Kehidupan seorang perempuan berubah drastis saat dirinya mengalami sebuah keajaiban di mana ia mendapatkan kesempatan hidup untuk kedua kalinya.
Mungkinkah kesempatan itu ia gunakan untuk membalas semua sakit hati yang ia rasakan di kehidupan sebelumnya?
Selamat datang di kehaluan Mak othor yang sedikit keluar dari eum....genre biasanya 🤭.
Semoga bisa di nikmati y reader's 🙏. Seperti biasa, please jangan kasih rate bintang 1 ya. kalo ngga suka, skip aja. Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Binar tiba di kediaman orang tuanya. Sebenarnya ia dan Adi biasa tinggal di apartemen. Tapi kekeknya yang meminta agar mereka tinggal bersama dengannya.
"Ibu....!", Binar memanggil ibunya. Jika biasanya para old money memanggil 'mami' dsb, tidak berlaku bagi keluarga Abidzar. Ia ingin anak cucunya tetap memanggil 'ibu' seperti amanat istrinya dulu.
Eva yang baru selesai mandi dan luluran pun keluar kamar.
"Apa sih, Binar? Teriak-teriak begitu. Katanya pulang besok?", tanya Eva.
"Ngga Bu, udah beres semua. Itu lho Bu, di depan banyak yang nurunin barang. Ibu belanja apa sampai segitu banyaknya?"
Eva menggelengkan kepalanya.
"Ibu ngga belanja apa-apa!", jawabnya. Lalu kedua perempuan itu bergegas menuju ke halaman di mana pak satpam yang sedang menghubungi Fazal di minta mengawasi barang yang datang.
"Apa-apaan ini? Barang siapa ini?", tanya Eva sambil berkacak pinggang.
"Maaf nyonya, kami hanya mengantarkan pesanan tuan Fazal Abidzar."
Binar memeriksa barang-barang itu.
"Kok kebutuhan sekolah? Kebutuhan cewek?", tanya Binar sambil menoleh pada ibunya.
"Hah? Punya gadis kampung itu? Sebanyak ini?", Eva menatap tak percaya.
"Semua sudah terkirim ya pak, sampaikan kepada tuan Fazal.''
Usai berpamitan pada Eva dan yang lain, pengantar barang itu pun pergi.
"Bu! Maksudnya apa ini? Barang-barang siapa sih? Buat apa coba Fazal pesan beginian! Mau buka toko apa??", cerca Binar.
"Pak! Jangan masukin barang-barang ini sebelum Fazal datang!", perintah Eva.
"Maaf nyonya, tuan muda sudah meminta saya untuk membawa barang-barang ini ke depan kamar tuan muda. Permisi!", kata Satpam sambil membawa beberapa barang yang bisa ia bawa.
Eva dan Binar menganga tak percaya.
"Bu!!", Binar menghentakkan kakinya. Eva pun menyeret Binar menuju ke kamarnya.
"Apa sih Bu? Apa yang terjadi selama aku pergi?", tanya Binar.
Eva menceritakan kejadian di mana Aisha tenggelam di saat Binar yang berangkat ke luar kota pagi itu. Bahkan cerita Aisha yang sempat koma dan mati suri cukup membuat Binar menggeleng tak percaya.
"Bisa-bisanya gadis kampung itu caper sama Fazal! Ngapain coba ya, subuh-subuh gerimis pula dia berendam di kolam."
Binar menelan salivanya dengan kasar.
What? Dia tenggelam di hari yang sama sebelum aku pergi? Itu artinya ....???
"Kenapa malah bengong?", tanya Eva pada putri sulungnya.
"Nggak Bu!", sahutnya gagap.
Kalo tuh anak ngadu gara-gara aku dia tenggelam, gimana reaksi Fazal dan kakek? Ngga-ngga! Ini ngga boleh terjadi!
"Yang lebih bikin syok Nar! Gadis kampung itu udah ngga pake hijab! Parahnya lagi, dia berani lawan ibu! Nih, pergelangan tangan ibu aja sampai di pelintir kemarin! Huh!", adu Eva menggebu-gebu.
"Hah??? Bagaimana bisa???", pekik Binar.
Tak lama kemudian suara Fazal terdengar menginterupsi satpam.
"Bu, Fazal pulang!", kata Binar. Lalu ibu dan anak itu pun keluar dari kamar Eva.
"Aku ke kamar dulu!", kata Aisha pada Fazal. Binar buru-buru menarik lengan Aisha yang akan menaiki tangga.
Aisha pun menoleh seketika. Bekas luka melepuhnya masih cukup basah.
"Sakit be**!", Aisha mengibaskan tangan Binar dengan paksa. Tak lupa tatapan nyalang penuh emosi.
Fazal dan kedua perempuan itu sangat terkejut mendengar kata kasar yang keluar dari mulut Aisha.
"Aisha!", bentak Fazal.
"Apa?", balas Aisha pada suaminya tersebut.
"Yakin dia istri kamu, Zal? Kurang ajar banget sama kakak iparnya bicara seperti itu!", dada Binar naik turun.
Oh...kakak ipar? Ciiihhh....sekuat apa mental Aisha tinggal di rumah ini dengan makhluk-makhluk minus adab!
"Kamu mungkin belom ingat mba Binar, tapi tolong jangan bicara kasar seperti itu. Selama ini kamu....''
"Stop! Aku capek ya! Dan kamu bilang deh sama mba kamu tuh! Kalo mau ngajak ngomong orang yang sopan, jangan main tarik aja!", sahut Aisha yang memilih meninggalkan suami dan keluarganya.
Mulut Binar menganga lebar.
"What!!! Bagaimana bisa anak kampung itu berubah drastis seperti itu? Apa tenggelam bikin orang amnesia??", pekik Binar sambil menggelengkan kepalanya saking tak percayanya dengan perubahan Aisha.
"Lain kali aku jelaskan, mba! Dan...tolong ya Bu, kalau Naura menghubungi ibu dan nanyain aku sekalian nasehatin dia agar tidak lagi mengganggu ku!", ujar Fazal yang mengekor di belakang Aisha.
Sesampainya di kamar, Aisha sudah masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Ia sudah memilih salah satu pakaian rumahan yang ia beli tadi.
Meski pakaian baru, ia tidak mencucinya karena sebelumnya Aisha meminta pihak toko untuk dry cleaning jadi bisa langsung Aisha pakai setibanya di rumah. Entah, pelayanan toko macam apa itu!
Fazal menunggu Aisha keluar dari kamar mandi. Benar saja, Aisha keluar dengan wajah yang lebih segar. Tak lupa celana cargo di bawah lutut dan kaos oblong yang cukup besar membuat Aisha tampak seperti remaja.
"Kenapa liatin aku begitu?", tanya Aisha meletakkan pakaian kotor di sudut kamar.
Fazal meminta Aisha duduk di sebelahnya. Tapi sayangnya, ia tak menurut. Justru ia duduk bersila di atas kasur.
Suaminya hanya bisa menghela nafas panjang.
"Bisa tolong kamu jelaskan, Sha!"
"Soal?", tanya Aisha.
"Bagaimana bisa kamu tiba-tiba bisa nyetir mobil? Membeli motor? Dan terutama mengenal siapa...Dion, Visnu dan Nikala juga bang Adam pemilik motor itu? Dan anehnya ,kamu jadi berani membantah ibu juga mba Binar!"
Kalimat Fazal yang panjang cukup membuat Aisha pening.
"Ngga perlu tahu lah! Karena kamu memang ngga berhak tahu!", jawab Aisha santai.
"Tapi aku ini suami kamu, Aisha!", teriak Fazal lantang.
"Telinga ku normal, jadi tidak perlu berteriak di depan ku!", kata Aisha yang berdiri di hadapan Fazal.
Nafas Fazal memburu mendengar sindiran Aisha.
"Hormati aku sebagai suami kamu!", kata Fazal menunjuk-nunjuk di depan hidung Aisha. Tapi Aisha menurunkannya dengan pelan.
"Hormati kamu? Coba, ajari aku bagaimana kamu menghormati sebuah pernikahan. Heum?", tanya Aisha sambil melipat kedua tangannya di dada.
Fazal tak sanggup menjawabnya.
"Ada cermin besar di sana!", tunjuk Aisha pada Fazal.
Bodohnya, Fazal menoleh ke arah yang Aisha tunjuk.
"Coba bercermin! Lihat siapa yang muncul di cermin! Seorang suami yang pantas di hormati, atau lelaki tukang selingkuh?!"
Fazal terhenyak mendengar kalimat demi kalimat Aisha. Apa yang gadis itu katakan benar adanya!
"Cacing kremi alias Naura itu ngga beda jauh dengan Ana, kakaknya! Pelakor! Dan ya....hanya kucing garong yang mau memakan ikan asin sekalipun sudah di hinggapi ribuan lalat!"
Aisha menabrak bahu Fazal yang dia membeku.
Bagaimana bisa Aisha mengenal Ana--kakak dari Naura???
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
terimakasih 🙏