Jerat Cinta Mantan Suami

Ishara melihat jam melalui ponselnya kini telah menunjukkan pukul setengah empat sore. Terhitung sudah satu jam setengah ia diam di posisi nya, begitu pun dengan Agaskara.

Pria yang berstatus sebagai bos nya itu terlihat begitu pulas, bahkan hembusan napas hangat nya itu terasa teratur mengenai kulit perut Ishara.

Ishara kembali membuka room chat nya dengan Zeo selaku asisten dari bos nya yang masih tertidur pulas ini.

*Asisten Zeo*

“Mohon maaf nyonya, semua jadwal tuan sudah saya tunda dan sisanya bisa saya handle sendiri. Tolong jaga tuan, beliau sakit sejak kemarin pagi”

2.01

^^^“Tunggu, bagaimana dengan pekerjaan ku?”^^^

^^^2.04^^^

^^^“Kau tau bukan, bahwa sekarang kita sedang mengejar penarikan Eairboct?”^^^

^^^2.05^^^

“Saya yang akan mengurusnya nyonya, mohon jaga tuan saja. Terima kasih”

2.09

...“Tolong panggilkan dokter saja asisten Zeo, saya memiliki hal lain yang akan di kerjakan”...

^^^2.10^^^

Pesan terakhir yang di kirimkan olehnya belum juga di respon hingga saat ini. Berkali-kali Ishara hanya bisa menghela napas nya, sepertinya Zeo memang sengaja melakukan hal ini.

Namun mengingat bahwa Zeo mengatakan bahwa Agaskara sudah sakit sejak kemarin, Ishara pun kembali menatap pria itu.

“Sudah tau sakit dari kemarin, kenapa ga ke dokter huh?!” Gerutu pelan Ishara.

Mungkin hal ini yang membuat panas Agaskara semakin tinggi, pria itu terlalu mengabaikan kesehatan nya.

Lagi, dan lagi. Ishara kembali menghempaskan punggungnya di sandaran sofa itu dengan kepala yang ikut bersandar, menatap langit-langit ruangan itu dengan tangan yang terus mengusap atau sekedar memainkan rambut Agaskara.

“Sshhh..”

Ringisan dari sela bibir Agaskara terdengar membuat Ishara kembali menegakkan posisinya dan menunduk menatap wajah tertutup pria itu.

“Sakit..” Agaskara semakin mengeratkan pelukan nya pada pinggang Ishara dengan kaki yang melekuk seperti kedinginan.

“Apa yang sakit?” Tanya Ishara tersirat kekhawatiran nya.

Bahkan mata nya mencoba menangkap wajah Agaskara yang terbenam di perut nya.

“Kepala”

“Aku panggil dokter 'ya?”

Agaskara menggeleng membuat Ishara langsung menghela napasnya.

“Minum obat aja deh, supaya kepala mu tidak sakit”

Agaskara kembali menggeleng, tentu hal itu membuat Ishara meluapkan kegeraman nya.

“Mau kau apa hah?!” Nada setengah membentak itu Ishara keluarkan karena kegeraman nya akan tingkah Agaskara.

Lebih tepatnya ia semakin khawatir jika terus seperti ini akan membahayakan pria itu nantinya.

“Lepaskan!” Ishara mencoba melepaskan tangan Agaskara dari pinggang nya karena pria itu tak menyahut.

Tetapi Agaskara tetaplah Agaskara, pria itu tidak melepaskan dan malah menggeleng kuat.

“Sakit Araa!!..” Rengekan kuat itu bukan karena Ishara menarik atau mencubit bahkan menjambak rambut Agaskara. “Kepala ku sakit..”

“Rasakan saja sampai mati dengan sendirinya!” Ketus Ishara kehabisan kesabaran.

Mendapat jawaban seperti itu dari Ishara, Agaskara pun langsung memundurkan kepalanya dan menatap wajah wanita itu dari posisi nya.

“Apa? Nggak terima aku ngomong gitu? Kalo gitu cepat bangun!”

“Ara jahat..” Bibir pucat Agaskara melontarkan kata lirih tersebut. Wajahnya terlihat sangat memelas.

“Dari tadi aku udah bilang, setidaknya minum obat kalo tidak mau ketemu dokter. Tapi apa kau menuruti?”

Agaskara terdiam, menatap wajah marah wanita nya yang terlihat sekali guratan khawatirnya dari kening wanita itu.

“Temani aku di rumah” Pinta Agaskara.

“Nggak mau, memang nya kau siapa?”

“Aku sedang sakit Ara”

“Salah siapa yang tidak mau minum obat atau bertemu dokter?”

“Araaaaa..”

Ishara mengusap wajahnya, antara kesal dan gemas melihat ekspresi serta mendengar panggilan Agaskara barusan.

“Panggilkan dokter, tapi kamu yang merawat aku sampai aku sembuh”

“Lalu guna nya dokter, apa?”

Agaskara menggeleng. “Dokter hanya memeriksa ku, sisa nya kamu yang mengurus ku”

“Oke, baiklah!” Putus Ishara. Menolak ataupun mengelak hanya mengulur waktu.

Karena pada dasarnya apapun keinginan Agaskara, akan tetap terjadi seperti apa yang pria itu inginkan.

“Terima kasih, my amor..” Agaskara kembali menenggelamkan wajahnya di perut Ishara.

**

“Untuk beberapa hari ini saya sarankan nyonya memberikan makanan yang lembut dan mudah di cerna sana untuk tuan Vincente”

Ishara mengangguk mengerti mendengar penjelasan dari sang dokter yang baru saja memeriksa kondisi Agaskara.

Matanya sesekali melirik pria yang terbaring di kasurnya dengan selimut yang menutupi sebagian tubuh nya, pria itu baru saja tertidur saat mendapatkan suntikan obat dari dokter.

“Untuk memastikan bahwa lambung tuan Vincente benar-benar terinfeksi atau tidak, kita harus memeriksa secara menyeluruh di rumah sakit karena gejala yang tuan rasakan seperti itu”

“Baik dok, saya usahakan agar Agas-- tuan Vincente datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan” Ucap Ishara yang langsung meralat ucapan nya saat mengucapkan nama Agaskara.

Sang dokter tersenyum kemudian berbincang beberapa saat sebelum akhirnya pergi meninggalkan kediaman besar milik putra sulung keluarga Vincente itu.

Dan untuk pertama kalinya juga Ishara menginjakkan kakinya di rumah besar ini.

Kembali memasuki kamar Agaskara, Ishara menaikkan selimut pria itu agar tetap merasakan hangat.

Kembali melihat jam yang berada di nakas samping kasur itu. Kini jam telah menunjukkan pukul enam sore.

“Hufftt.. Sangat melelahkan” Ishara mendudukkan sesaat dirinya pada pinggir kasur Agaskara, menatap wajah damai yang sempat mengisi hati dan hari nya itu.

Hanya diam menatap, entah apa yang Ishara pikirkan hingga wanita itu kembali menghela napasnya dan bangkit dari posisi nya.

“Jangan tinggalkan aku”

Ishara menoleh menatap Agaskara, kening pria itu berkerut namun kelopak matanya masih terpejam rapat.

“Jangan tinggalkan aku, Ara..”

“Iya, aku disini” Ishara mengusap lembut pipi Agaskara, ternyata pria ini masih sama seperti dua tahun lalu.

Dimana saat sakit, Agaskara pasti akan mengigau seperti ini di dalam tidur nya.

“Ya, seperti itu yang tuan ingin kan” Zeo menutup pelan pintu kamar Agaskara dengan gumaman nya. “Pria gila seperti tuan bahkan rela melakukan apa saja, nyonya..”

...****************...