Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.
Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 - Bekas tidak terlihat
Semilir angin berhembus begitu sejuk ditengah keramaian jalan yang tidak terlalu padat. Pohon - pohon rindang yang tertanam di setiap pinggir jalan menambah asrinya pemandangan pagi ini. Sudah lama kaki ini tidak pernah merasakan santai saat berjalan ke kampus. Biasanya Lana akan terburu-buru mengejar waktu saat di jalan.
"Akhirnya aku bisa menikmati cuaca pagi ini. " Hirup Lana sambil tersenyum.
Sudah hampir empat hari Lumi pergi dalam perjalanan kerjanya. Lana merasa lega. Pasalnya Lana setelah kejadian itu, sulit bagi Lana untuk terbiasa dan bersikap seperti biasa. Sesak rasanya terus berdampingan dengan Lumi. Mata Lana mulai turun, dia mulai merasakan sedih dalam hatinya.
...Aku tidak mengerti,...
...kenapa kau lakukan itu padaku? ...
...Apakah kau membenciku?...
...atau kau tidak menyukaiku saja?...
...Perubahan emosi yang selalu berubah dalam hitungan detik, membuatku sulit memahami dirimu. ...
...Aku ingat diriku manahan tangis di kamarku....
...Aku terduduk karena rasa terkejut yang berlebih pada diriku....
...Aku merangkul kedua lututku sambil menahan isak tangis yang terus menetes....
...Aku mencoba menahan air mataku menetes menjadi sebuah aliran....
...Sesak di dadaku waktu itu terasa begitu pilu....
...Kata tajam yang menusuk dalam hatiku begitu dalam dan dingin....
...Kata itu terngiang membuatku membenamkan diriku dalam kedua lututku....
...Aku begitu menyedihkan....
...Aku mengasihani diriku yang mencoba menyusun mentalku. ...
...Saat ke esokkan harinya....
...Saat memandangi diriku di cermin,...
...sensasi panas yang kau tuangkan di malam setelah matahari itu terbenam,...
...masih menyisakan bekas di leherku....
...Aku ketakutan....
...Tanpa sadar aku terus mengelus kasar leherku dengan kasar....
...Aku merasa kotor....
...Aku frustasi....
...Siluet rambut yang kulihat masih bisa aku lihat samar menempel pada leherku....
...Aku kembali terpuruk....
...Aku mendapati diriku yang begitu mudah dan gampangan....
...Aku mulai mempresentasikan diriku di mata orang seperti itu....
...Aku yang selalu mendapatkan kemalangan dalam ketidak berdayaan diriku....
...Membuatku mengalami trauma dalam hidupku....
...Empat orang dalam hidupku meninggalkanku,...
...di saat aku tidak berdaya dan berharap tidak akan ada yang meninggalkanku lagi....
...Itu semua hancur berkeping-keping tidak bisa kembali. Mungkinkah jika itu bisa ku perkirakan aku akan menerimanya dengan lapang dada....
...Tidak....
...Meski itu tidak diperkirakan dan mendadak,...
...semua tetap akan berjalan dengan hati yang berlapang dada. ...
...Kecupan kejam itu tidak ada artinya,...
...ku pikir....
...Karena sebelum itu aku merasakan kerusakan mental yang lebih buruk dari itu....
...Selama aku bisa menyusun kembali mentalku dan tetap menjaga utuh hidupku yang biasa saja,...
...itu tidak masalah. ...
...Itu yang terpikir olehku...
...Aku harap ini tidak akan menjadi mimpi buruk yang berlanjut panjang. ...
" Ayo kita nikmati waktu yang tersisa. " Gumam Lana menyemangati dirinya sendiri.
Dia mulai meyakinkan dirinya. Tangan Lana terus terentang ke atas seperti orang yang bersorak.
" Semangat se.... mangaat. semangat. " Kalimat itu terus terulang saat Dia berjalan.
Bahkan kakinya mulai berjingkrak dan melompat tidak jelas. Tidak Lupa senyum sumringah itu terus Dia tunjukkan. Lana terus bersenandung denga kata semangatnya itu. Orang-orang disekitar mulai berbisik dan tertawa sembunyi melihat Lana berjingkrak seperti orang gila.
Nuca yang melihat Lana dari kejauhan hanya bisa menepuk jidat. Dia merasa malu.
" Harusnya aku tidak menunggu Dia. " Nuca menatap Lana yang mulai mendekat dengan wajah datarnya.
" Ada apa Nuca? " Tanya Gabriel pada Nuca yang tidak tahan akan malu yang Dia rasakan.
Nuca yang tidak menjawab, membuat Gabriel mencari tahu apa yang Nuca lihat. Saat Dia menelusuri ke depan Dia melihat Lana sedang berjingkrak tak jelas terkadang tangan itu mengepak seperti burung. Mulut Gabriel termangap, matanya mulai berkedip. Setelah itu......
" LAAAANAAAAA! " Teriak Gabriel begitu keras membuat Nuca yang di sampingnya tercengang.
Senyum sumringah dan penuh bunga yang mengitari Gabriel. Dia menghampiri Lana dengan tingkahnya yang serupa dengan Lana.
" Oh HAI Gabriel. " Lana mempercepat langkahnya sambil melompat - lompat dengan tangan yang terus mengepak.
Begitu juga Gabriel tidak kalah konyol dari itu. Dia mulai berputar - putar seperti ballerina. Nuca yang melihat tingkah mereka hanya bisa ternganga hebat. Dia lupa ada dua orang gila tantrum dalam hidupnya.
" She was fairy" Gabriel mulai berputar anggun, yang kemudian dibalas Lana sama "She was fairy. " Lana berputar.
Jarak mereka mulai mendekat, mereka mulai melompat bersamaan dan berputar - putar seperti komedi putar. Nuca merasa muak melihat bunga - bunga konyol yang mengelilingi mereka.
" Kenapa aku yang harus merasakan malu bukan kalian. " Nuca mulai meninggalkan mereka.
" Ouy Nuca! " Teriak Gabriel.
" Go way. Guys you're crazy! Fuck. " Ucap Nuca yang menahan malu dengan langkahnya yang cepat.
Melihat itu, mereka berdua saling bertatapan. Mereka mulai meberikan telepati. Sinyal telah diterima, mereka mulai berlari menuju Nuca. Lana yang berada di sisi kanan sedangkan Gabriel yang berada di sisi kiri. Satu tatapan pasti. Secara bersamaan mereka mulai mengaitkan tangannya pada tanga Nuca. Nuca mulai terseret kekonyolan mereka.
Gabriel dan Lana mulai menyeret Nuca sambil melompat - lompat dan bersenandung begitu keras. Nuca terlihat begitu tertekan, warna merah mulai terpoles pada wajahnya. Mata itu terus berputar - putar menahan malu. Nuca terus bergeliat mencoba keluar dari lingkaran konyol mereka.
" Let it go! "
" Let it go ~ Let it go~ " celetuk mereka berdua bernyanyi.
Nuca terdiam sudut bibirnya mulai berkedut. Dia tidak tahan.
"HELP ME! " Teriak Nuca meminta setiap orang yang lewat untuk membantunya.
Sepanjang perjalanan bunga - bunga konyol terus mengelilingi mereka disertai umpatan Nuca.