Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Gosip Para Lelaki
Bab 26
Argani membaca sebuah pesan dari Roy. Temannya memberi tahu kabar tidak mengenakan tentang rekan bisnis mereka yang meninggal karena mengalami kecelakaan. Lalu, dia menghubungi asisten pribadi sekaligus orang kepercayaannya.
"Halo, Roy. Kapan terjadi kecelakaan itu?" tanya Argani.
"Tadi siang. Kejadian ini memancing banyak wartawan datang ke lokasi kejadian. Apalagi Pak Dewanto adalah seorang pengusaha terkenal."
"Menurut kamu kecelakaan ini aneh, nggak? Kayak sengaja begitu?"
"Nah, itu yang mau aku omongin sama kamu!"
"Pertemuan terakhir kita, Pak Dewanto malah menyerahkan proyek kerjasama itu agar kita saja yang ambil alih dan dia mendapatkan sedikit keuntungan."
"Benar juga. Kayaknya dia sudah punya firasat."
"Apa dia merasa nyawanya sedang dalam bahaya?"
"Bisa jadi. Apalagi tadi pagi Pak Dewanto sempat menghubungi aku dan bertanya kapan kamu pulang dari Lombok."
"Lalu, kamu jawab apa?"
"Aku bilang kalau kamu berada di Lombok selama seminggu. Tapi, kemungkinan akan lanjut ke Bali untuk buat adiknya Arya."
"Dasar kau ini!" Argani kesal karena Roy masih bisa-bisanya bercanda. "Lalu, apa kata Pak Dewanto.
"Hmmm, apa, ya? Kalau tidak salah dia bilang ada barang yang dititipkan sama pengacara kepercayaannya untuk kamu."
"Apa itu?"
"Mana aku tahu."
"Mas, kamu kemanakan dalaamanku!" teriak Andhira. Wanita itu tidak tahu kalau suaminya sedang berbicara di telepon dengan Roy.
Kedua laki-laki itu langsung terdiam. Argani langsung mematikan panggilan itu. Dia sengaja menyembunyikan barang milik istrinya itu.
"Tidak tahu, Sayang," balas Argani dengan cepat meletakan benda-benda keramat di atas kasur yang tadi disembunyikan di saku celananya.
Andhira yakin itu perbuatan suaminya. Dia melihat warna merah di atas tempat tidur. Wanita itu yakin kalau tadi sudah membawanya ke dalam kamar mandi. Gara-gara ada panggilan telepon dari Yura, dia keluar dari kamar mandi, sehingga Argani mandi sendiri.
Ketika Andhira memegang barang miliknya yang berwarna merah, tiba-tiba saja dia jadi teringat dengan kejadian beberapa tahun yang lalu. Dia pun memegang kepalanya yang mendadak terasa sakit.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Argani ketika melihat Andhira memegang kepalanya dan mengerang menahan sakit.
Takut terjadi sesuatu kepada istrinya, Argani membaringkan tubuh Andhira. Lalu, dia menghubungi seorang dokter yang bisa datang ke hotel.
"Mas, aku kenapa?" tanya Andhira seakan baru sadar apa yang sedang terjadi saat ini.
"Tadi kamu seperti kesakitan dan memegang kepala. Aku sampai panik," jawab Argani.
Andhira mendadak kepalanya sakit saat mencoba mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Dia masih ingat ketika ibunya meninggal dunia. Dia diberi sebuah saputangan berwarna merah oleh ibunya. Namun, dia lupa di mana benda itu sekarang.
"Kenapa kepala aku menjadi sakit ketika mencoba mengingat kejadian itu, ya?"
"Kata dokter kamu hanya kelelahan."
Andhra mendelik kepada suaminya. Tentu saja dia kelelahan karena harus ikut ke mana suaminya pergi. Lalu, melayani suaminya di atas kasur.
"Malam ini, besok, dan lusa aku ingin istirahat, memanjakan diri sendiri," tukas Andhira dan Argani mengangguk walau dengan berat hati. Karena baginya kesehatan sang istri lebih penting.
***
Tengah malam Argani melakukan video call bersama Roy, Nusantara, dan Panji. Mereka membicarakan tentang kecelakaan Pak Dewanto, juga kerjasama mereka yang mendadak berubah.
"Apa kecelakaan itu di sengaja?" tanya Argani.
"Aku sudah meminta dua orang detektif untuk mencari tahu kecelakaan ini. Aku langsung curiga begitu mendapatkan kabar tentang kecelakaan yang terjadi tadi," jawab Nusantara.
"Menurut kalian, jika ini adalah sebuah kecelakaan yang direncanakan. Siapa pelakunya?" tanya Roy.
"Yang jelas orang itu seorang penjahat. Mau itu saingan bisnis atau rekan bisnis Pak Dewanto," jawab Panji.
"Aku bertemu dengan Pak Sandi di sini. Tebak dia bersama siapa?" tanya Argani.
"Siapa?" Ketiga laki-laki itu.
"Bersama ... Putri."
"Hah!" Ketiganya berpekik.
"Gila, tuh, wanita!" Panji mengusap-usap lengannya.
"Hey, bukannya si Putri itu wanita simpanan Pak Dewanto?" tanya Nusantara.
"Iya!" jawab ketiga orang lainnya.
"Kamu itu selalu saja ketinggalan gosip," ucap Roy meledek.
"Iya, kali, aku mengurus gosip wanita murahan begitu," tukas Nusantara.
Argani tertawa terkekeh. Temannya ini memang manusia super sibuk, sampai-sampai tidak ada waktu untuk mencari pasangan hidup.
"Menurut kamu, si Putri dan Pak Sandi ada keterlibatan tidak dalam praduga kecelakaan itu?" tanya Argani.
"Aku rasa ada," jawab Nusantara.
"Bukannya istri kamu itu anaknya Pak Bagas Wiratama, ya?" tanya Panji.
"Iya," jawab Argani.
"Wah ... wah ... wah, pastinya ini akan menjadi drama seru dan panjang!" tukas Panji.
"Maksudnya?" Argani tidak mengerti.
"Berhati-hatilah! Jaga istri kamu baik-baik. Aku rasa ini semua saling berkaitan dengan kejadian di masa lalu," jelas Nusantara.
"Kamu itu jangan nakut-nakutin aku!" Argani tidak suka jika hal buruk membayangi keluarganya.
"Mas, sedang apa?" Andhira terbangun sambil mengucek kedua matanya.
Mata ketiga laki-laki itu terbelalak ketika melihat penampilan Andhira. Argani langsung mematikan panggilan video call itu. Dia tidak menyangka kalau istrinya akan terbangun.
"Siaaal, aku terlambat!" batin Argani.