Melisa tiba-tiba harus mengalami insiden buruk membuat dirinya kehilangan nyawa. Ia pikir hidupnya akan berakhir di sana tapi siapa sangka ia justru bangun dalam sebuah ruangan yang sangat kumuh.
"Ibu...ibu hiks bangun Bu hiks aku janji tidak akan menggangu ibu lagi hiks ibu..." Tangis anak kecil yang ada di sisi ranjang.
"Siapa ibumu ?" Tanya Melisa dengan bingung.
"Ibu hiks anda sudah sadar hiks..."
"Ha ? siapa yang kamu panggil ibu ?" Bingungnya.
"Ma-maaf hiks aku benar-benar minta maaf jika ibu maksudnya nyonya tidak ingin di panggil seperti itu lagi." Ujar Anak laki-laki lalu bersujud di atas lantai kayu.
"Apa yang sebenarnya terjadi ?" Bingungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebohongan
"Huh...apa lagi kali ini." Gumamnya lalu menghilang begitu saja.
...****************...
Seminggu sudah berlalu sejak Melisa dan Kevin mulai berkebun dan hari ini mereka akan pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Walau agak jauh tapi hanya ini pilihan yang bisa mereka jalani. Beberapa hari Melisa selalu memancing untuk mendapatkan ikan. Tapi memakan ikan disetiap hari membuatnya merasa bosan. Sedangkan di desanya sendiri tidak ada penjual daging. Jika ingin memakan daging maka harus pergi ke pasar seperti kemarin.
"Ayo Kevin setelah sarapan kita akan pergi ke pasar, apa ada sesuatu yang ingin putra ibu beli ?"Tanya Melisa.
"Tidak bu, tidak ada."
"Mari beli beberapa jajanan dan juga mainan."
"Tapi Bu..."
"Tidak ada tapi-tapian sayang, lagipula ibu tidak melihat satupun mainan milikmu. Setidaknya kita juga harus punya beberapa bukan ?"
"Iya Bu." Jawab Kevin dengan begitu bahagia.
Hingga akhirnya mereka pergi menuju pasar dengan menggunakan kereta kuda. Melisa memilih untuk menggunakan kereta kuda dengan membayar 50 perunggu untuk satu orang sedangkan 1 perak untuk 2 orang.
'Lebih baik membayar daripada kakiku lepas nantinya.' Pikirnya.
Sedangkan Kevin cukup senang dengan melihat jalan setapak yang mereka lewati.
"Apa kau wanita muda yang tinggal di tepi hutan itu ?"Tanya seorang wanita dengan perawakan 40 tahun itu pada Melisa.
"Iya.." Jawab Melisa dengan tersenyum ramah. Rumah yang mereka tempati memang di tepi hutan. Bahkan rumahnya termasuk jauh dari pada tetangga yang lebih memilih memiliki rumah menjauh dari hutan.
"Wah, dengan siapa kamu tinggal ? Apa hanau berdua saja dengan anakmu ini ?" Tanyanya.
Melisa menyipitkan matanya lalu tersenyum.
"Tidak kami tinggal bertiga." Jawab Melisa sedangkan Kevin menatap sang ibu dengan bingung. Bukankah mereka hanya tinggal berdua kenapa ibunya mengatakan jika mereka bertiga.
"Oh ya ?" Wanita tua itu menatap dengan menelusuri kepada Melisa.
"Tentu saja, saya tinggal bersama anak dan juga suami saya." Bohong Melisa. Kevin benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran sang ibu.
"Oh ternyata begitu, jadi dimana suami mu ?"
"Dia tinggal di rumah, menjaga rumah karena beberapa hari ini sedang ada beberapa berita perampokan dan juga pembunuhan." Jelas Melisa.
"Ternyata begitu." Sejenak raut wanita tua itu tampak kecewa sedangkan Melisa masih memasang wajah ramahnya. Saat ini kereta kuda hanya ada Melisa, Kevin, wanita tua ini dan juga pria yang duduk agak jauh dari mereka. Tapi sesekali Melisa memperhatikan pria itu lalu menggenggam tangan Kevin.
"Jadi apa pekerjaan suami anda apa dia petani ?"
"Dia pemburu yang sangat hebat. Saya bahkan jatuh cinta padanya karena kehebatannya itu. Bahkan ia memberikan saya kulit harimau di musim dingin sebagai hadiah. Oh ya saya juga sangat terkesima dengan tubuhnya yang benar-benar bagus. Otot-ototnya yang kuat, anda tau saya sering kali memintanya untuk mendaftar menjadi prajurit kerajaan tapi dia tidak mau dengan mengatakan bahwa ingin menjaga saya dan juga anak saya. Intinya suami saya benar-benar luar biasa, saya bahkan tidak perlu takut pada orang jahat oh saya akan memberi tau anda sesuatu yang rahasia..." Melisa merubah raut wajahnya dengan begitu serius.
"Sebenarnya kami pindah ke sini karena suami saya mematahkan kaki dan tangan seorang pemuda di kampung lama kami. Itu karena pemuda itu ingin menggoda saya..." Bisik Melisa pada wanita itu yang membuat wanita itu membulatkan matanya terkejut.
"Benarkah ?"
"Bagaimana saya menjelaskannya tapi itu memang benar adanya." Ujar Melisa dengan sedikit menunduk tapi tanpa wanita itu sadari Melisa tersenyum seperti mengejek wanita itu.
Sedangkan Kevin hanya bisa terdiam mendengar cerita karangan Melisa yang luar biasa.
"Oh astaga kita sudah tiba, saya akan pergi dulu ya... terimakasih karena mau bercerita dengan saya nyonya....ayo Kevin." Ujar Melisa yang tersenyum lalu turun dari kereta tersebut.
Ia berjalan membelah kerumunan dengan menggenggam tangan Kevin dengan begitu erat.
"Ibu...ibu kenapa berbohong ?"Tanya Kevin.
Melisa menatap sekelilingnya lalu menyamaratakan tubuhnya dengan putranya itu.
"Kevin sayang, tidak semua orang yang kita temui di dunia ini adalah orang baik. Jadi kita tidak boleh menyebarkan informasi pribadi kita. Dan juga wanita dan paman tadi bukanlah orang baik."
"Bukan orang baik Bu ?"
"Hahaha ayo ibu tunjukkan sesuatu." Ajak Melisa.
Akhirnya mereka berhenti pada sebuah papan pengumuman yang ada di dekat pasar. Ia menunjukkan sebuah sketsa wajah dengan tulisan dicari.
"kamu kenal orang ini ?"Tanya Melisa.
"Ini mirip bibi yang di kereta Bu."
"Dan ini ?" Ujar Melisa dengan menunjukkan satu poster lagi.
"Ini paman yang duduk di samping wanita itu." Ujar Kevin. Setelah itu tampak anak laki-laki itu menyadari sesuatu.
"Apa kedua orang itu adalah buronan Bu ?"
"Ya sayang dan itu adalah kasus perampokan dan juga pembunuhan. Sepertinya ia ingin. mengincar kita tadi makanya ibu berbohong tentang kita. Seorang anak laki-laki dan juga wanita yang lemah akan menjadi korban yang mudah tapi berbeda jika ada laki-laki kuat disana. Mereka akan berpikir berpuluh-puluh kali untuk melakukan kejahatan."
"Ibu benar-benar pintar." Ujar Kevin.
Sedangkan Melisa merasa beruntung karena. Kemarin ia memperhatikan sekilas papan pengumuman itu. Untung saja daya ingatnya sangat bagus hingga bisa terselamatkan.
"Terimakasih untuk pujiannya." Jawab Melisa dengan tersenyum.
"Kita ketempat tabib Li dulu ya untuk mengembalikan keranjang dan melihat paman yang kita tolong kemarin." Ujar Melisa.
"Iya Bu ayo." Kevin memegang erat telapak tangan sang ibu.
please author update yg banyak 🙏🙏🙏
ayo dong author di up yg banyak episode nyaaa
sampe gereget aku nungguin update mu thor...
makin seru ini👍🏻