10 tahun Anna dan Alam menikah dan mereka tidak pernah bertemu sekalipun, karena Anna harus melanjutkan pendidikan dan pengobatannya di Luar negeri.
Dan disaat Anna kembali, pernikahannya harus disembunyikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DASW BAB 24 - Tersenyum Menyeringai
"Maaf Nona Pricilla, saya membuat Anda menunggu," ucap Tissa setelah dia mencicipi semua makanan di kotak makan siang itu. Ada nasi, sup dan daging.
Sambil menunggu selama 15 menit, Pricilla memakan buah pisang.
"Apa dokter Anna yang meminta Anda untuk melakukan ini semua Sus?" tanya Pricilla dengan mulutnya yang memakan buah pisang.
"Iya Nona, sedari kemarin kamu melakukannya di luar," jawab Tissa, tapi hari ini dia berada didalam saat makanan datang.
Pricilla tersenyum, tidak keberatan sedikitpun, dia malah semakin merasa bahagia karena Anna memperhatikan dia sedetail itu.
15 menit menunggu dan Tissa mulai merasa tidak nyaman pada perutnya. Tidak terlalu parah, namun cukup membuatnya tidak nyaman.
"Maaf Nona, Anda jangan memakan makanan itu. Aku merasa perutku sedikit mual," ucap Tissa, dia sudah memegangi perutnya yang terasa di aduk-aduk.
Pricilla dan kedua orang tuanya bingung. Untunglah disaat itu Anna datang ke ruangan ini.
Anna langsung memeriksa keadaan Tissa, juga memeriksa makan siang Pricilla. Perlahan Anna membuang sup di dalam mangkuk itu dan melihat ada serbuk obat disana. Obat itu tidak laut semua, masih bersisa sedikit.
"Apa gejalanya hanya mual? kepala mu tidak pusing? pandangan matamu tidak berkunang?"
"Tidak Dok, hanya mual saja," jawab Tissa. Anna lantas memerintahkan Danu mengambil obat pereda mual untuk Tissa. Setelahnya dia memberikan bekal yang dia bawa untuk Pricilla.
Tadi Anna membawa bekal, makanan yang dibuat Alam di rumah. Masakan suaminya itu sangat enak, membuat Anna ingin kembali memakannya di rumah sakit. Tapi sepertinya ini rejeki Pricilla.
"Makan ini, ini jauh lebih enak daripada makan siang mu itu," seloroh Anna sambil memberikan kotak bekal nya.
"Tapi Dok, ini bekal Anda," tolak Pricilla, ibu Pricilla pun merasa tidak enak hati.
"Bukan, aku memang sengaja membawanya untuk mu. Ini aku yang masak sendiri." bohong Anna, sungguh dia sangat tidak pandai di dapur. Tidak bisa masak apapun.
"Benar kah?"
Anna mengangguk.
Yang berjaga di ruangan ini diganti Danu, sementara Tissa mengambil waktu untuk beristirahat.
Sementara Anna langsung mencari kedua petugas dapur yang mengantarkan makanan.
Kini kedua petugas itu sudah dihadapan Anna, mereka menunduk merasa takut. Terlebih Anna menatap mereka dengan raut wajah yang sangat dingin dan tatapan tajam.
"Katakan, sebelum kalian mengantarkan makanan ke ruang Pricilla, apa ada orang yang menemui kalian?" tanya Anna.
Dia sangat yakin bukan kedua orang ini yang memberi obat pada makanan Pricilla, namun orang lain. Dan Anton lah yang dia curigai.
"Ti-tidak dokter Anna, kami tidak bertemu siapapun." jawab salah satunya dengan suara gagap.
"Jangan bohong!"
Mereka berdua tersentak, lantas berpikir keras mengingat kejadian siang tadi.
"Kami hanya bertemu dengan dokter Maura tak jauh dari pintu masuk lantai VIP." jelasnya lagi dengan nada bicara yang begitu cepat, ingin segera memberi tahu Anna.
Dan mendengar nama itu membuat Anna mengerutkan dahi, kenapa Maura? padahal seingatnya dia tidak memiliki masalah dengan dokter wanita itu.
Anna memerintahkan kedua petugas itu untuk membawanya ke tempat dimana mereka dan Maura bertemu. Ingin tahu apakah ada mata cctv yang merekam.
Namun sayang, ditempat yang ditunjuk oleh perawat itu adalah daerah yang aman dari cctv, hanya ruang sempit sebagai penghubung. Di sebelah kiri kanannya baru nampak jelas dari cctv.
"Pemilihan tempat yang bagus," gumam Anna.
Namun dia tidak menyerah, Anna meminta kedua petugas itu untuk pergi sementara Anna berniat menemui Alam.
Meminta akses untuk kembali melihat rekaman cctv beberapa jam lalu.
Anna mengetuk ruangan Alam dan terdengar suara izin masuk. Dia pun masuk dan menutup pintunya kembali.
Tapi Alam malah menghampiri dan mengunci pintu ruangan itu.
"Kenapa dikunci?" tanya Anna, heran.
Namun Alam tidak langsung menjawab, malah tersenyum menyeringai.