Perjodohan adalah takdir,semua akan berjalan seperti air mengalir.Demikian juga dengan tokoh yang namanya Yulia.
Yulia merupakan seorang gadis belia cantik nan rupawan,ia harus menderita di jodohkan oleh orang tuanya di masa masih ABG dengan seorang pria yang sudah berumur tua atau kakek kekek.
memiliki suami yang sudah tua banyak kendala dan penderitaan, apa lagi dia di nikahi dengan cara di madu.
Akhirnya rumah tangganya harus hancur gara gara hal yang sepele yang tak masuk akal.
Akhirnya mereka hidup masing masing walaupun berakhir dengan penderitaan bagi semuanya, namun ada titik kebahagiaan setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alek Yuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21.KAGET
malam semakin larut, suasana semakin walaupun kehidupan di kota metropolitan namun tetap saja jika waktu sudah larut malam suasana pun sudah sepi hanya tinggal beberapa orang yang melakukan aktivitas di luar rumah.
Mbah Salam dan jafra mulai merebahkan dirinya di atas permadani di ruang tamu. Mereka mencoba untuk memejamkan matanya, namun ternyata tidak bisa tidur. demikian juga dengan Yuli dia mencoba untuk memejamkan matanya di atas kasur tempat tidurnya, namun dia pun tidak dapat memejamkan matanya pikirannya melayang ke sana kemari mencari sesuatu yang tidak pasti. kebetulan cuaca agak sedikit panas walaupun sudah larut malam. akhirnya telepon keluar dari kamarnya, kalau menghampiri Mbah salam yang sedang ngobrol dengan asistennya.
melihat Yuli keluar dari kamarnya Mbah Salam dan asistennya pun agak sedikit kaget dikarenakan sudah waktunya tidur, Mbah Salam kemudian bertanya,
"Neng kenapa belum tidur, ini kan waktunya sudah hampir jam 01.00 malam?".
"tidak bisa tidur ayah nggak tahu ada apa".
"oh sama ayah juga nggak bisa tidur ini tahu kenapa, yang jelas mungkin ada pemikiran yang mengganjal di hati"
"oh ya apaan itu ayah?".
"biasalah ayah punya keinginan namun nggak tahu keinginan itu tercapai atau tidak".
"apaan sih itu ayah menjadi penasaran nih".
"jika boleh dan jika Tuhan mentakdirkan, Mbak ingin sekali menikah dengan seorang gadis kalau bisa yang seusia dirimu"
"wah yang bener aja ayah apa nggak malu tuh sama cucunya".
"ya enggaklah, ayah sudah tidak punya cucu yang kecil lagi semuanya udah sekolah hehehe"
"oh gitu ya ayah mau ngopi nggak nih?, kalau mau ntar Yuli bikinin deh sekarang"
"boleh boleh boleh tapi kopi pahit aja ya jangan dikasih gula"
"memangnya kenapa ayah?"
"sudahlah jangan banyak nanya, maklum namanya juga sudah malam jangan minum yang manis-manis takut kena penyakit diabetes hehehe"
"gak bakalan kena ayah kan bukan makan tengah malam".
"sudah kopi pahit aja yang penting manisnya itu disuguhkan dengan senyumanmu pasti kopi itu yang tadinya pahit jadi ikut manis hehehe"
Yuli pun sedikit tertawa, ia merasa sedikit tersanjung dengan ucapan Mbah Salam, lalu ia pun pergi ke dapur.. Mbah salam mengambil sebatang rokok, lalu ia membakar dan menghisapnya dalam-dalam asapnya dia tiupkan ke udara, lama kelamaan ruangan itu pun penuh dengan asap.
Setelah beberapa menit Yuli datang dengan membawa nampan yang berisi kopi dan makanan kue kesukaan Mbah Salam. Akhirnya mereka pun ngopi bareng.
Setelah beberapa menit Yuli berbincang bincang dengan Mbah salam ,jafra pamit keluar dari ruangan itu, dengan alasan ia ingin mencari angin terlebih dahulu.sementara itu Zainal pura-pura tidur tidur tidur ia sengaja melakukan itu karena ingin mengupil pembicaraannya Yuli dengan Mbah salam.
Mbah salam mulai mengajak Yuli berbicara serius,
"neng ayah ingin ngobrol serius sama kamu bisa ngga?"
"masalah apa ayah?"
"masalah ke depannya"
"tentang apa? "
"tentang kehidupan yang akan di jalani".
" oh gitu ayah".
Mbah salam menatap Yuli dengan tajam, Yuli menjadi malu dan menundukkan wajahnya.sebetulnya dia sudah paham arah pembicaraan Mbah salam. tak lama kemudian wassalam bertanya tidak lama kemudian Mbah Salam berkata,
"sungguh jika ayah perhatikan wajahmu cantik bagai bidadari, membuat ayah jadi deg-degan bila berdekatan denganmu, mungkin ayah jatuh cinta kepada gadis seperti dirimu, jika tidak keberatan maukah dirimu menikah denganku?"
Yuli hanya bisa diam, dia tidak bisa berkata apapun kecuali diam. keringat dingin bercucuran tubuhnya menjadi panas dingin. perasaan di dalam hati yuli bercampur aduk antara penolakan dan penerimaan. di satu sisi Yuli ingin menerimanya sebab ini yang selama ini dia tunggu di sisi lain Yuli menolak karena perbedaan umur yang terlalu jauh. perang batin pun terjadi. akhirnya peperangan pun berakhir,tanpa di sadari dan di pikirkan lebih jauh Yuli pun menganggukkan kepalanya pertanda Dia menyetujui apa yang di tawarkan oleh Mbah Salam.
Mbah salam sangat merasa gembira sekali sebab apa yang dia inginkan selama ini ternyata berhasil dia raih. Mbah Salam segera memanfaatkan keadaan. Dia segera mengecup kening dan pipi Yuli.
Yuli sangat merasa kaget sekali dengan perlakuan Mbah salam.saking kagetnya Yuli mundur ke belakang hingga akhirnya hampir terjatuh ke dinding, untung saja Mbah salam dengan sigap langsung menangkap Yuli sehingga dia tidak terjatuh ke tembok Yuli pun selamat.namun alangkah lebih kagetnya lagi ketika Yuli baru sadar berada dalam dekapan Mbah salam, hampir saja dia berteriak,namun Mbah salam langsung menutup mulut Yuli dengan telapak tangan Mbah salam sambil berbisik,
"jangan berteriak nanti orang lain kaget dan pada ke luar rumah"..
Yuli menganggukkan kepalanya, menandakan ia setuju.
Mbah Salam memerintahkan Yuli untuk rileks dengan menarik nafas dalam dalam lalu melepaskannya pelan-pelan. Yuli pun kemudian melaksanakannya.
beberapa detik kemudian pikiran Yuli menjadi tenang dan rileks, Mbah Salam kemudian menatap wajahnya kembali dalam-dalam, lalu berkata,
"jika Neng benar mau menerima ayah dengan sepenuh hati, ayah akan memberikan mobil dan rumah, di mana rumah dan mobil itu adalah merupakan hak yang sepenuhnya, bagaimana setuju tidak?"
Yuli hanya terdiam dia tidak bisa berkata apapun kecuali menganggukkan kepalanya. namun tiba-tiba butiran air mata berjatuhan membasahi pipinya. Mbak salam kemudian bertanya,
" sebetulnya kenapa sih kamu menangis, apakah menyesal atau gimana?".
"ayah Neng tidak menyesal, tapi Eneng nggak percaya kok semuanya bisa kayak gini. Neng menginginkan ayah itu bersikap tidak terburu-buru biarkan seperti air mengalir,
"oh begitu ya maksudnya, maafin ayah atuh Neng, sebab ayah ingin segera ada kepastian dari Eneng".
"oh pasti ya pasti, cuman Neng minta jarak waktu dulu, tahu sendiri kan ayah Neng masih sekolah baru juga kelas 3, sebentar lagi ujian akhir"
"ya bagi ayah sih nggak apa-apa tapi ayah pengen kepastian waktunya kalau bisa bulan besok deh jangan lebih dari bulan besok."
"waduh kok cepat banget"
"iya pengen cepat-cepat sudah nggak tahan nih pengen bisa meluk Neng pengen jadi pengantin buat Neng pengen menyayangi dengan sepenuh hati,"
"wah jangan terlalu gombal deh ya, ayah harus tahu sifat eneng itu nggak mau kalau dibohongi".
"kenapa harus bohong Neng oke besok ayah buktikan kita beli mobil dulu yang ringan"
"yang bener ayah Neng nggak percaya, apalagi ayah punya istri di rumah"
"Oke siap besok kita buktikan aja, ayah jarang sekali berbohong kalau sudah serius".
"Oke deh kalau begitu sampai besok ya".
,"emangnya mau ke mana?"
"mau tidur dulu, sebabnya ini sudah ngantuk banget".
"oh iya deh sampai besok ya"
"Oke dadah".
Yuli melangkah menuju kamarnya untuk beristirahat. jafra menghampiri kembali Mbah Salam. jafra kemudian berkata,
"Mbah kita tidur aja dulu Mbah, sebab saya sudah ngantuk banget ini"
"Oke dah siap Kamu tidur aja duluan, sebab aku belum ngantuk"
jafra membaringkan tubuhnya di atas permadani. dia pun segera masuk ke dalam alam mimpi.sementara itu Mbah Salam langsung melakukan pekerjaannya seperti biasanya yaitu zikir dan aurod