Adelia Kirani seorang mahasiswi cantik terpaksa menikahi Azzam Prasetyo mantan kekasihnya, karena sebuah jebakan.
Mereka putus karena Azzam terlalu mengekang dan berani bermain api di belakangnya.
Akankah pernikahan mereka berjalan dengan lancar?
Bagaimana cara Adel bertahan dengan sikap Azzam yang tidak pernah Ia ketahui?
Yuk simak terus kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byerlyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Ibu"
"Sayang" jawab Ibu memeluk Adel erat.
"Ada jeng Sinta juga ternyata" Ibu mengurai pelukannya, beralih memeluk mama Sinta.
"Iya jeng, tadi pagi pagi Azzam telpon. Katanya Adel sakit, ya sudah saya kesini bawa makanan buat mereka. Takutnya Adel belum sempat masak."
"Kamu sakit Del?" tanya Ibu meneliti seluruh badan Adel. Tapi wajah Adel terlihat biasa biasa saja.
"Udah mendingan bu, cuma mual mual tadi pagi. Sekarang sudah biasa saja." Adel meringis melihat tatapan curiga Ibunya.
"Jangan jangan kamu hamil!"
Adel bingung harus menjawab apa, dia sudah memperkirakan semuanya. Terakhir menstruasi beberapa hari sebelum menikah. Tanda tanda datang bulan pun belum terlihat setelah beberapa bulan menikah.
"Betul juga kata jeng Sonya. Nanti kita cek ya sayang" Mama dan Ibu terlihat girang.
Mereka berjalan masuk, mengapit tangan Adel kiri dan kanan. Hari ini, Ibu berencana mengajak Mama dan Adel pergi belanja ke supermarket. Menghabiskan waktu dengan berbagai hal yang berbau feminim.
Sore hari menjelang malam, para wanita itu sedang berkeliling pusat perbelanjaan setelah membeli semua kebutuhan rumah mereka. Sembari menunggu para suami datang menyusul ke restoran yang sudah mereka booking untuk makan malam.
Adel juga mampir ke apotek membeli alat tes kehamilan karena di paksa oleh Ibu dan Mama. Kedua wanita ini sangat excited, padahal belum tentu juga Adel sedang hamil. Dia jadi takut mengecewakan semuanya.
Ibu terlihat gelisah sedari tadi teleponnya tidak diangkat oleh Ayah. Mencoba berkali kali, tetapi hasilnya nihil nomer Ayah tetap tidak aktif.
Adel menghampiri Ibu, dia melihat raut wajah Ibunya terlihat murung. Di pegangnya pundak sang Ibu, "Ibu kenapa?"
"Hah,,,, Ibu tidak apa apa" jawab Ibu tergagap.
"Ayah belum bisa dihubungi? Sesibuk itu Ayah ya."
Ibu terdiam sebentar, dia tidak tahu harus menjawab apa. Karena memang beberapa minggu kebelakang suaminya terlihat sangat sibuk sekali. Ibu tidak mau membebankan Adel dengan keadaannya.
"Mungkin Ayah sangat sibuk hari ini, biarkan dia menyusul nanti. Ayo kesana, Mama mertuamu sudah menunggu."
Adel mengangguk pelan, merasa ada sesuatu yang ditutup tutupi oleh Ibu. Tapi dia berusaha menepis semua dugaannya.
"Kenapa kalian diam disini? Ayo, Azzam sama Papanya sudah menunggu di tempat" mama Sinta menghampiri Adel dan Ibu.
Mama Sinta menggandeng Ibu berjalan keluar, diikuti Adel yang masih memikirkan hal hal yang ganjal sembari menatap punggung Ibunya.
...****************...
Di sebuah restoran ternama seberang pusat perbelanjaan, disitulah mereka berkumpul. Duduk di kursi berjejer panjang yang terletak di pojok ruangan. Suasana hangat terasa sangat kental, namun Adel tak menampik dia sedih saat Ayah tidak datang.
"Ngomong ngomong dimana pak Adam, bu Sonya" tanya papa Juan tidak melihat batang hidung teman sekaligus musuhnya itu.
Ibu tegang ketika ditanya dimana suaminya, ia terdiam sebentar sebelum menjawab. "Ayah Adel sibuk pak Juan, dia tadi mengabari saya belum bisa menyusul." ujarnya sedikit berbohong.
Papa Juan hanya mengangguk anggukkan kepalanya. Sementara Adel meremat sendok di genggamannya, dia terlihat tidak suka saat Ibu berbohong. Tidak dipungkiri Adel merasa marah pada Ayahnya.
Menit ke menit berlalu, mereka membubarkan diri untuk pulang kerumah masing masing. Adel dan Azzam mengantar Ibu pulang terlebih dahulu.
Dalam perjalanan hanya ada keheningan, sementara Adel sudah tertidur lelap di kursi samping kemudi. Ibu yang sedang duduk dibelakang berusaha mengambil napas dalam untuk berbicara pada menantunya.
"Azzam" panggil Ibu.
Azzam melirik ke arah kaca spion, memasang raut wajah bingung. "Ada apa Ibu?" dengan nada hati hati.
"Boleh Ibu minta tolong, ini,,,, soal Ayah Adel."
Sejenak Azzam terdiam, menoleh kearah istrinya. Memastikan Adel sudah nyenyak dalam mimpinya.
"Boleh, katakan saja Bu. Jika Azzam mampu pasti akan Azzam bantu" jawabnya mantap.
"Ehm,,,, sebenarnya Ibu merasa aneh dengan Ayah akhir akhir ini. Dia sering lembur, pulang telat, berangkat pagi pagi sekali, dan saat weekend pun Ayah tetap berangkat kerja. Apakah menurut Azzam, ada yang disembunyikan oleh Ayah?"
Azzam terdiam sebentar, dia juga bingung apa yang dilakukan mertuanya di luaran sana. Sejak pertemuan empat mata mereka saat itu, Azzam sudah tidak peduli dengan Ayah. Dia tetap menyelidiki siapa wanita dan anak laki laki itu, namun sampai sekarang belum menemukan titik terang.
"Akan Azzam cari tahu, tapi Azzam butuh waktu untuk semua ini. Azzam mohon dengan Ibu, jangan bicarakan apapun dengan Adel."
"Terima kasih nak" raut wajah Ibu terlihat sedikit tenang.
Azzam melajukan mobilnya cepat setelah mengantar Ibu mertuanya, dia ingin cepat beristirahat malam ini melupakan masalah yang datang silih berganti.
Menggendong Adel menuju lantai atas rumahnya, diletakkan tubuh istrinya di ranjang dengan lembut. Kemudian mengganti semua pakaian Adel dengan piyama kesayangannya.
Setelah urusan Adel selesai, Azzam masuk kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dibawah guyuran air dingin, dia coba menetralisir sakit pada kepalanya.
Keluar hanya menggunakan handuk sepinggang, menampilkan otot otot lengannya. Azzam mengambil wine lalu berjalan menuju balkon kamar.
Duduk santai seraya menyesal wine di genggamannya. Dia mengambil ponsel mengetik nomer seseorang dan menghubunginya.
"Sudah dapat informasinya?"
"Maaf bos, identitasnya sulit ditembus" ucap seseorang diseberang telepon sana.
"Dasar tidak becus, besok malam harus ada!" maki Azzam pada anak buahnya.
"Baik bos diusahakan!"
Azzam segera mengakhiri panggilannya. Menegak tandas wine di botol. Masuk kedalam kamar berganti pakaian.
Azzam memperhatikan wajah Adel lekat, mengelus mengecup pelan pipi Adel. Setelah dia puas, Azzam naik ke atas ranjang menyusul Adel terlelap.
...****************...
Di tempat lain, Ibu sudah selesai beres beres barang belanjaannya. Ia berdiri di balkon memandang mobil suaminya, yang baru saja terparkir.
Dengan langkah pelan Ibu masuk kembali kedalam kamar. Duduk ditepi ranjang, menunggu Ayah masuk. Saat handel pintu terbuka, Ibu berdiri menghampiri Ayah yang mematung menatapnya.
"Dari mana saja Ayah, hampir tengah malam baru pulang" tanya Ibu lembut dengan senyum hangatnya.
"Ayah lembur."
Ibu tersenyum kecut mendengar alasan itu, selalu itu itu saja yang dijadikan alasan. Dengan berani tatapan Ibu berubah nyalang menatap suami yang berada didepannya.
"Pembohong!"
"Apa maksud Ibu, jangan kurang ajar pada suamimu!" emosi Ayah terpancing saat Ibu berani membentaknya.
Ibu mencengkram kemeja Ayah sampai kusut, "Ayah yang kurang ajar, Selalu lembur yang dijadikan alasan. Padahal Ayah main serong dibelakang Ibu."
"Ibu bicara apa!"
"Dasar laki laki pengecut. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Bagaimana mesranya cara dia memanggilmu, Adam. Bagaimana rasanya, apakah kau merasa puas dengan tubuhnya, lebih indah mana jika dibandingkan dengan tubuhku ha! Jawab!" dengan isak tangisnya Ibu memukul brutal dada Ayah.
Sudah habis kesabaran Ayah, dengan kasar membanting tubuh Ibu di atas ranjang dan menindihnya. Di ikatnya tangan Ibu dengan dasi, lalu Ayah melucuti semua pakaiannya beserta dengan pakaian Ibu.
"Hukuman untuk istri keras kepala" bisik Ayah sebelum memulai aksi bejatnya. Teriakan Ibu tak di pedulikan olehnya, dia menyetubuhi istrinya dengan kasar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
dan tak membosankan kan sama sekali
oh ya jangan lupa dukungan nya di novel ku judul nya
istri kecil tuan mafia dan juga
dia imam ku Jagan lupa mampir