NovelToon NovelToon
After Office

After Office

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Office Romance
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Lanjutan Cerita Harumi, harap membaca cerita tersebut, agar bisa nyambung dengan cerita berikut.

Mia tak menyangka, jika selama ini, sekertaris CEO yang terkenal dingin dan irit bicara, menaruh hati padanya.

Mia menerima cinta Jaka, sayangnya belum sampai satu bulan menjalani hubungan, Mia harus menghadapi kenyataan pahit.

Akankah keduanya bisa tetap bersama, dan hubungan mereka berakhir dengan bahagia?

Yuk baca ...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penjelasan Pada Rekan

Dari sudut matanya, Mia bisa melihat pria yang sedang memasang wajah berbeda dengan semalam. Kaku, lempeng, dingin, tak ada senyum dan keramahan di wajah manis itu.

Jaka bagaikan dua sisi yang bertolak belakang, saat menjalani profesinya, dan ketika menjadi kekasihnya. Andai tak punya hubungan spesial, mungkin Mia tak akan pernah tau, jika pria itu bisa tertawa dan tersenyum manis yang menunjukkan lesung pipi.

"Oh ya Mi, kamu masih sering komunikasi sama Dita, nggak? Istri saya nanyain."

"Kayaknya udah seminggu ini nggak wa-an, sibuk mungkin pak, kan Dita ambil kuliah online, sama jadi driver grab."

"Oh pantes, tapi kamu bisa ke rumahnya, nggak? Kebetulan ini hari Jumat, tapi kalau emang nggak bisa, ya udah saya titip kurir." Dimas berdiri membelakanginya. Mereka berada di elevator khusus petinggi perusahaan.

"Bisa-bisa pak." Tak mungkin bagi seorang bawahan menolak permintaan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. "Saya akan antar sepulang kerja." Mia bersemangat.

Pintu elevator terbuka dan tiba di lantai teratas gedung, Mia mengikuti langkah lebar dua lelaki jangkung di depannya. Mereka melalui lorong yang berujung tepat di meja sekertaris berdampingan dengan asisten CEO, sudah ada Aryan di sana sedang fokus di depan laptopnya.

Pria yang juga memiliki postur tubuh tinggi itu, berdiri dan menyapa atasannya. Mereka sempat berbincang soal pekerjaan, tapi kemudian Dimas meminta Aryan untuk membawanya ke dalam ruangannya.

"Sekalian bacain jadwal harian saya, Ka!" kata Dimas pada sekretarisnya. "Ayo Mi, masuk!"

Mia ikut melangkah masuk ke dalam ruangan di mana pemilik perusahaan bekerja. Dia berjalan paling belakang tiga pria pemilik punggung lebar itu.

Dimas duduk di kursi kebesarannya, sedangkan sekeras di sisi kanannya, sementara asistennya berdiri bersebelahan dengan Mia.

Dimas memberikan dua paper bag dengan warna berbeda, "Yang oranye punya kamu, kalau yang biru punya Dita, ya! Jangan sampai ketukar, soalnya ada buat adiknya Dita yang cowok." Pesannya.

"Baik pak," Mia menerima dua tas besar itu. "Kalau gitu, saya undur diri dulu." Dia berbalik melangkah keluar dari ruangan.

***

Menjelang jam makan siang, Mia mendapatkan pesan dari kekasihnya, tapi dia memilih mengabaikannya. Lalu di grup chat khusus staf keuangan kecuali staf baru, Haris mengajak mereka untuk makan siang di luar. Sambil saling membalas chat, mereka melirik satu sama lain, seraya menahan tawa.

Mia terlebih dahulu bangkit, tanpa sepatah katapun, dia pergi begitu saja. Ketiga seniornya tak mempermasalahkannya, karena dia sudah berpamitan memalui pesan grup.

"Tumben Mbak Mia diam-diam aja, nggak pamitan. Kenapa ya?" Tanya Raisa kepada ketiga seniornya.

"Mana gue tau, dah lah, Gue juga mau keluar. Sa, kalau bisa Lo makan siang di pantry aja, seenggaknya ada yang stand by." Sahut Indah, seraya mengantongi dompet dan ponselnya.

"Mbak Indah nggak makan di Pantry?" Raisa sampai heran, karena jarang sekali perempuan beranak satu itu meninggalkan lantai divisinya.

"Gue kesiangan, nggak sempat buat bekal. mending minta tolong Mak Jum sana, minta bawain makanan dari kantin, atau pesan go-food sendiri." Setelah mengatakannya, Indah pergi begitu saja.

Selang beberapa menit, giliran Ringgo dan Haris. Dua pria yang sudah sepuluh tahun bekerja di perusahaan, acap kali makan siang bersama.

***

Tawa keempatnya pecah, begitu motor berhenti di lampu merah. Mereka kompak membuka kaca helm masing-masing.

"Demen banget gue lihat muka bingung itu bocah." Seru Indah yang berboncengan dengan Mia.

Mereka merencanakan makan siang agak jauh dari kantor, sehingga memilih menggunakan motor agar lebih cepat.

"Keselnya udah di ubun-ubun, ya Ndah?" Seru Ringgo.

"Banget, bisa-bisa tensi gue naik." Teriak Indah. Di antara bisingnya kendaraan mereka bercakap-cakap, sebelum tancap gas lagi begitu lampu berubah berwarna hijau.

Butuh waktu sekitar lima belas menit lebih, menggunakan sepeda motor, demi mencapai tempat tujuan makan siang mereka kali ini.

Awalnya Haris berceloteh, menginginkan makanan khas Jogja. Pria itu sedang mengalami sindrom cauvade, padahal istrinya yang sedang hamil. Dulu dia sempat mengejek Fero, sewaktu mantan asisten CEO itu dilarikan ke rumah sakit, karena pingsan di kantor. Ketika Anggita sedang hamil muda. Dan sekarang Haris merasakannya sendiri, hanya saja tak sampai pingsan, dia hanya sering menginginkan makanan di luar kebiasaannya sehari-hari.

Yang lebih menyebalkan lagi, Haris menginginkan gudeg yang jaraknya lumayan jauh dari kantor. Sebuah warung makan legendaris yang sudah puluhan tahun berdiri, tepat di seberang terminal.

Mia dan Ringgo sebagai pengemudi memarkirkan motor tepat di depan mini market di samping warung.

Tempatnya tak terlalu luas, hanya beberapa meja saja, dengan lebar tak sampai empat meter.

Indah menyebutkan pesanan terlebih dahulu, perempuan yang hari ini memakai blus hijau lumut, sepertinya cukup kalap untuk makan siang kali ini. Mia juga tak jauh berbeda, hanya saja dia meminta tambahan cabai, katanya agar lebih 'nampol' saat memakan makanan manis..Di susul Haris dan terakhir Ringgo. Keduanya memesan porsi layaknya kuli bangunan. Mereka berempat duduk di tempat paling pojok warung dan saling berhadapan.

"Sambil makan, gue mau denger alasan Lo, kenapa tiba-tiba bonceng gue semalam, padahal jelas-jelas Jaka ngajak balik bareng? Gue tau Lo berdua pacaran." Haris berseloroh, dari semalam dia penasaran dengan apa yang terjadi.

Lupakan sejenak etika makan, yang harus mengharuskan mereka untuk fokus pada makanan. Mia meminum es tehnya terlebih dahulu, sebelum menceritakan tentang kejadian semalem. "Tapi gue minta, Abang, mas dan mbak, jangan ngetawain gue, ya?" Dia sadar mungkin ceritanya sedikit aneh untuk para seniornya yang masing-masing sudah berumah tangga.

"Kalau lucu ya ketawa, Mi! Ya kali mesti tahan tawa." Tutur pria yang usianya paling tua di antaran mereka berempat. Ringgo menggigit olahan kulit sapi yang terasa lembut.

"Ish ... Abang nih! Gue serius." Mia mendengus.

Ringgo terkikik, "Lanjut-lanjut ..."

"Jujur, semalam gue takut banget sama dia." Akui Mia.

Ketiganya menghentikan aktivitas makannya, lalu kompak menatap gadis perawan yang duduk di paling pojok.

Dengan polos Mia bercerita, tentang Jaka yang tiba-tiba menciumnya, dan setelahnya mengatakan ingin menidurinya, karena terlalu merindukannya. "Jujur ya, kalian bertiga, sewaktu belum menikah, sempat gituan nggak sama calon masing-masing?"

Ringgo dan Haris kompak berdehem, dan melanjutkan makannya. Sementara Indah menyeruput es jeruk miliknya. "Gue sih Mi, pecah telornya, abis nikah. Lo tau kan kalau gue kolot." Akuinya.

"Masa?" Timpal Ringgo, "seingat gue, waktu liburan ke Anyer, malem-malem pacar Lo minta pengaman ke gue, buat ngelakuin sama siapa emang?" pria berkemeja maroon itu sengaja mengungkit.

"Kaga jadi, orang gue nangis-nangis, gue takut benget. Akhirnya itu pengaman ditiup sama dia, terus kita main lempar-lemparan balon, sampai ngantuk sendiri." Indah membantahnya dengan wajah memerah.

"Iya-iya kita percaya, kok!" Ringgo dan Haris menyahut hampir bersamaan, tetapi dengan memasang wajah tak percaya.

Sedangkan Mia hanya bisa menahan tawa, sambil terus memakan sajian di piringnya.

"Udah nggak usah bahas gue, ini Mia lagi bahas masalahnya." Indah sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Sampai lupa, terus-terus Mi, Jaka nggak nelpon atau Wa Lo, setelah Lo tinggalin gitu saja?" Haris bertanya.

"Gue matiin hape, dan baru gue aktif in waktu mau order grab tadi pagi." sahut Mia.

"Lo bales nggak chat nya?" Giliran Ringgo yang bertanya.

Mia hanya menggeleng, karena mulutnya penuh dengan makanan. "Parah Lo. Mi! pacar lo kalau ngamuk sadis tau, saran gue jangan Lo cuekin kayak gitu. Orang pendiam itu lebih menghanyutkan." Tutur Haris.

"Gue ngeri, mas! Gue tuh nggak mau sampai ditiduri, apalagi gue tau pada akhirnya, gue sama dia nggak bakal nikah, karena dia udah dijodohin." Mia menjelaskan alasan menghindari kekasihnya.

"Tau dari mana, Lo?" tanya Haris lagi.

"Bang Aryan. Katanya sekitar tiga bulan lagi calon bininya bakal balik dari luar negeri. Denger itu gue patah hati tau. Belum sebulan masa udah gini. Kayaknya gue mau putus aja deh!"

"Emang Lo udah nanya langsung ke dia, Mi?" Tanya Indah.

"Gue takut nangis, mbak! Tapi gue kasih alasan apa buat putus? Gue bingung deh!" Mia menghela napas.

"Saran gue mending Lo tanya langsung dulu, Mi!" Seru Haris.

"Tapi kalau tiba-tiba gue di ajakin nikah, gimana? Karena kata Bang Aryan dia lagi pesan cincin sama set perhiasan, buat lamar gue. Tapi kalian tau lah, tanggungan gue masih banyak banget."

Ketiganya mengangguk setuju, sebagai rekan satu divisi yang bertemu lima hari selama seminggu, tentu saling menceritakan kehidupan masing-masing, di sela waktu bekerja.

"Tapi sampai kapan Lo begini? Saran gue secepatnya Lo ngomong, kalau memang bener dia dijodohin, ya udah Lo mundur. Tapi soal dia pengen nikahin, Ya Lo bilang tentang keadaan, Lo!" ujar Ringgo.

"Setuju tuh gue, pokoknya jangan lama-lama Lo hindarin dia, karena Lo sendiri belum pernah tau gimana kalau dia udah marah." Timpal Haris, hal itu juga disetujui oleh Indah.

Mia menghela napas, "Gue usahain." Tapi lain di mulut, lain di hati. Nyatanya notifikasi yang sedari tadi masuk pada ponselnya, sama sekali tak dia pedulikan.

1
yanah~
Mampir kak 🤗💪
shevaqilaryan
langsung disergap sama si babang Jaka.....
jangan sampai di unboxing sebelum dimutasi y bang....
Siti Rohmawati
Luar biasa
Masdalifah FransisQa Pangesturi
knp dsni lama x y updatenya.. pdhl cerita dsblh udh update
Mareeta: aku biasanya malam updatenya yang ini
total 1 replies
Eni Yunani
selalu ku tunggu updattannya
Eni Yunani
selalu suka dengan karya author,, Mister asisten is my first love
Astried Wulandary
ceritanyaaa seruuuu, semangaaatttthor buat update ceritanya teruss 😍😍💪💪💪
Cece Jumi
kak udah kirim bunga Ama vote nya /Grin//Smile/
Mareeta: terima kasih banyakkkkk😍😍😍
total 1 replies
nabila anjani
Lanjut
Eni Yunani
lanjut othor
Sri haryani
semoga jaka yg daten
Sri haryani
langsung sosor aja ya ka /Facepalm//Facepalm/
Sri haryani
Orang-orang di sekita fero, kenapa sifatnya sama ya
Mareeta: ketularan 🤭
total 1 replies
Sri haryani
mampir ya Thor.... semoga gak kalah seru dari novel sebelumnya
Cece Jumi
ceritanya menarik dan selalu di tunggu up. ya
Cece Jumi
mampir dlu kak
Mareeta: terima kasih 🥰
total 1 replies
shevaqilaryan
Thor, kenapa g dilanjut di sebelah....

sisan belum up disini rajin banget up nya....
terimakasih Thor....
bunny cooky
seru banget, sama pokoknya kek novel2 othor yg lainnya 🤗
semangat 💪🏻
bunny cooky
mampir aku thor, nyampek jga di ceritanya mia sama pak jaka 😂 🤭
Mareeta: makasih banyak
total 1 replies
Saadah Rangkuti
kok keliatan murahan ya thor si Mia mau aja digituin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!