Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Bertemu Revaz
"APA????" Revaz memperjelas pendengarannya.
"Hani disukai dua orang pria. Dan sosok tadi pria pertama yang menyukai Hani. Dia tidak ingin Hani bahagia. Dia ingin membuat Hani mati bersamanya," Om Irfan menjelaskan.
"Bagaimana caranya menyelamatkan Hani Om?" tanya Revaz.
"Hani harus menikah dengan orang pilihannya," jawab Om Irfan.
"Seandainya Hani dijodohkan oleh orang tuanya bagaimana?"
"Intinya Hani memiliki perasaan terhadapnya, tanpa paksaan," Om Irfan dan Dokter akhirnya berpamitan.
Revaz memikirkan yang dikatakan Om Irfan. Revaz memiliki perasaan suka pada Hani sejak pertemuan kedua mereka. Revaz mencoba mendekati Hani. Revaz harap Hani akan menerima pengakuan cintanya. Revaz masuk ke dalam ruangan Hani. Hani membuka mata dan menatap ke arah Revaz yang ada di depan pintu.
"Hani, kamu sudah sadar. Apa ada yang sakit?" Revaz duduk di samping hospital bed Hani.
Hani terus menatap ke arah Revaz. Hani mencoba mengingat siapa pria yang duduk di sampingnya.
"Maaf, Anda siapa?"
"Hani, jangan becanda dong ah," Revaz tertawa kecil. Tapi raut kebingungan di wajah Hani semakin jelas terlihat.
"Hani, kamu benar gak ingat aku?" Revaz melebarkan kedua matanya.
Hani mengangguk pelan sambil terus mengingat Revaz.
"Oh iya, Anda adalah Tuan Revaz Gibran. Anak dari pimpinan W Grup. Saya baru saja membaca artikel tentang perusahaan Anda. Maaf, tadi saya bersama Kak Zav, bagaimana keadaannya?"
"Zav sama tidak sadarkan diri seperti kamu. Dia ada di ruangan sebelah. Hani, jujur, apa kamu tidak ingat siapa aku?" Revaz serius bertanya.
"Maaf, selama dua bulan terakhir saya dirawat di rumah sakit. Kata Dokter, saya kecelakaan jatuh ke jurang dan saya mengalami amnesia," Hani menghela napas.
Hani melihat ketulusan dari wajah Revaz yang baru ini dia temui. Dan dari cerita Revaz, mereka sebelumnya saling mengenal. Hani percaya kepada Revaz dan menceritakan selama dua bulan terakhir Hani berada di kota A.
Di Kota A, banyak dihabiskan waktunya untuk pemulihan di rumah sakit. Semua biaya pengobatan Emran yang menanggung. Revaz penasaran siapa Emran. Dari cerita Hani, Revaz menarik kesimpulan bahwa Revaz adalah orang yang dimaksud oleh Om Irfan. Dia begitu terobsesi kepada Hani.
Revaz semakin yakin, Emran pengidap erotomania karena dia begitu posesif. Revaz terlihat marah ketika mengetahui terjadi adegan perpecahan piring, gelas, mangkok dan Emran yang kesetanan meretakkan dinding tembok. Beruntung Hani tidak terluka. Hani berhasil melarikan diri dan bertemu dengan Zav di terminal bus.
Revaz mendengar Hani membantu Zav untuk mengerjakan laporannya. Hani juga bilang saat ini Zav memerlukan asisten di kantornya. Jika lowongan itu masih ada Hani ingin mengajukan lamaran kerja. Hani sangat memerlukan pekerjaan dan tempat tinggal.
Revaz menyuruh Hani untuk beristirahat. Revaz duduk di sofa tamu. Revaz memikirkan Hani. Apakah Revaz akan memberitahu keberadaan Hani kepada Valdi. Valdi juga menyukai Hani. Kalau mereka bertemu, Valdi pasti tidak akan membiarkan Hani pergi lagi.
Semenjak kecelakaan itu, Valdi jadi pendiam dan suka menyendiri. Valdi menyebar orang untuk mencari Hani. Valdi sempat prustasi. Valdi juga terus menyelidiki orang yang selama ini mengirim SMS ke Hani.
"Valdi, sorry. Jika kalian memang berjodoh pasti Kak Revaz kembalikan Hani padamu," Revaz memejamkan mata dan tertidur atas sofa.
Keesokan harinya Hani dan Zavian diizinkan pulang dari rumah sakit. Zavian mengenalkan Hani kepada Revaz. Zavian meminta kepada Revaz untuk menjadikan Hani sebagai asistennya di kantor. Kerja Hani sangat memuaskan sewaktu membantunya mengetik laporan.
"Baiklah Hani, kamu akan menjadi asisten Zav di kantor cabang kami. Kami akan mengantarkan mu ke mess perusahaan," kata Revaz.
"Terima kasih Pak Revaz," ucap Hani.
Revaz, Zavian dan Hani menuju mess perusahaan. Kantor cabang Revaz berada di perbatasan kota A dan kota B jaraknya sekitar 1 jam ke Kota B. Revaz yakin Valdi tidak akan bertemu dengan Hani untuk sementara waktu.
Sebelum ke mess, Revaz mengajak Hani dan Zavian sarapan. Mereka mampir ke warung makan yang menu utamanya adalah bubur ayam. Hani dan Zavian menolak untuk keluar dari mobil. Mereka melihat di depan warung ada pocong yang sedang berdiri menyambut para pembeli.
"Ada apa? Kalian gak suka menunya? Katanya sih enak, selalu banyak yang datang," Revaz menunjuk ke dalam warung makan.
"Apa bos ku gak liat? Tuh di depan warung ada pocong yang ngeludahin pelanggan," Zavian bergidik.
"Mana?" Revaz membuka kaca mobil.
"Hani, apa kamu liat?" Zav menoleh ke kursi belakang.
"Iya Kak Zav, aku juga liat. Jadi gak nafsu makan," jawab Hani.
Revaz langsung menyalakan starter mobilnya. Revaz meninggalkan warung makan dan berhenti di sebuah Resto, Cafe & Bakery.
"Bagaimana? Apa di sini juga ada penampakan?" Revaz memandangi Zav dan Hani.
Mereka berdua menoleh ke samping kanan mobil dan mereka berdua berbarengan menjawab aman. Mereka pun masuk ke dalam memesan menu sarapan.
🌑 Di rumah Valdi
Valdi duduk di atas balkon kamarnya memandangi kaca jendela kamar Hani. Sudah beberapa bulan ini Valdi sangat merindukan sosok Hani. Valdi juga menjalani pengobatan dan pemulihan pasca kecelakaan selama dua bulan.
Valdi berharap di manapun Hani berada, dia akan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa. Valdi berharap Hani sehat, dan tentu saja masih hidup. Valdi meneteskan air mata. Valdi masih belum siap menerima kenyataan jika Hani pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Valdi menatap ponsel lama Hani. Selama dua bulan terakhir, tidak ada pesan yang masuk. Sosok misterius itu seolah tahu Hani menghilang. Valdi sangat mengharapkan sosok misterius itu kembali mengirimkan pesan kepada Hani. Agar Valdi tahu bahwa Hani masih hidup.
Valdi kembali menatap ponsel lama Hani yang ada di atas meja. Valdi menyeruput kopinya. Dan benar saja terdengar bunyi notifikasi dari ponsel Hani. Dengan cepat Valdi menaruh kopi di atas meja dan mengambil ponsel Hani. Mata Valdi melebar setelah membaca SMS.
Nomor privasi : Halo sayang, ternyata kamu selamat. Jangan senang dulu, karena aku selalu ada di sisimu.
Valdi mengerucutkan hidungnya, "Apakah Hani masih hidup? Syukurlah, aku harus mengetahui keberadaan Hani."
Valdi mengetik pesan seolah-olah Hani sedang membalas SMS sosok misterius.
Hani : Benarkah kau selalu di sisiku? Jika benar, katakan di mana aku?
Nomor privasi : Ha, ha, ha. Apa kamu merindukan aku? Tenang sayang aku selalu dekat denganmu.
Hani : Katakan, jika kamu benar-benar dekat. Aku ada di mana? Aku pakai baju apa?
Nomor privasi : Sayang, kamu sungguh menggemaskan. Kamu sungguh cantik dengan baju baby doll pink. Kamu makan roti cinnamon Roll Cream Cheese dengan susu coklat.
Hani : Benar kah? Tapi itu semua cuma kebetulan. Kamu tidak tau di mana aku.
Nomor privasi : Sayang, sekarang kamu lebih pintar dari biasanya. Apa karena benturan di kepalamu itu? Tentu saja aku tau. Kamu ada di Resto, Cafe & Bakery perbatasan kota B.
Valdi segera keluar dari kamarnya, berlari menuruni anak tangga. Mengambil kunci mobil dan menuju perbatasan Kota B. Valdi kembali mendapatkan pesan. Kali ini orang misterius itu mengirimkan foto Hani yang sedang menikmati roti.
"Hani, Hani, aku datang. Tunggu aku!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...