NovelToon NovelToon
Shut Up Pak Davin

Shut Up Pak Davin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: xxkntng

Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Coffe

"Val, tolong belikan saya cappuccino coffee di koperasi, ya," pinta Ziva ketika melihat Valerie baru saja masuk ke dalam ruangan.

Valerie menganggukkan kepala tanpa berkata apa-apa. Dengan langkah tenang, ia segera keluar dari ruangan. Wanita itu berjalan menuju koperasi kantor, melewati lorong yang cukup lengang siang itu.

Sesampainya di koperasi, Valerie mendekati meja kasir. "Mbak, Cappuccino coffee satu, " ujarnya singkat kepada penjaga koperasi.

"Baik, Mbak. Ditunggu sebentar, ya."

"Ngapain di sini?" tanya seseorang.

Valerie refleks menoleh ke samping. Ada Regan yang kini tengah berdiri di sampingnya sembari meminum coffe pesanannya.

"Kamu nggak akan jadi babu kayak gini kalau kamu nurut sama perintah Davin," kata Regan.

"Kamu itu aneh banget ya. Kalau disuruh pimpinan divisi nurutnya minta ampun, giliran disuruh Davin masih ngebantah," ucap Regan. "Padahal, pimpinan divisi kamu itu takut kalau sama Davin."

"Kayaknya anak magang yang berani sama Davin itu cuma kamu," ucap Regan. "Kalau Davin tahu kamu disuruh beli kopi seperti ini, dia pasti marah karena nggak terima."

"Davin itu sayang banget sama kamu. Dan saya heran, kenapa kamu nggak bisa ngasih hati kamu buat teman saya," ucap Regan.

"Gak peduli, Pak," ucap Valerie lalu beranjak pergi dengan membawa kopi pesanannya.

"Kamu buat salah apa sampai dipanggil Pak Davin?" tanya Ziva ketika melihat Valerie datang ke mejanya.

"Ini baru pertama kalinya saya lihat anak magang dipanggil langsung buat ketemu sama Pak Davin." 

"Cuma ditegur soal pakaian aja, Mbak." jawab Valerie santai.

"Emang kenapa pakaian kamu?" Ziva menatap pakaian yang dikenakan Valerie dari bawah sampai atas.

"Kayaknya terlalu ketat. Anak magang nggak boleh pakai pakaian seperti ini di kantor, katanya."

"Padahal saya sering pakai pakaian seperti ini. Kenapa Pak Davin nggak pernah negur saya?" ucap Ziva heran.

"Saya juga nggak tahu, Mbak."

"Val, pulang dari kantor free atau masih ada jadwal lain?" tanya Zico tiba tiba.

"Kenapa?"

"Mau nggak kalau gue ajak pergi keluar setelah ngantor?"

"Mau."

-

22.30

"Sudah jam berapa sekarang?" Davin menatap istrinya yang baru saja masuk ke dalam rumah.

Laki-laki itu menutup laptop dan fokus menatap Valerie yang baru saja pulang di jam tengah malam seperti ini.

"Terserah gue lah."

"Untung-untungan gue masih pulang, daripada gak pulang sampai pagi." jawab Valerie santai.

"Coba jawab yang bener," ucap Davin serius.

"Darimana?" tanya Davin sekali lagi.

"Cuma pergi makan sama temen."

"Kamu ada handphone kan? Kenapa gak ngabarin saya?"

"Ngomelnya besok aja. Sekarang gue ngantuk."

"Saya belum selesai bicara sama kamu."

"Duduk sini, jelasin kesalahan kamu ke saya apa," Davin menarik tangan istrinya, membawa wanita itu duduk di sofa ruang tamu sana.

"Setelah pulang dari kantor, aku diajak pergi makan-makan sama temen kantor. Kalau ditolak gak enak, makanya aku mau."

"Saya izinin kamu magang bukan berarti kamu bisa gunain kesempatan ini untuk keluar malam."

"Lo kenapa sih bawel banget."

"Coba sebutin kesalahan kamu apa?" tanya Davin sekali lagi.

"Gue ngantuk, Davin. Gue mau tidur," rengek Valerie kesal.

"Ngomelnya besok pagi aja."

"Kamu minum alkohol? "  Davin menatap istrinya curiga.

"Tadi haus banget, gak ada air putih di sana. Jadi gue pesen alkohol."

"Siapa anak kantor yang berani ngajakin kamu ke bar? " tanya Davin serius.

"Mau ngapain?" Valerie yang awalnya mengantuk seketika membuka matanya lebar lebar.

"Nama temen kamu siapa?" tanya Davin sekali lagi, nadanya kali ini lebih tegas.

"L-lo gak ada niatan buat pecat dia, kan?" tanya Valerie panik.

"Gak. Lo gak boleh ngomelin atau pecat dia."

"Kalau mau marah, marah aja sama gue."

"Gue rela diomelin sampai pagi, asal lo gak marahin temen gue."

"Jawab dulu pertanyaan saya."

"Gak mau."

"Saya cuma tanya nama dia siapa, kenapa kamu panik seperti ini?"

"Ngapain pakai tanya nama segala?"

"Biar saya tahu laki-laki mana yang berani ngajakin istri orang keluar sampai tengah malam seperti ini ke barr."

"Dia gak tahu kalau gue udah nikah. Ini semua pure kesalahan gue."

-

07.00

"Handle meeting hari ini. Meeting yang lumayan penting undur ke hari berikutnya," ucap Davin dari balik telepon.

"Tumben gak pergi ke kantor," tanya Regan.

"Agata sakit."

"Perasaan kemarin dia baik-baik aja." ucap regan heran.

"Gue juga sempet ngobrol sama dia di cafe kantor waktu dia beli kopi."

"Dia minum kopi? Kenapa lo gak bilang apa-apa ke gue?"

"Gue pikir lo udah tau soal ini."

"Dia punya penyakit lambung. Besok kalau lihat dia beli kopi, bilang sama gue." ucap davin.

"Dia beli kopi bukan buat dirinya sendiri, tapi buat Ziva."

"Gue heran banget deh sama istri lo. Dia kalau sama orang divisi nurutnya minta ampun, giliran sama lo ngebantahnya minta ampun," ucap Regan heran.

Davin memutus sambungan teleponnya, lalu menaruh handphone itu di atas nakas.

Valerie mengerjapkan matanya. Wanita itu mencoba mengondisikan matanya. pandangan matanya terlihat buram.

"Pusing." rengek wanita itu.

"Minum obat ya habis ini," ucap Davin.

Valerie refleks membulatkan matanya. Wanita itu menatap laki-laki yang tengah ada di sampingnya sembari menatapnya secara intens.

"L-lo ngapain di sini? Ini kan kamar gue."

"Lo ngelecehin gue ya?" Wanita itu refleks menaikkan selimut yang ia kenakan sebatas dada.

"Lo pasti habis pegang-pegang gue kan semalaman."

"AAAAAAA."

"Gue kan udah bilang. Gue gak mau tidur satu ranjang sama lo."

"Saya tidur di sofa." jawab Davin, yang membuat Valerie sedikit lega.

"Badan kamu demam. Habis ini makan terus  minum obat." ucap Davin.

"Gak mau."

"Sekarang jam berapa?" tanya Valerie.

"Gue kan harus berangkat magang. Lo kenapa gak bangunin gue?"

"Kamu masih sakit. Kalau kondisi kamu udah mulai membaik, kamu boleh pergi magang lagi."

"Lo sendiri ngapain masih di sini? Gak kerja?"

"Kerja aja sana, gue gak butuh ditemenin."

"Udah sana, kerja aja," ucap Valerie sebal.

"Yakin bisa apa-apa sendiri?" tanya Davin.

"Lo pikir gue semanja itu, hah?"

"Nanti ada dokter yang datang ke sini. Kamu harus diperiksa."

"Kenapa gak ngomong apa-apa kalau panggil dokter?"

"Kalau saya izin dulu sama kamu, kamu pasti nolak." ucap Davin.

"Jangan sok tau bisa gak!!"

"Pokoknya gue gak mau."

"Batalin dokternya, Davin."

"Dokternya udah di depan, gak akan bisa dibatalin," ucap Davin.

"Lo lebay tau gak. Gue tuh cuma demam, gak perlu dokter."

Ting.

Suara bel kamar berbunyi. Davin menyibakkan selimut miliknya, laki-laki itu segera turun dari ranjang hendak membuka pintu kamar.

Valerie memegang pergelangan tangan laki-laki itu, mencegah Davin untuk membuka pintu. "Davin, emang lo tega lihat gue disuntik?" ucap Valerie takut.

"Batalin aja ya, bilang kalau gue udah sembuh."

"Takut?" Davin menaikkan alisnya.

"Kata siapa? Jangan ngaco."

"Yaudah kalau kamu gak takut, kan cuma disuntik vitamin. Gak akan sakit."

1
sfs
semangat thor
sfs
Not bad,biarpun Valiere ngeselin.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!