juni dan sambil berkata “Apakah manager itu sudah diamankan bersama dengan Delga?”.
“Sudah Presdir, kita hanya tinggal menunggu, karena masalah ini sudah kita serahkan ditangan polisi, dan polisi meminta kita untuk menunggu sekitar 2 sampai 3 hari kedepan” Jawab Pak Juni dengan patuh dan dengan tegap masih berdiri disamping Farel.
“Emm, Baiklah.. Apakah ada lagi tempat yang perlu kita kunjungi, karena tempat ini saya perhatikan sudah cukup bagus untuk dibangun sebagai tempat wahana wisata alam” Ujar Farel dengan menatap jauh kedepan.
“Tidak ada lagi tempat lain yang akan kita kunjungi Presdir, kita langsung kembali kekota Medan” Jawab Pak Juni dengan hormat.
“Baiklah, kita langsung kembali ke kota Medan” Sahut Farel dengan tatapannya yang datar, namun masih terlihat dengan jelas ketampanannya yang alami.
Farel dan Pak Juni langsung bergegas pergi dari tempat itu, karena hari sudah mulai menuju sore sehingga mereka tidak punya waktu untuk berlama-lama ditempat itu.
Ditempat lain.
Dalam sebuah kamar yang sangat terlihat besar, seorang wanita yang parasnya sangat cantik sedang duduk didepan kaca besar dengan mejanya dipenuhi dengan berbagai macam kosmetik ala-ala wanita.
“Kak Farel” Gumamnya dengan suara samar, namun senyuman manias terpancar dari wajahnya yang cantik alami. Tangannya tak luput dari memutar-mutar rambutnya dengan menggunakan jari telunjuknya.
Kemudian dia lanjutkan gumamannya “Apakah kita bisa bertemu lagi? Kau adalah pahlawan yang tidak bisa dilupakan walau hanya sedetik saja”. Namun tiba-tiba suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya yang sedang berkelana dilangit ketujuh.
“Tok Tok Tok..
“Chika.. kenapa kamu belum keluar nak? Ayu kita makan malam, dadymu sedang menunggu dimeja makan” Ajak Tiara Gaho mamanya Chika Saraswati Zega.
“Iya maa, Chika baru datang” Jawab Chika dengan gelagapan, dia kaget dengan panggilan sang mama padanya.
Chika langsung bergegas membukakan pintu kamarnya “Ceklek”.
“Heemm.. anak manis, mama pikir kamu sudah ketiduran, makanya mama gak tega bangunin kamu” Ucap Tiara Gaho dengan lembut sambil mengelus rambut mulus sang anak.
“Ayoo maa, nanti Dady lama menunggu kita, keburu dingin makanannya” Ajak Chika, dan langsung ditanggapi oleh sang mama.
Sesampainya mereka dimeja makan, Chika melihat sang Daddynya yang masih sibuk dengan ponselnya dan masih belum menyentuh makanannya sama sekali.
“Haaii Dad” Sapa Chika membuka suasana yang hening, karena sang Daddy yang masih sibuk dengan urusannya tanpa melihat sekitarnya.
Sontak saja sang Daddy yang sibuk dengan Ponselnya langsung mengangkat kepalanya, dia melihat kearah sumber suara yang barusan menyapanya.
“Eh, anaknya Daddy, ayuuk kita makan malam” sahut sang Daddy dengan senyuman sumringahnya menyambut anak simata wayangnya.
“Oh ya? Adikmu mana? Kenapa Daddy tidak melihatnya” Tanya sang Daddy yang penasaran dengan keberadaan anaknya yang bungsu.