Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Lisa pun kembali ke stand makanan tempat ia dan Sani memesan makanan. Terlihat Sani melambaikan tangan. Saat Lisa mencari meja tempat Sani duduk.
" Loe kemana aja sih, main ngilang ?" kata Sani menatap Lisa.
" Tadi gue lihat kak Amar sama kak Mia" kata Lisa duduk setelah menarik kursi. Berhadapan dengan Sani
" Hah...dimana?" kata Sani kaget
" Mereka sudah pergi, tadi lagi belanja. Aku sih ngak masalah, Kalo bang Amar jalan sama tuh perempuan. Tapi sejak lihat tuh orang aku ngak suka San. Perasaanku dia hanya memanfaatkan bang Amar deh," kata Lisa memberikan alasan.
" Wah .. bahaya tuh, mending bang Amar sama gue kan. Gue bakal serius sama abang loe. Ngak akan main main dan tidak akan memanfaatkannya," kata Sani tersenyum.
" Terserah loe, ayo makan aku lapar. Mood ku rusak gara gara tuh orang. Tapi aku ngak mungkin larang bang Amar jalan sama tuh perempuan," kata Lisa.
" Ya sudah, ngak usah di pikirin. Santai aja Lis. Kalo dia memang niat jahat sama abang loe. Nanti juga bakal ketahuan sendiri kok belangnya," kata Sani. Sembari menyuap makanannya.
" Hmm....kayanya aku mau ambil kuliah di Aussie aja deh San," kata Lisa.
" What.. !!.serius loe Lis, trus gue gimana? Kita bakal jarang ketemu dong," kata Sani menatap Lisa serius. Karna Lisa berniat pergi kuliah ke luar negri.
" Astaga ..kita memang kuliah beda kampus San, tapi masih bisa saling menghubungi. Dan lagi pula loe bisa pergi liburan kesana. Nyambi kerja paruh waktu. Pake aja WHV ( Working Holiday Visa) disana gajinya lumayan mahal. Aku sudah mempelajari situasi di sana. Makanya aku niat banget kuliah disana," kata Lisa.
" Iya juga ya, kan gue punya alasan buat minta uang sama papah. Untuk bisa liburan kesana. Ok...pergi gih !! Nanti kabarin gue jika loe sudah nyampe di sana," kata Sani tersenyum.
" Ya ..tapi gue ngomong dulu sama bunda dan ayah juga bang Zain. Biar dapat izin, jadi minggu depan gue bisa ikut test TOEFL," kata Lisa mantap ingin pergi menjauh dari Amar. Karna ia tidak mau terlibat dengan urusan Amar yang bukan abangnya lagi.
" Ya itu harus, biar loe dapat restu," kata Sani
" Hmm," kata Lisa sembari menyesap jus nya. Sembari kembali menyuap makanannya
" Aku jadi iri sama loe Lis, trus apa anak anak kita beri tahu?" kata Sani
Lisa mengelengkan kepalanya. " Ngak perlu cukup loe saja San, yang tahu aku kuliah di sana. Lagian ngak ada untungnya juga memberitahu mereka. Dan aku juga ngak mau, Devan tahu kehidupanku," kata Lisa.
" Ya gue ngerti, supaya ngak ada masalah juga kedepannya kan. Lagi pula loe, ngak ada hubungan sama si Devan kan?," kata Sani mengunyah makanannya dengan santai. Begitu juga dengan Lisa. Yang kini menutup kehidupan pribadinya. Karna tidak ingin teman temannya kepo dengan hidupnya.
Setelah selesai makan keduanya pun pulang, Sani mengantar Lisa sampai depan pintu pagar rumah.
" Yakin ngak mau mampir nih?" kata Lisa
" Besok aja ya, takut nanti gue di tanya tanyain mamah. Malah bisa di interogasi gue," kata Sani tersenyum.
" Ok ..hati hati di jalan, terimakasih sudah ngajak gue healing hari ini ," kata Lisa.
" Kebalik, harusnya gue yang berterimakasih sama loe Lis, ya sudah gue pulang dulu ya. Kabari gue kalo mau berangkat," kata Sani
" Ya pulang sana gih, takut loe kehujanan," Lisa pun membuka pagar. Sani hanya mengangguk dan pergi mengendarai motornya. Dan menghilang di kejauhan.
Lisa pun melangkah ke pintu rumah dan masuk. Pemikirannya sempat tertuju pada Amar. Namun di tepiskannya. Karna tidak ingin terbawa perasaan.
" Itu bukan urusan ku, mungkin pergi ke Aussie itu lebih baik," kata Lisa masuk kedalam kamar. Lalu berbaring di atas tempat tidur.
****************
Sedangkan Amar yang sudah kembali kekantor. Langsung masuk ke ruangannya. Dan kembali bekerja. Karna tadi ia hanya mengantar Mia belanja dan makan siang di luar, untuk menuruti kemauan Mia. Yang katanya mengidam.
" Mudah mudahan dia baik baik saja, aku akan minta Teddy untuk mencari Hans. Agar setelah Mia melahirkan Hans bisa menikahinya," kata Amar. Yang tidak mungkin menyembunyikan masalahnya berlama lama. Jika papi dan maminya tahu. Pasti mereka akan marah, dengan sikap bodoh dirinya yang menikahi Mia diam diam. Walaupun itu secara sirih.
" Huh...semoga saja, ini cepat berlalu," kata Amar kepikiran Lisa. Yang akan masuk kuliah tahun ini, dan Amar sudah berjanji untuk membantunya.
Tok...tok...tok...
Lamunan Amar pun langsung buyar. Saat pintu ruangannya di ketuk dari luar.
" Ya masuk!!" kata Amar
Clek....
Pintu terbuka, dan sekertaris Amar pun datang membawa beberapa berkas yang langsung meletakan nya di depan Amar.
" Ini berkas yang bapak minta " kata Santi
" Ya terimakasih, apa pak Zain sudah kembali ke ruangannya?" Amar pun bertanya Sembari mengecek berkas berkas yang dibawa Santi.
" Sepertinya belum pak, karna mba Dewi juga belum kembali. Tadi mereka makan siang bersama klein," jawab Santi.
" Baik, nanti suruh pak Zain kesini. Jika ia sudah kembali !!" kata Amar.
" Baik pak" jawab Santi yang mundur dan berbalik keluar dari ruangan Amar. Lalu kembali kemejanya, bersama pintu ruangannya yang ditutup rapat.
" Apa Zain dekat dengan Dewi, kenapa harus gengsi sih. Lagian Dewi juga lumayan cantik," kata Amar bermonolog sendiri. Sembari mengecek berkas yang akan ia tanda tangani.
*************
Pagi seperti biasa. Lisa selalu sibuk di meja belajarnya. Setelah orang tua dan abangnya pergi. Karna Lisa sedang sibuk mencari apartemen murah di Australia. Tadi malam Lisa sempat membahas niatnya kuliah.di negara kangguru itu ,pada Ayah dan bunda nya. Kedua orang tuanya setuju setuju saja. Selama Lisa bisa menjaga diri. Selama ia belajar disana. Sedangkan Zain belum tahu rencananya. Karna Zain belum pulang karna ada meeting dengan relasi kerjanya.
" Ya ampun semua mahal, tapi jika sampai di sana aku bisa nyari kerja. Agar bisa dapat penghasilan,"pikir Lisa. Walau ia mendapat beasiswa. Tapi kebutuhannya masih di tanggung kedua orang tuanya. Karna ia butuh uang jajan dan membeli buku. Sebab itulah Lisa memikirkan cara. Agar selama di sana ia tidak membebani kedua orang tuanya. Karna ayahnya juga butuh berobat untuk cek up kesehatan jantung. Setiap 3 bulan sekali.
Sedang asyik berpikir. Ponsel Lisa berdering di atas tempat tidur. Lisa pun beranjak dan meraih benda pipih itu. Dan melihat nama di layar ponsel.
" Bang Amar ?" Lisa pun terpaku sesaat
Kring...kring...kring...
Ponsel masih berdering. Karna Lisa ragu mengangkatnya. " Ada apa ya?" guman Lisa akhirnya, menekan tombol hijau.Untuk menerima panggilan Amar.
" Assalamualaikum bang ada apa ya?" tanya Lisa.
" Ade di mana?" terdengar suara Amar serak di sebrang sana.
" Lisa di rumah bang, ngak kemana mana kok Apa ada hal penting?" tanya Lisa yang melihat jam masih pukul 09 pagi.
" Nanti siang mau ngak, makan siang sama abang. Bang Amar akan jemput ade di rumah jam 12 lewat ," kata Amar
" Hah ...apa abang ngak sibuk, Lisa masih sibuk buat proposal untuk persentasi kampus bang ," Lisa memberi alasan, untuk menghindar dari Amar. Karna pastinya Amar akan membahas masalah kuliahnya.
" Jadi ngak bisa de, apa ade belum buat proposal kemaren?" kata Amar.
" Ya bang, lain kali aja ya bang, Lisa selesaikan dulu urusan Lisa," kata Lisa merasa tidak nyaman berbohong.Tapi ia harus melakukan. Mengingat Amar hanya abang palsunya. Lebih lagi ia tidak nyaman berduaan dengan Amar. Setelah tahu Amar dekat dengan Mia.
" Serius, ngak mau. Abang ajak ke restoran kesukaan ade loe?" kata Amar lagi.
" Ya bang, maaf untuk kali ini," kata Lisa lirih.
" Ya sudah, tapi lain kali harus mau. Selesaikan dulu proposal ade. Besok kalo Abang ngak sibuk. Abang akan pulang kesana. Ya sudah sampai besok ya," kata Amar.
" Hmm...ya bang," kata Lisa. Yang langsung menekan tombol merah. Dan meletakkan ponselnya di atas bantal. Dengan perasaan lega. Karna hari ini ia berhasil menghindari Amar.
" Maafkan ade bang," kata Lisa lirih.Yang sangat sadar Amar bukan muhrimnya.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar