NovelToon NovelToon
Dikira Ojol Ternyata Intel

Dikira Ojol Ternyata Intel

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Suami ideal
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pilips

Terpaksa menikah karena persoalan resleting yang tersangkut pada rambut seorang gadis bernama Laras ketika Polisi Intel itu sedang melaksanakan tugas mengejar pengedar narkoba. Polisi Intel itu menyembunyikan identitasnya dari sang Istri, ia mengaku sebagai seorang Ojol. Karena gagal menyelesaikan tugasnya. Aliando Putra Perdana hendak dipindah tugaskan ke Papua.
Tanpa Ali sadari, ia sengaja dikirim ke sana oleh sang Ayah demi menghindari fitnah kejam dari oknum polisi yang menyalahgunakan kekuasan. Ada mafia dalam institusi kepolisian. Ternyata, kasus narkoba berhubungan erat dengan perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum polisi di tempat Aliando bertugas.
Ingat! Bukan cerita komedi, bukan pula dark romance. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pilips, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bantu Tetap Sembunyikan Identitasku

Lapangan luas menyambut mereka malam itu. Baskara segera menghentikan kendaraan di dekat benda besar yang tertutupi oleh kain besar yang sangat tebal.

“Ngapain bawa kita ke lepangan?” beo Ali terus berjaga, ia belum sepenuhnya percaya pada saudara angkatnya.

Mata Aliando mengedar ke seluruh penjuru. Ia tarik Laras ke sisinya agar Ali bisa leluasa melindungi istrinya jika terjadi serangan tiba tiba.

Baskara, pria bertubuh tinggi tegap khas anggota polisi tengah membuka sesuatu yang menutupi benda besar tersebut.

“Uhuk ….” Baskara terbatuk karena debu yang menempel pada benda besar itu.

Mata Aliando terbuka lebar ketika melihat sebuah helikopter. Senyumnya mengembang seketika, ia tengok Baskara.

Tanpa perlu bicara, Baskara memberikan isyarat untuk segera masuk. Karena Aliando paham betul kalau Baskara tidak bisa membawa helikopter, maka, dialah yang akan mengemudikan helikopter itu.

“Sayang …, ayo naik.” Tangan kekar Aliando terjulur meraih badan mungil Laras.

Baskara mulai memasang alat seperti headphone untuk menutupi telinganya dari kebisingan baling helikopter ketika sudah berada di ketinggian.

“Pakai ini …, nanti akan terasa bising,” ujar Aliando memberikan penutup telinga bermodel sama dengan yang digunakan Baskara.

“Sudah siap?” tanya Baskara pada pasutri itu.

 Laras mengangguk dan Ali segera berpindah ke depan mengambil kemudi untuk menjalankan helikopter, ia sebagai pilot sekarang.

Baling baling mulai bergerak, butuh beberapa menit untuk memanaskan. Tidak lama setelah itu, tubuh mereka mulai merasakan melayang di udara. Suara berisik terdengar. Helikopter berwarna hitam itu perlahan meninggalkan Jayapura.

Tidak perduli lagi dengan barang barangnya yang tertinggal di rumah Honai. Namun, Laras menjadi sedikit cemberut. Ia memikirkan semua skincarenya. Semuanya mahal.

Kini, ia mengerti kenapa suaminya mampu membelikan sesuatu yang mahal seperti itu. Ternyata, Aliando adalah seorang Polisi Intel. Laras bersuamikan Polisi!

Lama kelamaan, wanita itu tertidur. Tubuhnya terasa sangat lelah setelah melewati pelarian menakutkan.

***

Sekitar 9 jam mereka melintasi daerah dan area perkotaan. Subuh baru mereka tiba di kota J tempat Aliando bertugas. Helikopter itu berhenti di atas sebuah gedung tinggi, Baskara yang mengarahkannya.

“Huffttt.” Aliando bersandar dan menutup matanya lekat barang sejenak. Udara subuh terasa sangat segar, angin terasa jelas karena mereka berada di ketinggian.

“Gedung apa ini?” tanya Ali tanpa membuka matanya.

“Gedung senjata baru.”

Mata Aliando sontak terbuka. “Hah? Sejak kapan ada gedung senjata?”

“Kau tidak tahu?” Baskara melepaskan seluruh perintilan yang ia pakai di dalam helikopter. Ia turun ke bawah.

Aliando menyusul dan membangunkan Laras dari tidur panjangnya. Ia tepuk pelan pipi istrinya. Wanita itu tersadar, matanya terlihat sayu.

“Kau mau hibernasi?” tanya Ali tersenyum.

Laras meregangkan kedua tangannya, menguap. “Apa sudah sampai?”

“Iya, tuan putri.”

“Kak Baskara, mana?” Matanya mencari sosok pria lain. Aliando merasa kesal, sopankah begitu?

Betis pendek Laras berusaha turun ke bawah. Namun, Ali segera mengangkatnya. “Udah mau ganti tahun dan kamu masih saja pendek.”

“Suami macam apa yang suka menjelekkan istrinya?”

“Istri macam apa yang baru bangun malah mencari pria lain?” beo Aliando tidak mau kalah.

Mulut Laras mengatup, membuang muka. Ia segera berjalan menuju Baskara. Ditepuknya bahu lebar itu sehingga Baskara berbalik padanya.

“Hey, bagaimana tidurnya? Nyaman?”

“Eum.” Angguk Laras, mulutnya monyong dengan manjah.

Baskara mengelus puncak kepala wanita itu dengan senang. “Kau semakin cantik, Laras.” Puji Baskara mencubit pipi wanita itu.

Ia ingat betul dua tahun yang lalu. Laras masih mengenakan kacamata. Rambutnya panjang sebahu. Gadis manis bermuka polos.

Melihat keduanya begitu akrab. Aliando segera ikut nimbrung ke sana. Ali memasang wajah yang tidak bersahabat, dia cemburu.

“Kita pulangnya pakai apa?” tanya Laras seperti bocil.

“Ya pakai kaki pendekmu lah!” celetuk Aliando dengan nada suara tinggi.

“Ih, apaan sih?”

Baskara meraih lengan Laras. Pria itu mengatakan kalau dirinya bersedia mengantarkan Laras pulang hari ini juga. “Ada mobil polisi lantas di bawah sana, aku bisa meminjamnya.”

“Baiklah, kak. Laras mau pulang bareng kak Bass.”

“Eh?” Aliando mau protes namun Laras segera menjawabnya. Istrinya mengatakan jika mereka semua akan pulang bersama. Bukannya Ali dan Laras memang harus kembali ke kampung?

Perjalanan pun dilanjutkan menuju kampung durian runtuh. Matahari sudah nampak, ketika mobil lantas polisi berhenti di depan rumah Laras, pintu nampak tertutup.

Ketika Laras mengetuk pintu, tidak ada jawaban. Sepertinya, kedua orang tuanya keluar. Laras mengajak Baskara masuk ke dalam sementara Aliando diminta untuk bantu membuatkan air panas.

Sudut bibir Aliando berkedut dua kali ketika ia datang membawa nampan. Dua orang di hadapnya sedang duduk berhadapan dan bertukar cerita sambil tertawa.

“Minum,” kata Ali pada Baskara dengan wajah tertarik seperti mau lepas nyawanya.

Ketika Baskara meminum teh manis itu, dahinya mengernyit. “Uh, ‘kok rasanya gini?” protes Baskara melihat muka Aliando yang penuh kemenangan.

“Emang kenapa, kak?” tanya Laras.

“Tanya suamimu coba.”

Laras melirik Aliando tapi pria itu cuma diam berdiri sambil melihat yang lain. Laras segera mencicipi teh manis itu dan tepat saat itu juga, mulutnya merembeskan air teh.

Pruftttt!

Pwahhh!

Reaksi lidah Laras jauh lebih jijik ketimbang apa yang diperlihatkan oleh Baskara tadi. “Huwekk!” Laras menyeka mulutnya. “Astagah, Mas Al! Ini bukan teh manis tapi teh asin!”

Aliando menjadi merasa bersalah, minuman itu cuma ditujukan untuk Baskara, bukan istrinya.

“Ya kamu sih, main minum minum aja.” Aliando menunduk.

Ketika Baskara melihat Aliando berperilaku seperti suami takut istri, mulutnya melebar seperti piring. Hah? Bisa bisanya seorang pria seperti Aliando menampilkan ekspresi dan perilaku seperti ini? Sejak kapan ia berubah? Semenjak menikahi Laras?

“Sebaiknya aku pulang, hari ini harus bekerja,” kata Baskara. Pria itu berdiri lalu memeluk tubuh Laras. “Jaga dirimu, ya?”

Laras menjadi salah tingkah dalam pelukan sang adik ipar. Dadanya berdetak lebih cepat. Namun, ketika ia mendapati wajah suaminya seperti setan, Laras segera melepaskan diri dari pelukan Baskara. “Ehe, kak Bass, hati hati di jalan, ya …, makasih udah nganterin.”

“Sama sama.” Baskara pamit dan setelah itu masuk ke dalam mobil lantas yang ia pinjam.

Ketika pantat mobil lantas terlihat sudah jauh. Aliando melipat kedua tangannya di dada, menatap Laras dengan tatapan menginterogasi. “Apa yang kamu suka dari Baskara jelek itu?”

Mata Laras mengerjap, mau kabur tapi tidak bisa. Kakinya seolah terpasak ke inti bumi. “Ma … maksudnya?”

“Kamu suka sama Baskara?” Kening Ali mengkerut, ia memajukan wajahnya mendekati Laras.

“Eng …enggga!”

“Kamu senang dipeluk sama Baskara?”

“Ih, engga, ya!”

Ali menghela napas panjang. “Semua jawaban kamu adalah, ‘iya’ padahal aku jauh lebih tampan dan kompeten ketimbang Baskara.”

Aliando meletakkan nampannya. Kedua tangganya bertumpu pada lutut, ia setengah menundukkan punggungnya agar wajahnya bisa sejajar dengan Laras. “Aku juga polisi, Laras …, tidakkah kamu senang dengan kenyataan kalau suamimu ini adalah polisi? Intel pulak.”

Laras menoleh ke sembarang arah. Dalam hatinya ia juga setuju dengan pernyataan Aliando kalau pria itu memang dua kali lipat lebih tampan dari Baskara. Hati Laras menjadi sedikit lebih lega, status mereka menjadi aman.

Aliando adalah seorang polisi maka tidak akan ada pertengkaran mengenai tingkat pendidikan dan pekerjaan di masa depan.

“Laras ….” Aliando menangkup sebelah pipi lembut istrinya. “Mas mau minta tolong sama kamu.”

“Apa, Mas?” Manik mata itu bergerak, indah seperti telaga.

“Tolong, jangan beritahu siapa pun kalau aku ini … polisi intel.”

1
widya widya
lanjutt Thor.. seru
Laksmi Dewi (Pilips): up tiap hari kak, pantengin yaaa..
total 1 replies
widya widya
Ceritanya seru dan kocak.
widya widya
Seru dan kocak.
Laksmi Dewi (Pilips)
Karya pertamaku di Noveltoon
Rian Moontero
bukan cerita komedi,,tpi bikin aq ketawa🤣🤣🤸🤸
Laksmi Dewi (Pilips): jangan lupa mingkem kak
total 1 replies
yanah~
mampir kak 🤗
Laksmi Dewi (Pilips): makasih kak
total 1 replies
Alucard
Jalan ceritanya memukau!
Laksmi Dewi (Pilips): novel ini up tiap hari kak, makasih atas komentarnya
total 1 replies
Risa Koizumi
Masuk ke dalam cerita banget.
Laksmi Dewi (Pilips): sip kak, lanjutkan. novelnya up tiap hari
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!