NovelToon NovelToon
FAMILY PORTRAIT Anggun Si Gadis Hebat

FAMILY PORTRAIT Anggun Si Gadis Hebat

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Teen Angst / Mengubah Takdir / Keluarga / Angst / Si Mujur
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Bukan salah Anggun jika terlahir sebagai putri kedua di sebuah keluarga sederhana. Berbagai lika-liku kehidupan, harus gadis SMA itu hadapi dengan mandiri, tatkala tanpa sengaja ia harus berada di situasi dimana kakaknya adalah harta terbesar bagi keluarga, dan adik kembar yang harus disayanginya juga.

"Hari ini kamu minum susunya sedikit aja, ya. Kasihan Kakakmu lagi ujian, sedang Adikmu harus banyak minum susu," kata sang Ibu sambil menyodorkan gelas paling kecil pada Anggun.

"Iya, Ibu, gak apa-apa."

Ketidakadilan yang diterima Anggun tak hanya sampai situ, ia juga harus menggantikan posisi sang kakak sebagai terdakwa pelaku pencurian dan perebut suami orang, berbagai tuduhan miring dan pandangan buruk, memaksa anggun membuktikan dirinya Hebat.

Mampukah Anggun bertahan dengan semua ketidakadilan keluarganya?
Adakah nasib baik yang akan mendatangi dan mengijinkan ia bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TIGA PULUH

Bu Maryani menghela napas sangat dalam, berkacak pinggang melotot pada sang putri yang duduk di ujung bed tanpa sedikitpun menunjukkan wajah bersalahnya.

“Kamu bisa nggak sih, jaga dikit sopanmu itu di depan tamu?” gertak Bu Maryani menahan amarah.

“Ibu … jangan polos dan pura-pura nggak tahu, coba ibu perhatikan bagaimana cara dokter itu memandang kami, anak-anak gadismu.” Aulia memang pandai berkilah dan menilai sesuatu dari sisi yang salah.

“Memangnya bagaimana?!” balik Bu Maryani semakin naik pitam.

Aulia duduk menyilangkan kakinya, dengan percaya diri seraya memandangi kuku-kuku tangannya, “Bu, dokter itu jelas tak biasa, buat apa seorang dokter rela secara khusus menjenguk pasiennya kalau nggak ada niat tersembunyi,” ucapnya.

Bu Maryani terdiam sesaat, mencerna apa maksud dari ucapan sang putri, “Ah, ada benarnya juga sih kata Lia,” batinnya mulai terpengaruh.

“Semalam aku dengar dokter itu mengantar Anggun pulang kan? Dari mana coba mereka bisa kenal? Hati-hati loh Bu, kita harus mengawasi Anggun baik-baik.”

Bu Maryani menurunkan kedua tangan dari pinggangnya, lalu duduk di kursi belajar milik Aulia. Dengan alis berkerut sedikit menimbang ia berkata dengan lebih tenang, “Mereka bertemu di rumah sakit, kemarin waktu Anggun dirawat, dokter itu yang menolong dan memberikan semangat saat adikmu kambuh secara aneh di lobi.”

Aulia melipat satu tangannya ke dada, dan satu tangan lainnya memegangi dagu lancipnya, “Hmm … Ibu yakin itu pertama kalinya mereka bertemu? Kalau dipikir-pikir, memangnya wajar orang asing akan sukarela menawarkan bantuan begitu besar bahkan mengurus biaya pindah sekolah segala, Bu?”

Bu Maryani tampak lebih serius dengan pemikirannya setelah mendengar ucapan putri sulungnya, “Agak nggak masuk akal sih?”

Sementara obrolan ibu dan anak masih berlanjut, dokter Andika berpamitan karena panggilan darurat dari rumah sakit, selain karena suasana pun telah berubah menjadi canggung.

“Dokter baik itu sudah pulang, kenapa Ibu sama Mbak Lia masih di kamar?” Arpin melongok ke dalam kamar Aulia.

“Pin! Buruan ayo … jadi nggak dengerin lagu-lagu anak, udah didownload nih sama Mbak Anggun di alat lucu ini!” panggil Arpan seraya mendekati Arpin.

“Eh! Tunggu! Kalian kesini dulu!” teriak Aulia memanggil kedua adik kembarnya.

Si kembar pun mendekat dengan sedikit perasaan takutnya, “Mbak Lia mau marah lagi?” ucap Arpin sedikit ragu seraya menyembunyikan diri di samping sang ibu.

“Dih, tergantung!” sahut Aulia ketus. “Coba lihat apa yang kamu bawa, sini!” tunjuknya pada Arpan yang memegang ipod mini yang ia pinjam dari Anggun.

“Nggak boleh! Ini punya mbak Anggun!” Arpan mengambil langkah menjauh tak ingin sang kakak tertua mengganggu kesenangannya saat itu.

“Nah Bu! Darimana Anggun punya barang semahal itu? Itu barang limited edition loh!” tegas Aulia seraya berdiri dengan ekspresi curiga bercampur cemburu berusaha menggapai Arpin.

Arpan berlari keluar dari kamar Aulia, “Kabuuur!” serunya diikuti oleh saudari kembarnya.

“Jangan ganggu adik-adikmu! Itu cuma pemutar musik, dokter itu yang memberikannya saat Anggun berteriak histeris, entah apa yang didengarkan Anggun, tapi benar-benar membuatnya tenang seketika,” terang Bu Maryani tak mengubah posisi duduknya.

“Dokter itu tadi?!” tegas Aulia dengan mata yang semakin melotot.

Bu Maryani mengangguk membenarkan perulangan ucapan Aulia.

Aulia kembali duduk di ujung bed-nya, dengan wajah semakin serius ia kembali berceloteh, “Sudah jelas Bu, itu artinya ada sesuatu antara Anggun dan dokter itu! Ibu tahu berapa harganya ipod itu?!”

“Memangnya berapa? Cuma pemutar musik kecil begitu …,” ucap datar Bu Maryani.

“Ibu … itu ipod apple keluaran terbaru, harganya hampir dua juta rupiah Bu! Dan … dan dokter itu memberikannya cuma-cuma … pasti ada sesuatu … mereka pasti sudah bertemu sebelumnya di tempat lain!”

“Hah? Mulai masuk akal semua ucapanmu Lia!” Bukannya menimbang dengan lebih baik, Bu Maryani tampak mulai termakan oleh celotehan Aulia.

Bu Maryani tampak berpikir, sementara Aulia melesat begitu saja mencari Anggun, “Aku harus tanya langsung!” tekadnya terbakar rasa iri.

Aulia menghampiri Anggun yang masih berbincang dengan pak Hendra di ruang tengah. Ia meraih toples makanan yang sedang dipangku oleh Anggun dengan sedikit kasar.

“Jangan dihabiskan! Aku juga mau!” sewotnya.

Sikap kasar Lia itu sontak membuat Anggun dan ayahnya pun terkejut, “Lia!” ujar spontan pak Hendra.

“Apa? Ayah mau bela anak kesayanganmu itu? Asal Ayah tahu ya, anakmu yang masih anak SMA ini, sudah pinter ngerayu laki-laki beristri!” cerocos ngawur Lia yang membuat Anggun menoleh kaget menatap sang kakak penuh tanya.

“Maksud kamu apa?” balas pak Hendra.

“Coba Ayah pikirkan … memangnya ada seorang dokter yang keren, tampan, kaya, tiba-tiba berbaik hati menawarkan bantuan dengan cuma-cuma? Kalau bukan karena mereka punya hubungan istimewa, mustahil lah Yah!”

“Lia! Jangan lupa Anggun itu adikmu sendiri, jangan ngasal bicara!” bentak pak Hendra seraya bangkit.

Anggun meraih lengan sang ayah, menggeleng kecil dengan senyum teduh bak bidadari, tak ingin sang ayah melampiaskan kekesalannya.

“Mbak Lia boleh berpikir apapun, aku nggak akan marah, tapi tolong pikirkan lagi, jangan sampai hal-hal buruk itu berbalik padamu. Jika mbak Lia penasaran, boleh kok mencari bukti jika memang ucapanmu itu benar.”

Begitu tenang dan lembut tutur kata Anggun, ia tak memperdulikan sang kakak yang justru semakin kepanasan dengan responnya yang tak terpengaruh sedikit pun oleh tuduhan Lia.

“Aku ini punya banyak teman, pergaulanku luas Nggun, jadi aku tahu bagaimana model-modelan para lelaki! Awas saja kalau kamu bikin malu keluarga! Merebut suami orang demi harta itu nggak baik! Cari pacar yang masih lajang! Contohlah Mbakmu ini,” begitu sombongnya Lia memamerkan kekasihnya.

“Lia! Jangan asal kamu ya! Atau Ayah akan—”

“Akan apa? Setelah aku pikir-pikir, semua yang diucapkan Lia itu ada benarnya!” potong Bu Maryani muncul dari kamar Aulia setelah menimbang semua kejadian beberapa saat.

“Ibu … bagaimana ….” Tak selesai ucapan pak Hendra yang terlanjur kehabisan kata untuk menghadapi istri dan putri sulungnya.

“Jangan protes, coba Bapak pikirkan, Anggun tiba-tiba sakit aneh seperti orang ketempelan, dan anehnya lagi, dia bisa tenang setelah ketemu sama dokter Andika dan diberi alat pemutar musik yang mahal itu! Tapi Anggun enggan bercerita ada apa sebenarnya, jadi menurut Ibu, Anggun itu stres karena cintanya bertepuk sebelah tangan, karena si dokter sudah beristri. Begitu baru masuk akal kenapa ia tiba-tiba mengantar Anggun pulang, bahkan pagi ini kembali datang menawarkan biaya sekolah.”

Pak Hendra terdiam tak habis pikir dengan analisa sang istri yang tentu saja semua itu tak benar dan tak berdasar.

Anggun menatap pilu pada sang Ibu, ada rasa kecewa mengalir membuat darahnya terasa mendidih, air mata menggenang penuh di pelupuk matanya, namun lidahnya terasa begitu Kelu tak mampu mencari kata yang tepat untuk membela diri.

Hingga sebuah mobil berhenti di halaman rumah mereka, dan terdengar seorang wanita berteriak dengan nada marah.

“Hei pelakor!! Keluar kau!”

...****************...

To be continue....

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Bagus biar semuanya jelas kl bukan Anggun pelakornya 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kasihan sekali Bu Maryani 😌
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Berbakti dgn jalan yg salah 😮‍💨
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hadeuh 😌
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kau keguguran
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Waduh 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Aulia malah seneng tuh 😏
❤️⃟Wᵃf🥑⃟ˢ⍣⃟ₛ Apri_Zyan🦀🐧🧸
buktikanlah bahwa itu bukan dirimu, Anggun.. lambat laun kebenaran akan terungap. fan akan datang penyesalan
〈⎳ Moms TZ
bahakan???
❤️⃟Wᵃf🥑⃟ˢ⍣⃟ₛ Apri_Zyan🦀🐧🧸
begitulah gambaran jiwa yang tertekan
❤️⃟Wᵃf🥑⃟ˢ⍣⃟ₛ Apri_Zyan🦀🐧🧸
mungkinkah ini karma?
〈⎳ Moms TZ
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia
Alhamdulillah,,,

ehh,,?
ups
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Apa Aulia tidak bisa bertahan 🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
malah ribut di rumahsakit 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ: masa 🤣🤣🤣
𝕐𝕆𝕊ℍ𝕦𝕒ˢ: sumpah, othornya juga malu loh ini 🥴🥴🤣
total 2 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
cobalah ibu tanya sama Aulia 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Nah loh 😌
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Apa Aulia keguguran 🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Bersabarlah kebenaran pasti terungkap
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Yang ada jg kamu mati duluan Aulia 😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!