21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 27
setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya mereka sampai di depan rumah ibu. Deva pura-pura tidak tahu jalan menuju rumah ibu caera. dia meminta caera memandu jalannya.
sepanjang perjalanan pulang meraka berdua lebih banyak membisu. larut dalam pikiran masing masing.
Deva menghentikan mobil tepat di gerbang rumah. ketika Deva ingin ikut turun mengantar, caera cepat-cepat mencegahnya. menahan tangan Deva untuk mengurungkan niatnya ikut turun.
"maaf, tuan Deva. sebaiknya jangan ikut turun. aku segan dengan tetangga, dan lebih-lebih ayah dan ibu"
caera memohon pengertian Deva. Deva kembali duduk mengurungkan niatnya untuk keluar mobil.
"maafkan aku. jangan tersinggung"
caera menatap memelas.
"baiklah. tidak apa"
Deva tersenyum.
"dan aku sangat berterima kasih pada mu tuan. kau sangat baik pada ku. tapi aku harap, kita tidak usah bertemu lagi"
Deva diam. rahangnya mengetat. ada getaran sakit di hatinya. tapi dia tahu maksud caera memutuskan itu. caera masih berstatus sebagai istri orang. ingin menjaga reputasinya.
"baiklah jika itu mau mu"
jawab Deva sedikit terdengar datar.
caera merasa tidak enak hati. seperti tidak tahu berterima kasih pada orang yang telah baik padanya. tapi dia juga harus menjaga reputasi nama baik keluarga. ayahnya pasti akan marah jika tahu dia bersama lelaki lain.
"sekali lagi maafkan aku tuan Deva"
caera ingin menagis rasanya. serba salah pada Deva.
"tidak apa. aku tahu tidak baik kau terlihat bersama lelaki lain"
Deva mulai bisa mengatur emosinya agar tidak terlihat marah.
"terima kasih atas pengertian mu tuan Deva"
caera bisa bernapas lega karena Deva tahu apa maksudnya. "semoga kau selalu bahagia"
"begitu juga dengan mu nona caera. jaga diri mu"
Deva mengulum senyum hangat pada caera.
setelah mengatakan itu, caera beranjak turun dari mobil. berhenti sejenak di gerbang menatap mobil Deva yang langsung pergi.
baru saja dia akan masuk ke rumah, terlihat mobilnya datang. caera berhenti di teras rumah.
seseorang turun dari mobilnya. dia dapat mengenali pria itu. pria yang di tugaskan deva mengurus mobilnya.
"nona" pria itu membungkuk hormat. "ini kunci mobil anda"
pria itu menyerahkan kunci mobil pada caera.
"terima kasih"
jawab caera seraya mengambil kunci mobilnya.
"saya permisi"
pria itu pergi tanpa kata-kata lagi. caera hanya menatap punggung pria itu menjauh, dan menghilang di balik tembok pagar.
"Ra, kok bengong gitu?"
ibu menepuk pundak caera.
"eh ibu"
caera sedikit kaget.
"ayo masuk"
"iya Bu"
caera mengikuti ibunya masuk ke dalam rumah. tampak Gino sedang makan brownis di ruang tengah. caera mendekati Gino yang asik makan.
"hai ganteng"
caera memeluk dan mencium Gino gemas dan rindu. "enak benar makannya. mama mau juga"
caera membuka mulutnya meminta Gino menyuapkan brownis.
dengan patuh Gino menyuapkan ke mulut mamanya.
"mama, dari mana aja sih?"
tanya bocah itu dengan mulut penuh brownis.
"mama.."
belum sempat caera menjelaskan, ibu sudah memotong bicaranya.
"oh iya Ra, gimana pesta ulang tahun teman kamu?"
caera bingung menjawab apa. dia tidak pernah bilang pada ibu kalau mau menghadiri pesta ulang tahun temannya.
"siapa Bu?"
"kamu kan tidak pulang karena pesta teman mu"
ibu berkata sambil sibuk mengupas jeruk.
caera memutar otak. bagaimana ibunya bisa berpikir kalau dia tidak pulang karna menghadiri pesta ulang tahun temannya.
"kok ibu bisa tahu?"
"tadi pagi-pagi sekali teman mu datang. katanya, kamu tidak pulang karena pesta ulang tahun teman kuliah mu dulu"
lah.. siapa itu?
caera terbengong. siapa temannya yang mengatakan itu pada ibu?
"terus, dia bilang apa lagi Bu?"
"katanya lagi, kebetulan dia lewat sini. jadi sekalian mampir menyampaikan pesan mu"
makin berkerut kening caera. siapa temannya itu?
"perempuan Bu?"
"hiihh kamu ini. masak teman sendiri tidak tahu"
ibu terlihat gemas.
"bukan begitu Bu. soalnya Rara pesankan itu pada cindi teman Rara. jadi cindi yang datang Bu?"
caera berbohong untuk mengorek informasi dari ibunya.
"bukan Ra, laki-laki kok. orangnya sih agak hitam. tapi ganteng Ra"
astaga.. pasti robot itu. Jacko
"oohh.. ya ya Bu. dia temannya cindi"
caera tersenyum masam. dia tahu kini, pasti Jacko yang datang.
"kamu kenal juga kan?"
"iya Bu"
caera terpaksa berbohong untuk menutupi di mana dia semalam. tapi bagaimana Jacko sampai tahu rumah ibu? bukannya mereka tidak pernah berbicara? jangankan berbicara, bertegur sapa pun belum.
"Bu, rara ke kamar dulu ya"
"iya. mandi dulu gih. biar Gino sama ibu"
"mama mau mandi dulu ya sayang. Gino sama nenek dulu"
caera mengecup puncak kepala Gino. bocah itu hanya mengangguk mengiyakan. sibuk mengunyah brownis kesukaannya.
caera beranjak ke kamarnya. meninggalkan Gino dan ibu di ruang tengah.
caera menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. menerawang memandangi langit-langit kamar tidur.
Deva. ia teringat dengan Deva. lelaki itu sangat tampan. tidak mungkin tidak punya kekasih. siapa yang bisa menolak pesona Deva. pasti banyak gadis-gadis yang bertekuk lutut padanya.
Deva sangat baik padanya. caera bukan tidak tahu arti pandangan Deva padanya. mata Deva jelas menggambarkan rasa ingin memiliki. tapi caera tidak mau memberi angin segar padanya. karna itu caera bilang agar tidak berjumpa lagi dengan Deva.
ia masih berstatus sebagai istri Arya. dia tidak bisa semberono mengambil langkah. sepertinya Arya akan menyulitkannya dengan perceraian. caera tidak mau, gosip selingkuh malah di sematkan padanya. pasti Arya akan memakai senjata ampuh itu jika caera tidak berhati-hati dalam bertindak.
sangat menyakitkan mengingat apa yang telah terjadi. bukan hanya selingkuh yang di lakukan Arya dan Vivi. tapi kini vivi telah mengandung anak Arya.
caera memiringkan tubuhnya memeluk guling. membenamkan wajahnya di sana. menangis tanpa suara. hatinya perih mengingat Arya. dia sangat mencintai Arya. Arya cinta pertamanya. begitu selesai kuliah, Arya langsung melamarnya.
awal pernikahan memang manis. tapi setelah dokter mengatakan dia sulit mengandung, semua jadi berubah. Maya, ibunya Arya jadi sangat meremehkannya.
"heh, percuma saja Arya punya istri cantik. tapi rahimnya tidak berguna. aku mau cucu bukan cuma mantu. dasar kau! jadi beban saja"
jika sudah kata-kata itu yang keluar dari mulut ibu mertuanya sambil mencibirkan bibirnya, caera hanya bisa menunduk sedih. ngilu rasa hatinya setiap kali ibu mertuanya mengejek dan menghinanya habis-habisan.
tapi bagi caera itu adalah ujian hidup. asalkan Arya masih menerima dan mencintainya itu sudah cukup. tapi apa sekarang, semua harapan caera pada Arya pupus. Arya memutuskan ingin memiliki bayi dari sahabat caera sendiri. dan kini itu benar-benar terjadi. Vivi hamil.
"mama"
caera tersentak kaget. ia melihat Gino sudah ada di samping ranjang. berdiri mematung memandanginya.
"Gino, sudah selesai makan brownisnya?"
caera cepat menghapus air matanya. meraih Gino dan mendudukkannya di pangkuannya.
"mama kenapa nangis?"
"bukan nangis, mata mama sakit. kena debu"
caera mengelak.
"tadi katanya mau mandi. kok mama malah nangis?"
Gino tidak percaya begitu saja.
"ah anak mama ini. kepo banget sih"
caera mengunyel pipi gembul Gino dengan hidungnya. Gino tertawa kegelian.
"dengerin Mama Gino"
caera memeluk tubuh kecil yang gempal itu. "sebentar lagi Gino masuk sekolah TK. Gino harus rajin belajar dan jadi anak baik ya"
"iya dong ma. Gino kan mau jadi presiden"
jawab Gino dengan gaya lucu khas anak kecil.
"wah anak mama pinter banget"
caera kembali menciumi pipi Gino. Gino tertawa-tawa kegelian.
"papa yang anterin Gino sekolah kan ma?"
caera terhenyak. bingung mau jawab apa. haruskah bocah sekecil Gino tahu apa yang terjadi?
"sayang, mulai sekarang papa jarang ada sama kita"
"kenapa ma? papa kerja ya?"
"emmm.. iya sayang. papa keluar kota terus. jadi Gino sama mama aja ya"
"kapan pulang ma?"
"mama juga belum tahu."
"ma, nanti kalau papa pulang, bilang Gino minta hadiah ma"
"iya sayang"
"ya udah sana gih, main di bawah. mama mandi dulu ya"
Gino menurut. ia berlarian keluar kamar. caera menghempaskan napas berat. sampai kapan dia harus membohongi Gino. cepat atau lambat Gino pasti menagih janji kapan papanya pulang.
caera tidak tega membiarkan Gino mengetahui tentangnya dan Arya. Gino masih terlalu kecil untuk tahu masalahnya.
biarlah Gino tahu seiring berjalannya waktu. caera berdoa semoga saja Gino tidak terpukul dengan perpisahan mama dan papanya.