Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Namira begitu terkejut ketika melihat ibu yang dia tabrak barusan, ya memang ibu tersebut orang yang begitu dia kenal, wanita paruh baya di depannya merupakan sahabat lama mendiang ibunya, makanya wanita paruh baya itu begitu terkejut ketika bertemu dengan dirinya.
"Ibu Sukma," ucap Namira yang sama-sama terkejut ketika tahu siapa wanita di hadapannya itu.
"Masya Allah Namira," sahut Sukma begitu bahagia bertemu Namira, namun tatapannya beralih murung ketika dia melihat Namira sedang menggendong bayi, ada rasa sedikit kecewa yang di rasakan oleh wanita paruh baya itu.
"Ibu, gak nyangka ya, akhirnya kita bisa bertemu lagi di sini," papar Namira.
"Iya Nak, oh iya ngomong-ngomong kedua anak ini siapa?" tanya Sukma tiba-tiba.
"Kalau yang besar ini, anak dari sahabat saya, dan kalau yang masih bayi ini anakku," terang Namira yang berusaha untuk jujur dan tidak mau menutupi kebenarannya.
"Kamu sudah menikah ya Mir?" tanya Sukma dengan nada kecewanya.
Namira pun tersenyum getir, biar bagaimanapun dia harus bisa menjawab pertanyaan semua orang tentang dirinya yang mempunyai anak tanpa pernikahan. "Aku belum menikah Bu." akhirnya perempuan ini menjawab dengan jawaban yang singkat dan tatapan nanarnya.
"Maaf ya Mir, pertanyaan ibu menyinggung perasaan mu," ucap Sukma yang akhirnya merasa menyesal atas kelancangan nya dalam berbicara.
"Gak apa-apa Bu, sudah biasa," sahut Namira sambil membayar belanjaan nya.
Tidak tahu kenapa mendengar hal tersebut hati Sukma menjadi lega, entah mengapa dirinya seperti mempunyai harapan kalau Namira masih bisa di jadikannya seorang menantu, karena memang sedari dulu dirinya mempunyai keinginan ingin menjodohkan putra pertamanya yang sampai sekarang belum menikah dengan Namira.
'Alhamdulillah, akhirnya masih ada kesempatan untuk ku,' ucap Sukma di dalam hatinya.
"Nak, kamu datang ke kampung ini dengan siapa? Apa ibu dan bapakmu sehat-sehat saja?" tanya Sukma lagi.
"Ibu, dan bapak sudah meninggal sekitar tiga bulan lalu," sahut Namira mencoba untuk menegarkan hatinya.
"Innalilahi, sakit apa mereka berdua, astaga! Maaf ya Nak, ibu tidak mendengarnya," ucap Sukma begitu terkejut mendengar kematian sahabatnya itu.
"Gak apa-apa Bu, kan Ibu memang jauh, jika dulu Ibuku pernah ada salah di maafkan ya," pinta Namira dengan halus.
"Sayang Ibumu tidak pernah berbuat salah, bahkan aku sendiri merasa kehilangan dengan sosok ibumu, biasanya kalau pulang kampung ibumu selalu menyempatkan mampir ke rumahku," papar Sukma sedikit mengenang mendiang ibunya Namira.
Setelah berbincang-bincang cukup lama akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berpisah karena memang belanjaan sudah sudah memenuhi isi tas, Sukma berpamitan untuk meneruskan belanjanya, sedangkan Namira memutuskan untuk pulang.
Beruntung hujan sudah reda sehingga tidak menghambat perjalanannya, karena sekarang Namira sudah membawa tas yang sedikit berat karena terisi beberapa barang belanjaannya.
"Tante, biar Sean saja yang bawa," pinta anak kecil itu.
"Jangan Sayang, ini berat sekali untuk anak seumuran mu," tolak Namira yang tidak ingin Sean mengangkat beban berat seperti ini.
Meskipun sambil menahan rasa sakit namun Namira mencoba untuk kuat tanpa peduli dengan luka jahitan yang belum mengering, beruntung baby Nasa tertidur begitu pulas mungkin karena masih bayi dan baru berumur belum genap satu hari makanya bayi itu anteng.
Karena tidak mau merepotkan keluarga, Namira pun rela membawa bayinya itu pergi ke pasar, meskipun dalam hati sebenarnya tidak tega mengajak bayinya itu di tempat ramai seperti pasar, hal ini dia lakukan karena memang tidak ada lagi saudara yang dimintai pertolongan, Namira benar-benar hidup sendiri meskipun dekat dengan keluarga dari mendiang ibunya, sungguh perjuangan yang begitu menguras tenaga.
"Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga di rumah," ucap bocah itu yang merasa lega dan senang karena tidak sabar ingin mencicipi permen kapas yang tadi sempat di beli oleh Namira.
"Wah, senangnya keponakan Tante, ya sudah kalau begitu Tante mau nidurin adik Nasa dulu, ya," pamit Namira sedangkan Sean hanya mengangguk dan mulai membuka bungkus permen kapas tersebut.
******
Tiga bulan kemudian, hari demi hari sudah Namira lewati, sebuah perjuangan yang begitu luar biasa dan menguras air mata sudah di lalui bersama dengan Sean dan juga Nasa, kedua anak hebat yang selalu mendorong Namira untuk selalu kuat dan berdiri diatas kaki sendiri tanpa merepotkan orang lain.
Saat ini ibu satu anak itu sudah membuka usaha kecil-kecilan di depan rumahnya, Namira mencoba keberuntungannya dengan menjual beberapa makanan kekinian, seperti Pizza mini, burger mini kentang goreng, bahkan sosis bakar pun ada dan masih banyak yang lainnya.
Meskipun sibuk sambil mengurus anaknya namun pada kenyataannya ibu muda itu bisa membuka usaha yang sudah di mulai sejak dua bulan lalu, di mana waktu itu usia bayinya baru menginjak satu bulan, dengan bermodalkan sisa uang jual rumahnya yang dulu, Alhamdulillah dia sekarang bisa membuka usaha kecil-kecilan.
"Mbak, pizza nya dua, burger mininya tiga ya," ucap pembeli.
"Mau rasa Manas apa pedas?" tanya Namira dengan ramah.
"Pedes semua Mbak sahut pembeli tersebut.
Namira pun segera beranjak tangannya dengan cepat memasak pesanan yang di minta oleh pembeli tersebut, di depan kuali yang cukup besar dan rata sehingga memudahkannya untuk sekali masak beberapa burger ataupun pizza sekaligus.
hanya butuh waktu lima belas menit, semua pesanan pun sudah selesai dan siap untuk di berikan kepada pembeli. "Ini Dek, pesanannya," ucap Namira sambil menyerahkan kantong keresek yang sudah ada isinya tersebut.
"Terima kasih Kak," sahut pembeli tersebut sambil menyodorkan uangnya.
"Kembali kasih," ucap Namira kembali.
Di waktu malam seperti ini kedai Namira selalu di kunjungi anak muda, selain rasanya yang enak, Namira juga pintar, menyulap teras rumah menjadi tempat yang begitu nyaman untuk para pembeli jika ingin memakan di tempat, sambil menikmati hamparan pantai yang masih terlihat dari rumahnya.
Namira masih sibuk dengan pembelinya sama hal nya dengan Sean, yang sibuk dengan Nasa, yang masih belum memejamkan matanya, sejenak anak kecil itu merasa capek, memegang botol susu yang menempel, di mulut Nasa.
Satu botol susu hampir saja habis tapi mata bayi itu masih belum terpejam sehingga membuat Sean kecapekan dan tanpa sadar ketiduran di samping adiknya dengan tangan yang sudah terlepas tidak memegang botol susu lagi.
Sejenak bayi mungil itu mulai mencari-cari empeng dari botol tersebut, karena botol masih terasa di pipinya hanya saja bayi itu kesulitan untuk memasukkan empeng ke mulutnya, sehingga membuatnya geram dan akhirnya menangis sejadi-jadinya, sedangkan sang Ibu masih sibuk dengan pembelinya yang masih banyak.
"Oek ... Oek ...." tangis bayi tersebut tanpa ada yang mendengarnya.
Lanjut thor
Lanjut thor
perjuangan seorg ibu dr 2 org anak yg super tangguh & kuat menghadapi kerasnya hidup.
jauhkan jauhkan