Mengisahkan tentang kehidupan pasangan yang berbeda latar belakang,antara keluarga elit dengan seorang gadis dari kalangan keluarga biasa dan sederhana.Kayyisa Virly Putri(Kay) terpaksa menikah secara diam-diam di usianya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Awalnya Kay tidak setuju untuk menikah,tapi keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan dan terlilit banyak hutang.Memaksa Kay harus menyetujui pernikahan secara ikhlas untuk memperbaiki keuangan keluarganya.Namun,pernikahan rahasia yang ia jalani tidaklah mudah.Karena ia harus berjuang menyesuaikan diri dengan kehidupan mewah kelas atas dari keluargabarunya,dan mengharuskannya terus belajar berbagai banyak hal sambil terus berusaha beradaptasi dengan suami yang tidak menyenangkan,yang memiliki hati dingin dan angkuh yang bernama Ben Nathan Hartanto(Ben).Seorang CEO muda ternama sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Hartanto.Keduanya saling tak menyukai,tapi tetap menjalankan pernikahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuliastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelisah sebelum pernikahan.
Kay berjalan menuju rumahnya dengan tertatih-tatih sambil memegangi siku tangannya yang sakit karena terjatuh tadi. Kay mengumpat Ben dengan penuh kekesalan,"Ben sombong itu! berpikir aku akan dengan mudah menjadi mainannya.Cih…lihat saja bagaimana aku yang akan berbalik mempermainkannya!".
Tiba-tiba,ibunya menghampirinya.
"Kenapa kau keras kepala dan pulang sendirian?Ben tadi menelpon ibu dan menceritakan semuanya.Apakah kau tahu jika semua orang
mengkhawatirkanmu! Dasar gadis keras kepala"ucap ibunya kasar sambil menepuk pelan kepala Kay.
Kay menatap wajah ibunya dengan bingung dan heran.
"Apa yang Ben katakan pada ibu?ibu tidak tahu apa yang terjadi?Dia berusaha memanipulasi pikiran ibu?pria itu sangat angkuh dan jahat Bu!"pekik Kay kesal.
"Hush!tutup mulutmu dan kecilkan suaramu itu!Tidak pantas kau berkata seperti itu tentang calon suamimu!"bisik ibunya sambil menutup mulut Kay untuk berhenti bicara.
"Ibu..!"lanjut Kay kesal.
Kay tidak dapat meneruskan perkataannya lagi,karna mulutnya di tutup oleh tangan ibunya.
Kemudian ibunya menarik tangan Kay dan mengajaknya masuk masuk ke dalam rumah.
Kay terkejut begitu sampai di dalam rumahnya,karena ada asisten pribadinya Ben dan beberapa pengawal dari keluarga Hartanto.
"Kenapa mereka semua ada disini Bu?"tanya Kay.
Asisten pribadi Ben langsung menjelaskan kepada Kay,jika keberadaan mereka di rumah Kay adalah untuk menjemput Kay bersama keluarganya menuju ke rumah kediaman keluarga Hartanto.
"Kenapa kami sekeluarga harus ke rumah itu,Pak?"tanya Kay pada asisten pribadi Ben.
Asisten pribadi tersenyum dan menjelaskan kepada Kay,jika keberadaanya di kediaman rumah Kay adalah untuk menjemput Kay dan kedua orang tuanya.Karena besok pagi akan dilangsungkan pernikahan antara Ben dan Kay secara tertutup dan pribadi.
Kay tercengang mendengarnya,"Kenapa secepat itu?"tanyanya.
Tapi ibunya langsung menarik tangan Kay masuk ke dalam kamar untuk segera bersiap-siap.
Sementara itu asisten pribadi Ben bersama para pengawal menunggu diluar.
Tiba-tiba Ayah Kay menangis.
Asisten pribadi Ben yang melihat itu langsung menghampiri Ayah Kay.
"Kenapa Pak Virly menangis?".
"Aku memang ayah yang tak berguna!…aku menggadaikan putriku sendiri untuk menolong keluarga ini"ratap Ayah Kay.
"Semua sudah tertulis di lembaran takdir, tidak ada satupun yang terjadi lebih cepat ataupun lebih lambat, semua akan terjadi tepat di waktu yang tepat"ucap asisten pribadi Ben menepuk pelan pundak Ayah Kay.
"Pak Virly jangan merasa takut,gelisah dan sedih karna Allah pasti akan mengirimkan harapan di titik puncak putus asa. Sebagaimana Allah mengirim air hujan dari mendung yang dipenuhi kegelapan"lanjut asisten pribadinya Ben.
Ayah Kay mengangkat kepalanya pelan dan menyeka air mata dari wajahnya.
***
Sesampainya Zidan di penthouse miliknya.
Zidan berdiri memandangi pemandangan bangunan gedung-gedung tinggi pencakar langit,sambil melihat tangannya yang terbalut sapu tangan milik Kay,lalu dia tersenyum tipis melihatnya.
"Gadis yang menarik"ucapnya pelan sambil mengingat pertemuannya dengan Kay.
Tiba-tiba bel di penthouse Zidan berbunyi.
Lamunan buyar seketika dan membuatnya segera beranjak ke pintu masuk.
Wajah Zidan terlihat senang saat melihat teman-temannya sedang berdiri di hadapannya.
"Kalian?"ucap Zidan kaget.
"Apakah kau hanya melihat saja dan membiarkan kami berdiri di depan pintu seperti patung?"kata teman Zidan.
"Tentu tidak,ayo masuklah!"balas Zidan tersenyum sambil memeluk ketiga teman-temannya itu bergantian.
"Kenapa hanya kalian bertiga?dimana Ben?"tanya Zidan melihat ke arah teman-temannya.
Ketiga teman Zidan berjalan masuk ke dalam dan langsung duduk di sofa dengan santai.
"Ben akan telat! Dia sedang sibuk membuat kesepakatan dengan calon istrinya!"celetuk teman Zidan yang bernama Gavin.
"Kesepakatan?calon istri?"tanya Zidan bingung sambil menghampiri Gavin.
Ketiga teman Zidan tertawa bersamaan.
"Kau terlalu lama tinggal di luar negeri Zidan,sehingga kau tidak mengetahui kan jika teman kita Ben akan menikah besok"sahut Varo yang berdiri di dekat kaca mengamati ke luar kaca jendela.
Zidan terlihat kaget.
"Menikah?besok?kenapa mendadak dan tidak memberitahuku?Bahkan media juga tidak memuat pemberitaan mengenai pernikahan Ben?".
"Itu karena pernikahannya di rahasiakan"jawab Givan.
"Rahasia?Apa maksud kalian?"tanya Zidan semakin terlihat bingung.
Tiba-tiba Ben muncul dengan santai dan mengagetkan teman-temannya.
"Apa kalian sedang membicarakan aku?"tanya Ben sinis.
Semua teman-temannya terdiam,sebaliknya Zidan menghampiri Ben lalu menjabat tangannya.
"Apa kabar Ben?lama kita tidak bertemu"ucap Zidan.
"Seperti yang kau lihat aku baik-baik saja.Kenapa dengan tanganmu?"tanya Ben yang beranjak duduk di dekat Gavin.
"Tadi aku terjatuh karena menolong seorang gadis"jawab Zidan sambil memandangi sapu tangan milik Kay.
"Seorang gadis?"tanya Ben datar.
"Ah,bukan apa-apa hanya kebetulan"jawab Zidan santai.
"Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan Zidan.Semua yang terjadi bagian takdir yang sudah di tentukan oleh Tuhan"celetuk Varo.
Zidan mengangguk sambil tersenyum.
"Tadi sudah ku tawarkan niatku untuk menjemput mu tapi kau menolaknya"kata Ben ketus.
Zidan tersenyum lalu duduk di antara Gavin dan Bram.
"Aku tau sangat sibuk.Oh…ya aku dengar dari Gavin,Bram dan Varo besok kau akan menikah?kenapa terkesan mendadak?dan tidak memberitahuku "tanya Zidan.
Belum sempat Ben menjawab pertanyaan Zidan.Ketiga sahabatnya terlebih dulu menggodanya.
"Di zaman modern seperti ini,teman kita Ben masih saja mau percaya dan menerima perjodohan"celetuk Varo.
"Perjodohan?"tanya Zidan bingung.
Ben hanya tersenyum menanggapi perkataan teman-temannya.
"Seharusnya Ben mengadakan audisi terlebih dulu,untuk memilih calon istrinya.Apalagi Ben bukan pria sembarangan?banyak wanita yang akan antri untuk menjadi calon istrinya.Tapi Ben tidak beruntung dia malah akan menikah dengan gadis biasa yang berstatus masih sekolah.Bukankah itu sangat konyol dan menurunkan derajatnya!"ujar Bram sambil tertawa terkekeh.
Lalu Varo berkata lagi,"Kita semua berasal dari kalangan atas.Dari anak pengusaha ternama dan terpandang.Grup pertemanan kita sangat sempurna dan menarik perhatian semua orang.
Tapi Ben menjatuhkan reputasi grup ini dengan menikahi seorang gadis dari kelas rendah."
Zidan terlihat bingung dan tidak mengerti dengan yang dikatakan teman-temannya.Dia hanya diam melihat ke arah wajah Ben dengan tatapan heran.
Sebaliknya Ben hanya tertawa kecil mendengar teman-temannya menggoda dirinya.
Lalu tiba-tiba Gavin bertanya pada Ben,"Bagaimana dengan Dea jika kau menikah Ben?".
Wajah Ben berubah menjadi kaku dan tegang,tapi dia tetap diam tak bergeming.
"Siapa lagi itu Dea?"tanya Zidan bingung.
Teman-teman Ben terus menggoda Ben.
"Dea itu tadinya pasangan rahasia Ben,atau lebih tepatnya kekasih rahasia.Tapi sekarang Dea dan Ben akan menjadi pasangan yang tidak berguna!alias kekasih yang tak dianggap!"celetuk Varo.
Hahaha….Hahaha…Hahaha….
Gavin,Varo dan Bram tertawa keras.
Kemudian Ben melemparkan cushion atau bantal sofa di dekatnya ke arah teman-temannya.
Mendadak Gavin,Varo dan Bram langsung terdiam.
"Jika kau sudah memiliki seorang gadis yang kau cintai,lalu kenapa kau menyetujui dijodohkan dengan gadis lain?mengapa kau melakukan semua ini?" tanya Zidan pelan.
"Semua rumit untuk dijelaskan Zidan.Tapi aku senang kau datang ke Indonesia.Setidaknya aku memiliki teman untuk bertukar pikiran,tidak seperti mereka bertiga yang hanya dapat mengejek ku ada"jawab Ben sambil memandang sinis ke arah Gavin,Varo dan Bram.
"Ah,kau terlalu berlebihan menanggapinya Ben!"sahut Bram tersenyum kecil.
"Gadis itu memang tidak pantas untuk menjadi istrimu! Dia terlalu biasa dan sederhana,tidak ada hal istimewa darinya!Kau pasti akan menyesal memutuskan menikah dengannya!"imbuh Gavin.
"Apa kalian ingin menggodaku lagi!Lebih baik kalian diam saja dan tidak usah bicara lagi! Biar aku yang akan mengatasi masalahku sendiri!"kata Ben dengan nada dingin.
"Bukan begitu maksud kami Ben.Sebagai temanmu kami hanya mengkhawatirkan dirimu.Bagaimana jika calon istrimu itu tidak akan bisa menerima atau beradaptasi dengan keluarga mu yang berasal dari kalangan elit kelas atas.Tentu hal itu akan menjadi masalah besar dan membuat reputasi mu dan keluargamu akan hancur"kata Bram lagi.
"Apa kalian benar-benar berpikir begitu?"tanya Ben memandangi wajah teman-temannya.
"Bukankah itu akan sangat menarik?Di zaman serba modern seperti sekarang ini,masih ada perjodohan dan pemikiran seperti yang kalian pikirkan"ucap Ben.
Para sahabat Ben terlihat bingung mendengar ucapan Ben.
Ben menghela nafas pendek lalu meneruskan perkataannya lagi," Aku menghargai pemikiran kalian,itu hal biasa.Sebenarnya aku sedang merasa bosan dengan kehidupan ku.Meskipun gadis itu tidak sesuai dengan standar kriteriaku,tapi mungkin dia akan membawa sesuatu yang baru dalam hidupku.Akan lebih menyenangkan jika memiliki mainan hidup yang dapat kita atur sesuka hati,bukan?."
Teman-teman Ben saling berpandangan dan bingung melihat ke arah Ben.
***
Di kediaman keluarga Hartanto,para pelayan sedang sibuk menata dan merapikan rumah,karena besok pagi akan digelar pernikahan Ben dan Kay secara tertutup juga dirahasiakan dari publik.
Hanya keluarga terdekat,sahabat dan relasi bisnis keluarga Hartanto yang diundang di acara itu.
Nenek Ben berkata pada Mama Ben untuk membungkus semua hadiah pernikahan dan menata semuanya dengan baik.
"Meskipun pernikahan Ben dan Kay sederhana juga tertutup,tapi aku ingin pernikahan mereka tetap terlihat mewah dalam adat tradisi Jawa secara tradisional"pinta Nenek Ben.
Mama Ben hanya mengangguk mengiyakan,meskipun di dalam hatinya dia kurang setuju dengan pernikahan ini.
Di rumah Kay,dia sudah selesai berganti pakaian yang dikirimkan oleh Nenek Ben untuk Kay kenakan.
Kay nampak cantik dengan balutan busana warna merah.Meskipun gaunnya terlihat sederhana, tapi harga gaun itu bernilai fantastis dan tidak diketahui oleh Kay.
Kay membiarkan rambut hitam lurusnya terurai.Lalu didampingi oleh kedua orang tuanya.Kay berjalan masuk menuju mobil yang telah disediakan untuknya.
Sesaat Kay memandangi rumahnya dengan senyuman kecil.
Hingga akhirnya mobil yang ia naiki membawanya menuju kediaman rumah keluarga Hartanto.
***
Ben duduk di balkon penthouse milik Zidan,sambil menikmati pemandangan kota yang indah saat matahari tenggelam.
Dia memilih menyendiri dibandingkan berbaur dengan teman-temannya.
Nuansa dedaunan hijau dalam semburan warna jingga kemerahan, membuat Ben merasa tenang dengan kesendiriannya.
"Apa yang sedang kau lakukan termenung sendirian disini?"tanya Zidan menghampiri Ben.
Ben diam tidak bergeming.
"Apa kau membutuhkan sesuatu?"tanya Zidan.
Ben menggelengkan kepalanya dengan malas.
Zidan tersenyum melihat sikap Ben,lalu mengikuti Ben memandangi langit.
"Apakah rencana pernikahanmu esok hari sangat membebani pikiranmu?pertanyaan ku tidak bermaksud untuk mencampuri hidupmu.Tapi kau dan aku sudah lama berteman,apakah sulit bagimu untuk membagi keluh kesahmu?"ucap Zidan.
Ben mendesah kasar lalu menoleh ke arah Zidan.
"Apa kau mau bertemu dengan gadis aneh yang akan menjadi calon istriku?"tanya Ben.
"Gadis aneh?"ucap Zidan bingung.
"Ku rasa kau sudah mengenal calon istriku dengan baik"imbuh Zidan tersenyum.
"Itu tidak penting.Jadi apa kau mau ikut bersama ku menemui gadis Itu?"ajak Ben lagi.
Zidan menggelengkan kepalanya sambil berkata,"Maaf…tapi kali ini aku menolak ajakan mu.Tapi kenapa kau ingin mengajakku menemui gadis Itu?".
"Gadis itu sekarang ada di rumahku".
"Oh,pantas saja kau belum pulang ke rumahmu.Apa kau sedang menghindar darinya?"tanya Ben.
"Bisa jadi seperti itu."
Zidan tersenyum melihat sikap Ben.
"Sebaiknya kau temui gadis itu sendiri dan tidak perlu mengajakku.Kau harus dekat dengan calon istri mu itu.Bukankah sebentar lagi dia akan menjadi pasangan hidupmu.Jadi bersikaplah baik padanya."
Ben tersenyum sinis,"Aku mengajakmu bertemu gadis aneh itu,supaya kau bisa melihat sikap brutalnya yang selalu membuatku kesal di dekatnya. Lagi pula,dia pasti akan senang melihat pria tampan yang elegan seperti mu datang ke rumahku".
"Gadis itu pasti sangat tertekan saat ini.Pernikahan ini tidak mudah baginya.Bukankah dia masih bersekolah?"tanya Zidan.
"Kau belum bertemu dengannya tapi sudah membelanya.Kau itu temanku atau teman gadis Itu?seharusnya aku yang kau kasihan bukan gadis aneh itu"jawab Ben kesal.
"Itu penilaian dari sudut pandang ku saja.Seorang gadis biasa yang masih sekolah,tiba-tiba harus menikah dengan pria yang tidak dia kenal sama sekali.Itu bukan hal mudah dan remeh, Ben."
"Tapi tidak berlaku untuk gadis aneh itu!"bantah Ben.
"Setiap gadis memimpikan pangerannya,termasuk menikah dengan seorang pria yang paling dia cintai.Tapi tidak demikian dengan gadis ini.Dia mungkin harus mengubur banyak mimpinya untuk menikah dengan pria dingin seperti mu.Apalagi,kau juga sudah memiliki gadis lain di hatimu.Bukankah itu terdengar buruk dan kejam.Bahkan gadis itu tidak memiliki tempat spesial di hati calon suaminya"ucap Zidan.
Ben terdiam mendengar kata-kata Zidan.
Kemudian Zidan menepuk pelan pundak Ben dan berkata,"Terkadang kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan,karena kita pantas mendapatkan yang lebih baik dari apa yang kita harapkan.Saranku segeralah pulang dan temui gadis itu sebelum acara pernikahan mu besok pagi.Bawakan dia bunga,coklat atau permen dan hal lainnya yang dia sukai,supaya gadis itu senang karena merasa dianggap dan dihargai olehmu".
"Aku tidak akan mendengarkan saranmu itu dan melakukan tindakan konyol seperti itu,hanya untuk membuat gadis aneh itu menjadi senang!".
Kemudian Ben pergi begitu saja meninggalkan Zidan.
Sebaliknya Zidan tersenyum melihat kepergian Ben.