Maya memiliki 3 orang anak saat dirinya diusir oleh suaminya karena pengaruh dari keluarganya, dia berjuang untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil hingga tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan Baru
Keesokan Harinya Maya mencoba membuka lapak, dia sudah membuat spanduk dan dipajang didepan rumah mereka. Sebelumnya Maya memang telah meminta izin pemilik rumah untuk berjualan. Rumah ini bukan dikontrakan tapi dibeli dengan cara Maya membesarkan keponakan mereka yang telah yatim piatu. Jadilah Maya membesarkan anak perempuan seusia anak perempuannya yang tertua. Dia juga sudah mendaftar sekolah ditempat Anak Sulungnya Sasya.
"Nah semua kesayangan Bunda, tolong bantuin Bunda angkatin barang-barang nya keluar yah, selagi Bunda merapikan Bangku untuk makan para pembeli nanti !!". Ucap sang Bunda mengelus kepala ketiga anaknya itu.
" Siap Bunda!! ". Ucap Ketiganya dengan kompak keduanya berlalu dari hadapan bundanya untuk membawa sisa barang yang belum diangkat keluar untuk jualan.
Anak angkat Maya itu anak yang sangat baik dan penurut serta dekat dengan semua anak-anak nya. Maya berjanji akan membesarkan dirinya dengan penuh kasih sayang tanpa membedakan mereka.
" Maaf Bu, apa ini sudah buka?? ". Tanya seorang anak sekolah yang tengah kebingungan melihat-lihat keadaan di warung ini.
" Iya nak, kami sudah buka!!, mau beli yang mana dan lauknya apa??". Tanya dengan Ramah dan penuh senyuman.
"Aku mau nasi campur tante, kebetulan saya belum sarapan!! ". Ucap Sang pemuda itu kemudian duduk dengan manis menunggu makanan disajikan setelah mengatakan pesanannya.
" Kamu tunggu sebentar ya nak!! ". Ucap Maya dengan cekatan menyiapkan makanan pesanan sang pemuda kemudian memberikan pesanannya.
Melihat sang anak , maya membantu mengambil barang ditangan sang anak setelah itu dia kembali mengatur apa yang dibawah anak-anak nya tadi.
Semakin lama warung ini semakin ramai, mereka datang secara bergantian untuk sarapan. Ya Maya sangat bersyukur karena rumah ini dekat dengan sekolah SMA dan dekat dengan kantor Kecamatan serta pabrik olahan rumahan sehingga warungnya bisa ramai.
"Ibu seperti nya baru tinggal disini karena saya baru melihat ibu??". Tanya ibu-ibu tetangga yang tengah membeli sarapan di warungnya.
" Iya bu, kebetulan saya baru pindah kemaren malam setelah membeli rumah ini!! ". Ucapnya dengan ramah dan sopan.
" Oh.. jadi ibu yang membeli rumah pak Marwan?? ". Tanya tetangga yang datang membeli makanan.
" Iya ibu, maaf ibu mau beli apa??". Tanyanya lagi dengan ramah.
"Saya mau nasi campur 2 dan nasi kuningnya satu tolong dibungkus ya!! ". Ucap ibu- ibu bertubuh gempal itu.
" Saya juga ya bu!! ". Seru ibu-ibu lainya begitupiun dengan pelanggan lainnya.
"Baik ibu, ditunggu ya, silahkan duduk dulu sambil menunggu makanan yang dipesan!! ". Ucapnya dengan senyuman Ramah.
Maya dengan cekatan menyiapkan makanan pesanan para pembeli yang terus berdatangan. Ketiga anaknya pun dengan sigap membantu. Si kedua sulung membantu bunda mereka mengurus pesanan sedangkan anak tengah sibuk menjaga sang adik agar sang adik tidak rewel.
Maya sangat bersyukur karena semua jualannya habis hanya dalam waktu 2 jam saja. awal yang sangat bagus saat membuka jualan. Dia beruntung halaman rumah ini sangat luas dan sudah terpasang kanopi sehingga pembelinya nyaman dengan konsep outdoor seperti ini.
Dia sengaja menambah beberapa hiasan yang dibuat dengan tangan hasil karya dirinya dan ketiga anaknya untuk mempercantik halaman rumah tempat jualan mereka.
"Alhamdulillah, jualan kita sudah habis nak". Seru Maya dengan gembira.
Maya memeluk anak-anak nya dengan perasaan bahagia karena mendapatkan anak-anak yang baik dan rajin serta sangat pengertian ditambah lagi jualannya laris hari ini bahkan kini dia menerima pesanan untuk makan siang.
" Ayo sayang sekarang kita rapi kan yuk!!, lalu kita istirahat didalam ". Ajaknya kepada anak-anak itu.
" Ayo bunda!!, aku udah tidak sabar untuk main bersama setelah kita berjualan". Seru Rara dengan penuh semangat.
Dia merasa sangat bahagia memiliki keluarga yang baik dan sangat menyayanginya. Dulu semasa kedua orangtuanya, dia hanya tinggal dan diurus oleh pembantu karena kedua orangtuanya sibuk bekerja. Sekarang dia memiliki teman dan ibu yang mengurusnya dengan sempurna bahkan menemaninya bermain, memandikannya, bahkan menyuapi dirinya makanan.
"Tentu sayangnya bunda, sekarang bantu bunda yuk!!, lalu kita main bersama-sama ". Ucap sang bunda mengelus kepala sang anak dengan sayang.
Sedangan dirumah mewah keluarga besar Sang suami, Rasya Putra Erlangga tengah diadakan jamuan makan siang untuk mempertemukan dua keluarga besar untuk membahas perjodohan anak mereka.
"Selamat datang dirumah kami Tuan Aditama, kami sangat berterima kasih karena telah memenuhi undangan kami". Ucap Ibu Rana dengan menyambut calon besannya itu.
"Terima kasih telah mengundang kami bu Rana, kami sangat senang akhirnya bisa berkunjung kerumah keluarga Erlangga". Ucap Aditama dengan senyum mengambang.
"Tidak apa Pak Aditama, Bu Riska, kami sangat senang menyambut kedatangan anda sekeluarga". Ramahnya lagi.
"Bagaimana kabarmu nak Rasya??". Tanya pak Aditama menjabat tangan sang pewaris Erlangga itu dengan senyuman manis.
"Baik Pak, bagaimana dengan anda, sepertinya anda semakin keren dan bugar saja diusia anda ini??". Ucap Rasya memuji calon mertuanya itu.
"Kamu bisa saja nak, kamu juga kelihatan makin tampan saja". Balasnya dengan tak kalah memuji.
"Mari silahkan duduk!!". Ucap sang tuan rumah dengan sangat ramah.
Sangat berbeda saat mereka memperlakukan sang besan sebelumnya yang notabennya hanya orang biasa. Hanya sang kepala keluarga saja yang menganggap mereka, kini sang kepala keluarga sedang terbaring dirumah sakit maka dari itu mereka berani melakukan hal yang tidak baik kepada sang menantu.
"Ini anak kami yang akan kami kenalkan kepada nak Rasya, bagaimana cantik bukan??". Sombong pak Aditama memperkenalkan anak bungsu dari keluarganya.
"Sangat cantik pak, memang beda jika bibit yang berkelas". Puji sang Tuan Rumah dengn wajah yang penuh senyuman.
Sedangkan Rasya hanya tersenyum paksa karena dia tak mau membuat sang ibu murka kepadanya karena berlaku tidak baik jadi sejak tadi dia menjaga sikapnya agar terlihat baik dan ramah kepada mereka.
"Tentu, kami tidak mungkin melahirkan bibit yang tidak unggul karena kami dari keluarga unggul". Ucap Bu Rana dengan wajah angkuh dan sombong.
Ucapan itu disambut malas oleh kedua Putri keluarga Erlangga itu. Mereka bahkan lebih menyukai sang kakak ipar dibandingkan dengan perempuan yang ada dihadapan mereka itu.
Mereka berdua sebenarnya sangat malas untuk ikut, jika bukan karena ancaman ibunya, mereka tidak akan ada disini, membahas tentang hal yang tak penting menurut mereka.
"Bagaimana keadaan pak Erlangga??, kami dengar beliau masuk rumah sakit ya??". Tanya Pak Aditama berbasa basi untuk mencari tahu keadaan besannya itu.
"Ya seperti itulah pak, kami masih menunggu kesembuhan beliau". Ucap Rasya dengn sendu.
Dia sangat menyayangi sang ayah, bahkan dia menikahi sang istri karena permintaan sang ayah, bukan karena menyayangi istrinya itu tetapi dia juga merasa kehilangan ketika wanita itu pergi. Tapi dia menepisnya dengan memperlakukannya dengan buruk.
Sedangkan sang ibu mendelikkan matanya mendengar ucapan sang anak, bisa gawat jika suaminya itu bangun dan menggagalkan rencana besarnya.
"Ya kami berharap beliau cepat sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasanya".Ucap Bu Rana mendoakan.
Sedangkan sang Putri keluarga Aditama itu, sejak tadi melirik sang pujaan hati, dia hanya diam karena malu dan tak tahu harus berkata apa padahal dalam hatinya sangat kegirangan karena akan bersanding dengannya. Dia harus menjaga image nya sebaik mungkin agar lelaki pujaan hatinya itu mau menerima perjodohan itu.
"Kalian pergilah berbincang-bincang ditaman sana untuk saling mengenal!!". ucap Bu Rana kepada anak lelaki dan anak perempuan Aditama itu.
Rasya bergerak mengajak Marsha untuk ikut dengannya ketaman seperti perintah sang ibu. lelaki ini seper manusia yang tak memiliki pendirian karena selalu menuruti apa yang diperintahkan oleh sang ibu. seperti sapi yang dicucuk hidungnya.
mf ya, tp typo mu byk banget.