Demi menjaga nama baik keluarga Adiguna, Sandra harus rela menjadi istri pengganti majikannya sendiri. Insiden mempelai wanita yang melarikan diri, justru membuat Sandra terseret dalam ikatan suci pernikahan dengan putra sulung keluarga Adiguna yang lemah lembut dan sangat ramah.
Namun sangat di sayangkan, akibat pelarian sang pujaan hati membuat sifat Harun Pradipta berubah sepenuhnya. Sifat lemah lembut dan ramahnya seakan terkubur dalam dalam bersamaan dengan perasaanya terhadap sang kekasih.
Penghinaan tepat di hari pernikahan merubah sosok Harun menjadi pria arogan dan dingin. Termasuk kepada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Lalu bagaimana dengan Sandra? Akankah dia bisa membawa Harun kembali dari jurang keterpurukannya.
Update setiap hari jam 12.00.
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Tengah malam Sandra baru saja hendak tidur, rasa kantuk mulai menyerangnya setelah lelah menangis.
Baru saja ia mendaratkan kepalanya di bantal tiba tiba pintu kamar nya diketuk. Sandra menoleh kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 01.00 dini hari.
Sandra berpikir siapa yang datang malam malam ke kamar nya, ia mengusap wajahnya lebih dulu kemudian segera membuka pintu untuk tahu siapa yang datang.
"Kak, mama kak!!" Ana menangis sambil menunjuk kearah abstrak.
"Ada apa dengan mama?" tanya Sandra khawatir setelah mendengar ucapan adil ipar nya.
"Ayo." Ajak Ana menarik tangan Sandra entah kemana.
Ana membawa Sandra menuju kamar Amira dan Adiguna. Dilihat kamar sudah ramai, ada Harun juga disana yang sedang menggenggam tangan Amira.
"Mama?!!" panggil Sandra buru buru mendekati Amira yang tersenyum lembut padanya.
"Apa yang terjadi, Ma?" tanya Sandra terlihat kembali menangis.
Amira mengusap kepala menantu nya dengan sayang, dapat dilihat juga jika mata Sandra merah, bibir pucat dan hidung yang sedikit membengkak karena terlalu banyak menangis.
"Mama gak apa apa, seharusnya kami semua khawatir pada kamu." Jawab Amira seraya terus mengusap kepala Sandra.
"Mama mu memikirkan kamu, Sandra. Dia takut kamu pergi," ucap Adiguna menyahut.
"Aku gak akan kemana pun, Ma. Mama jangan khawatir ya," cicit Sandra menggenggam semakin erat tangan Amira.
"Jadi ini semua karena dirimu?!!" tiba tiba Harun berteriak pada Sandra.
Semua yang ada di dalam kamar terkejut, mereka merasa aneh pada sikap Harun yang tiba tiba marah.
"Maksud kamu apa, Mas?" tanya Sandra pelan.
"Mama ku seperti ini itu karena kamu!" jawab Harun menunjuk wajah Sandra.
"Cukup Harun, Sandra tidak bersalah disini. Kamu lah yang...... Akhhhhhh," Amira meringis ditengah tengah ia berbicara sambil memegangi dadanya. Sontak hal itu membuat seisi kamar khawatir.
"Mama, kenapa ma?" tanya Sandra dengan suara bergetar.
"Harun siapkan mobil, kita bawa mama mu ke rumah sakit," ucap Adiguna mendekati istrinya kemudian menggendong menuju lantai bawah.
***
Amira masih melakukan pemeriksaan oleh dokter, sementara semua orang menunggu di luar dengan perasaan khawatir. Terutama Adiguna, ia sangat takut terjadi sesuatu pada istrinya.
"Pa. Papa pasti lelah, lebih baik papa istirahat." Ucap Sandra pada Adiguna yang terlihat mondar mandir didepan ruang pemeriksaan Amira.
"Papa takut terjadi sesuatu pada Amira, papa takut dia meninggalkan papa sendiri." Balas Adiguna, Sandra tahu papa nya itu berusaha untuk tidak menangis.
"Jangan khawatir, pa. Aku yakin mama akan baik baik saja," tutur Sandra dengan lembut.
"Cuaca nya sangat dingin, lebih baik papa pulang dan besok pagi kembali lagi kesini. Aku yang akan menjaga mama," tutur Sandra seraya melihat pada Ana.
"Yang dikatan kak Sandra benar, pa. Lebih baik kita pulang biar kak Sandra dan kak Harun yang menunggu disini," ucap Ana karena tidak mau membuat papa nya ikut sakit.
"Tidak, papa akan disini saja." Tolak Adiguna yang enggan meninggalkan Amira istrinya.
"Ya udah, papa duduk disini aku akan pulang untuk mengambil selimut untuk papa." Ucap Sandra tidak ingin juga memaksa papa mertuanya.
"Kak Harun, tolong antar kak Sandra pulang. Aku harus menjaga papa disini," ucap Ana yang melihat kakaknya tak peka sama sekali.
"Dia bisa pulang dengan baik taksi," balas Harun acuh.
"Iya gak apa apa, aku akan naik taksi saja. Jangan khawatir," ujar Sandra sudah bersiap untuk pulang.
"Jam segini tidak ada taksi, Harun. Antar istrimu mengambil baju," perintah Adiguna tak ingin di bantah.
Akhirnya mau tidak mau Harun harus mengantar Sandra pulang untuk mengambil pakaian Amira dan juga selimut untuk Adiguna tidur.
Selama perjalanan tidak ada pembicaraan dari keduanya, Harun sibuk mengendarai mobil sementara Sandra diam menatap lurus ke depan.
"Kau menerima perceraian ini kan?" tanya Harun tiba tiba, melirik Sandra yang terlihat begitu pucat.
"Aku jawab tidak pun percuma," jawab Sandra sekenanya.
"Kau memang harus menerima perceraian ini, kenapa? karena tidak ada cinta ataupun keinginan satu sama lain," Tukas Harun membuat Sandra tersenyum.
"Hanya kamu mas, kamu yang tidak memiliki cinta untukku. Tetapi aku, sudahlah." Ucap Sandra tertawa miris.
Harun menatap Sandra dengan tatapan tidak bisa di artikan, bibirnya tersenyum namun matanya tidak bisa menutupi air matanya yang hampir menetes.
Tetapi, Harun tidak peduli untuk itu.
Buat para readers yang udah mendoakan aku, terimakasih banyak ya. Cinta banget sama kalian😚😚😚
BERSAMBUNG........
gantung ahhhh antara ana azka..
good job.../Kiss/
semangaaaaatttt
hihihi... mulai....
rasain tuh Harun...
semangat Sandra...