Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Tak Diundang
Aleandro mengikuti Jerome masuk ke ruang operasi.
Meski statusnya adalah pemilik, tapi ini baru pertama Aleandro masuk ke ruangan ini.
"Hhhmmm bau obat," gumam Aleandro.
"Kalau bau cabe, ya sana ke pasar," balas Jerome.
"Yaelah...," Aleandro menoyor bahu sahabatnya itu.
"Sana masuk, temani istrimu. Jangan hanya bisa buat aja, biar tahu perjuangan seorang wanita yang berada di antara hidup mati," suruh Jerome.
"Iissssshhhh...," desis Aleandro geram.
Kalau tak berposisi sebagai dokter, bisa digebukin tuh Jerome sama Aleandro.
Aleandro menyusul Andine yang sudah diposisikan di meja operasi.
Tangan keduanya saling bertaut.
"Maafkan aku jika selama menjadi istrimu banyak salah. Belum bisa menjadi istri yang baik," ucap Andine. Netra Andine memejam saat tulang belakangnya berasa linu karena obat bius sedang dimasukkan oleh dokter anesthesi.
"Hussstt... nggak usah bicara aneh-aneh. Aku sayang kamu. Titik....," balas Aleandro.
Dokter anesthesi menjelaskan efek yang akan dirasakan setelah diberikan obat spinal.
Kini kedua kaki Andine berasa hilang dan tak terasa apa-apa.
Jerome masuk setelah cuci tangan, "Aku hanya pendamping. Tindakan akan dilakukan oleh dokter Anita," kata Jerome yang tahu jika Aleandro pasti menginginkan dokter cewek yang memegang istrinya.
Dokter Anita memulai tindakan setelah mendapat ijin Aleandro.
Deg... Deg... Irama jantung Aleandro berasa main drum band, baru pertama kalinya dirinya melihat live proses operasi.
Meski gugup, dia harus terlihat meyakinkan di depan sang istri. Aleandro terus menciumi sang istri saat proses tindakan.
"Jangan bikin iri kaum jomblo di sini deh," ucap Jerome.
Aleandro menimpuk punggung sahabat tak ada akhlak itu. Dan Jerome pun terbahak.
Oek.... Oek...
Suara tangis bayi memecah suasana tegang ruang operasi. Gimana tak tegang, saat pasiennya adalah istri pemilik rumah sakit. Satu kesalahan bisa berakibat fatal buat masa depan mereka. Apalagi suami pasien menatap seluruh warga ruang operasi dengan intimidasi.
Bayi yang masih merah itu ditaruh di dada Andine.
Aleandro dan Andine sama-sama menitikkan air mata. Air mata bahagia tentunya.
"Mukanya mirip papanya. Pasti papanya yang tanam saham paling banyak," kata Jerome yang masih saja hobi menggoda Aleandro.
"Selamat ya buat kalian, jagoan akhirnya launching," lanjut Jerome.
Aleandro diminta dokter anak untuk melakukan bonding dengan sang putra.
Tak menunggu lama, Andine telah dipindahkan di ruang recovery. Dan bayi di taruh di ruang bayi.
Aleandro kembali menciumi pipi sang istri. Tak cukup sekali, "Makasih... Makasih sayang," ucap Aleandro.
Meski belum bebas bergerak, Andine membalas Aleandro dengan senyuman tulus.
.
Andine telah pindah ke ruang rawat inap. Aleandro tetap setia menemani.
Martin dan Jerome diusir oleh Aleandro. Dua manusia perusuh itu bilang ingin menemani bayi Andine. Mana ada alasan begitu.
"Andine, pliss help me. Suami kamu galak banget," kata Jerome sok minta belas kasihan.
Andine terkekeh sambil menahan nyeri perut yang mulai terasa. Andine tak menyangka jika di balik sikap dingin Jerome di depan layar tivi, ternyata ada sisi konyol di baliknya.
"Martin, Jerome pergilah! Masih banyak urusan yang perlu kalian selesaikan. Cari dalang di balik kejadian tadi," suruh Aleandro.
"Tuh kan, aku ni capek loh. Baru selesai operasi istri kamu," kilah Jerome.
Aleandro menepuk jidat menanggapi keluhan Jerome.
"Pergi atau transferan kupending!" tegas Aleandro.
"Issshhh, seperti novel lain aja. Main ancam. Anak buah mah pasti jadi korban pembulian bos," gerutu Jerome.
Keduanya bangkit meski dengan mulut tak mau diam.
"Huh, akhirnya damai nih kamar," ucap Aleandro sembari menghela nafas panjang.
"Kalian tuh sebenarnya kompak loh. Tapi kalau ketemu kok bagai Tom Jerry," tanggap Andine tertawa kecil.
"Kompak apanya....," Aleandro tidak merasa seperti yang diucapkan oleh sang istri.
"Istirahatlah," Aleandro mengusap puncak kepala Andine. Usapan tangan Aleandro bagai obat bius yang berefek mengantuk, atau karena kelelahan menahan sakit saat kontraksi maka Andine kembali tertidur.
Tok... Tok....
"Siapa?" alis sebelah Aleandro menaik.
Sebelum pindah ruangan, Aleandro sudah berpesan kepada para anak buah dan petugas jaga bahwa dirinya tidak menerima tamu. Pesan itu disampaikan oleh Martin. Aleandro tak mau Andine kurang istirahat.
Tak ada jawaban, dengan sikap waspada maka Aleandro beranjak untuk membuka pintu.
"Tuan muda, maaf," kata pengawal itu dengan muka tertunduk.
"Jangan salahkan anak buah mu. Aku yang memaksa mereka mengetuk pintu," ujar pria yang barusan datang di belakang pengawal Aleandro.
Dahi Aleandro berkerut sampai alis mata saling bertaut.
"Kamu.....?" tanggap Aleandro sambil menutup pintu kamar. Aleandro tak ingin istirahat Andine terganggu.
"Iya betul. Saya Nicky Bagaskara," ucapnya sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Ngapain kamu ke sini?" hardik Aleandro.
"Hhhmmm tentu saja mau kasih selamat atas kelahiran putra anda," kata Nicky dengan senyum yang sama.
"Aku tak perlu ucapan darimu," tolak Aleandro.
"Wow, anda tidak boleh bersikap seperti itu. Bagaimanapun kita adalah rekan bisnis sekarang," tandas Nicky.
"Dan saya juga mengenal secara pribadi istri anda loh, anda tak melupakan itu bukan?" kata Nicky terdengar seperti ejekan.
"Terima kasih, tapi istri saya tak perlu perhatian dari anda," kata Aleandro ketus.
"Ho... ho.... Niat saya baik tuan Aleandro. Tapi sambutan anda tak seperti yang aku bayangkan," ucap Nicky.
"Pengawal, lain kali jangan terima tamu macam apapun. Apalagi tamu modelan begini," hardik Aleandro melihat tamu tak diundang di depannya.
"Ha... Ha... Anda ini emosian sekali tuan Aleandro. Keep kalem aja," bukannya marah Nicky malah tertawa menanggapi.
Genggaman tangan Aleandro semakin menguat.
"Anda tahu bukan di mana jalan keluar? Jadi silahkan pergi," usir Aleandro dengan nada menurun.
"Hhmmmm, anda tak perlu repot mengusir saya," balas Nicky.
"Oh ya, jika anda menyiakan istri anda. Maka aku siap menampung dan membahagiakannya," bisik Nicky sambil beranjak pergi.
"Sialan... Dasar sinting!" kesal sekali Aleandro akan ucapan terakhir Nicky.
"Oh ya tuan, anda tak perlu repot menyuruh anak buah untuk mencari dalang kejadian tadi," kata Nicky mengangkat tangan dan berjalan menjauh.
'Apa maksudnya? Apa dia dalangnya?' pikir Aleandro.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Main di atas keypad, terangkailah kata. Kata demi kata hingga membentuk sebuah kalimat. Kalimat berujung alenia.
Suka silahkan baca, tak suka skip aja.
Life is simple but not easy
Fighting
🤟🏻
yup perlu banget Andien diperkenalkan