Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan tak terduga.
"Mengingat, bahwa kematian korban di karenakan serangan jantung yang bisa saja di sebabkan oleh terdakwa, yang saat itu mengacungkan senjata tajam kepada korban. Dengan ini pengadilan memutuskan bahwa terdakwa di jatuhi hukuman 12 bulan kurungan penjara!"
Palu di ketika beberapa kali, menandakan sidang selesai.
Istri pertama Pak Broto tampak tak bisa menerimanya, bahkan anaknya -Lintang- berteriak histeris dan tak mau menerima keputusan itu.
"Dia membunuh orang! kenapa cuma satu tahun penjara! nggak adil!!!" teriakannya membuat suasana menjadi semakin panas.
Seorang Jaksa penuntut yang merupakan kenalan dari keluarga Pak Broto, mendekat dan mencoba menenangkan mereka berdua.
"Tenang lah, Mbak Lintang. Saya akan berusaha naik banding," ucapnya.
"Beri dia hukumaan maksimal, mas! jika perlu hukuman seumur hidup mendekam di penjara!" geram Ibu Lintang.
"Saya usahakan, Mira... kamu sam Lintang tunggu saja, ya?" ucapnya sambil mengusap lengan Mira -Ibu Lintang-.
Di belakang mereka, berdiri Sinta dan Wati, istri ke du dan ke tiga Pak Broto. Merek tak berkata apapun dan hanya diam. Lebih tepatnya mereka tak berani bicara. Bagaimana pun mereka punya anak yang masih kecil dan membutuhkan uang yang kini di pegang sepenuhnya oleh Mira.
Sedangkan Wulan yang tak begitu peduli pada keluarga Broto dan para istrinya, dengan santai mendekati Devi. Dia tersenyum pada Devi dan menggenggam jemarinya.
"Nanti aku coba tanya ke pengacara, siapa tau kamu bisa mendapatkan keringanan hukuman."
Devi tersenyum kecut, "Terima kasih, Mbak Wulan sudah berbuat banyak buat aku. Aku nggak tau bakal seperti apa kalau nggak ada Mbak Wulan. Terima kasih, mbak..." Devi menarik Wulan dan memeluknya erat.
Wulan tersenyum, "aku lah yang berterima kasih. Karena kamu, akhirnya doaku terkabulkan. Kuat ya Devi, aku akan sering menengokmu."
Devi mengangguk.
"Wulan!" teriak Mira.
"Jadi, kamu bersekongkol dengan perempuan jalan*g itu, hah?!"
"Jangan-jangan, kamu dalangnya ya! kamu menyuruh anak baru itu untuk membunuh Mas Broto?!"
Wulan mendesah, "kita semua tau, Pak Broto meninggal karena serangan Jantung. Melihat kondisi Pak Broto yang sudah tua, kelelahan karena resepsi yang berlangsung sehari penuh, di tambah dia minum miras. Bukan tidak mungkin penyakitnya kambuh?" ucap Wulan dengan santai.
"Aku nggak akan memberi mu apapun! aku nggak akan memberi mu uang bulanan seperti saat Mas Broto masih hidup! biar hidupmu menderita!" bentak Mira dengan emosi.
"Nggak masalah, Aku juga sudah muak berada di rumah itu. Sekarang sudah waktunya aku pergi dan hidup dengan bebas, hahaha..."
Devi memperhatikan Wulan yang sangat bahagia karena kematian Pak Broto, tapi dalam hati dia juga merasa lega. Karena kakek tua itu tak sampai menjamah dirinya.
"Ayo! kembali ke ruanganmu!" seorang petugas polisi menarik Devi untuk kembali masuk ke ruangannya dan dia akan segera di transfer ke lapas yang di tentukan oleh pengadilan.
"Mbak Wulan..."
Wulan mengangguk, "aku akan sering mengunjungimu! semangat, ya!"
***
4 Tahun kemudian...
"Devi, Mbak bangga banget sama kamu..." Wulan yang tampak sangat cantik dengan kebaya modern warna coklat muda, memeluk Devi yang terus tersenyum bahagia mengenakan topi toga.
"Kamu hebat sekali, lulus dengan nilai tertinggi. Mbak bangga banget!"
"Makasih Mbak Wulan, semua ini nggak akan bisa terwujud kalau Mbak Wulan nggak membantuku. Aku berhutang budi sama Mbak Wulan," Devi terisak sambil memeluk Wulan.
Devi menghabiskan masa tahanan selama sepuluh bulan, dia mendapat remisi dua bulan karena berkelakuan baik. Setelah keluar dari penjara, dia hidup bersama Wulan dan berkat dorongan dari Wulan, dia melanjutkan kembali kuliahnya.
Dia tak kembali ke universitas nya dulu, dia mendaftar ulang di universitas lain yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya saat ini.
Devi pun tak berani menginjakkan kaki di kota, di mana Devan berada. Dia tak mau berharap banyak, dia takut merasa kecewa jika ternyata Devan sudah melupakannya dan tak mau menemuinya. Mengingat dia pergi begitu saja tanpa sempat berpamitan.
Lagi pula, hidup Devan sepertinya baik-baik saja. Dia masih aktif di dunia hiburan dan wajahnya mondar-mandir terus di semua stasiun TV. Dia bertambah terkenal seiring bertambah usianya.
Sekarang Devan sudah terlihat sangat dewasa, semakin tampan dan tubuhnya pun lebih atletis dari pada dulu. Devi senang sekali walaupun hanya bisa melihatnya lewat layar Televisi.
Dia tak berani berharap Devan tetap menyukainya setelah mereka berpisah begitu lama. Lagi pula, Devan sekarang pasti sudah memiliki kekasih yang cantik. Beberapa kali Devi mengikuti gosip selebriti dan Devan terus muncul dan di gosipkan dekat dengan beberapa artis wanita pasangannya di film ataupun sinetron.
Sedih? jelas. Tapi Devi harus tau diri. Dia tak pantas untuk Devan. Karena Dia adalah seorang mantan narapidana. Devan pantas untuk mendapatkan wanita yang lebih baik dari pada dirinya.
Hari ini, tepat seminggu setelah wisuda kelulusan. Devi pergi ke kota yang dekat dengan desa tempat dia tinggal, berharap mendapatkan pekerjaan di perusahaan-perusahaan yang berada di sana. Namun ternyata mendapatkan pekerjaan tak semudah itu. Walaupun Devi mendapatkan gelar magna cumlaude, tak berarti dia bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah.
Devi duduk sendiri di sebuah caffe, beristirahat sambil menyeruput kopi dingin agar tak terlalu stress karena belum mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan. Devi merasa bersalah pada Mbak Wulan, karena dia sudah menumpang hidup pada Wulan selama beberapa tahun ini. Devi ingin membalas budi, dengan memberinya yaang bulanan setelah dia di Terima bekerja, namun semuanya tak berjalan mulus seperti harapan.
Devi menghela napas sambil menyeruput kopinya. Dia kembali membuka ponselnya dan mencari informasi lowongan pekerjaan di kota yang ada di dekat jangkauannya.
"Devi, ya?"
Devi tersentak kaget dan menoleh ke arah suara orang yang memanggilnya.
"Pak Sudiro?!" Devi terbelalak tak percaya. Dia langsung bangun dari duduknya dan menjabat tangan gurunya itu sambil mencium tangannya.
"Kalau ke mana saja? kenapa berhenti kuliah?" tanya Pak Sudiro sambil menepuk pundak Devi.
"Maafkan Saya, Pak... tapi saat itu Saya berada di situasi yang tidak memungkinkan Saya untuk berangkat kuliah," Devi tertunduk dengan wajah sedih.
"Apa yang terjadi padamu, Dev?" Pak Sudiro membimbing Devi untuk duduk, dan meminta penjelasan dari mantan murid kesayangannya itu.
Devi pun menceritakan kesulitan hidup yang menimpanya beberapa tahun terakhir. Dan Pak Sudiro tampak mendengarkan dengan seksama sambil sesekali mendesah dan menggelengkan kepalanya.
"Kuatnya kamu, Dev. Saya benar-benar salut pada perjuanganmu!" Pak Sudiro menepuk bahu Devi dengan lembut, merasa bangga pada muridnya yang sangat hebat ini.
"Lalu sekarang, kamu sedang apa, di sini?"
Devi tertawa, "Saya sedang nyari kerjaan, Pak, hehehe..."
Pak Sudiro tersenyum, "mau jadi asisten Saya?"
"Eh? jadi asisten Bapak?"
"Ya, akhir-akhir ini, Saya banyak sekali pekerjaan. Dan Saya membutuhkan asisten yang sekali waktu menggantikan Saya mengajar, dan membantu Saya mengurus ini itu... "
Devi membola, tak percaya.
"Tenang saja, sambil bekerja denganku, kamu boleh mencari pekerjaan lain, yang lebih menjanjikan. Karena Saya hanya bisa memberi upah UMR padamu."
"Tapi Saya, mantan narapi-"
"St! nggak perlu menjelaskan masa lalumu. Jika ada yang bertanya pun, kamu tak ada kewajiban menjawabnya! yang penting sekarang bagaimana kamu mau melanjutkan hidup mu. Toh, kejadian itu bukan di sengaja."
"Kalau kamu bersedia, datanglah ke Universitas ini," Pak Sudiro menunjukkan kartu namanya.
"Pak Sudiro sudah tidak di kampus yang dulu?" tanya Devi kaget.
"Saya sudah lama pindah, tapi kadang Saya masih sering ke sana jika mendapatkan undangan untuk menjadi Nara sumber.
Nah, Devi. Bagaimana? kamu mau jadi Asisten Saya?"
Devi berpikir lalu tersenyum, "Ya Pak. Saya bersedia!"
termasuk saya yg baca🤭
restu belakangan..penting devan padamu🤭🤭🤭