Cindra gadis yatim piatu yang dipermainkan takdir, terpaksa menikah dengan anak dari sahabat orangtuanya; Hafiz, seorang tentara berpangkat letnan satu.
Namun perjalanan rumah tangganya tidak berjalan dengan mulus, dia harus menderita menahan dinginnya hidup berumah tangga.
Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang pria tampan yang mewarnai hari-harinya.
🩷🩷🩷 Happy Reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab IV ~ Sebuah Persetujuan
Sepulang dari toko buku dan diantar Gege sampai rumah, Cindra langsung membantu bude menyiapkan makanan untuk makan malam, mencuci piring lanjut mandi.
Selesai mandi ia masuk kamar untuk mengulang dan membaca lagi pelajaran sekolah. Hidupnya terlihat monoton untuk gadis seusia dia. Sekolah-rumah dan buku.
Jarang sekali ikut kumpul dengan teman sebayanya. Circle pertemanannya pun sedikit tapi dimana pun dia berada selalu mewarnai lingkungannya. Banyak orang yang sayang, tak sedikit pula yg iri hati bahkan benci. Dan dia tidak peduli bagi para pembencinya.
Triinggg!!
Chat dari Gege masuk
'Aku selalu menemuimu di sudut kecil dalam pikiran dan hatiku, skenario sederhana yang aku ciptakan bahwa aku adalah milikmu. Kamu adalah milikku'
'ketemu kata-kata bagus dari buku yang aku beli tadi honey'
Cindra membalas:
'apasiii..gaje deh!'
Gege membalas:
'Sticker sarangheyo'
Cindra membalas:
'Sticker 😜😱😱'
'hmmm..sabar Ge..sabar..nanti lama-lama juga akan ada cinta di hati Cindra untukmu' gumam George saat membaca balasan yang tidak sesuai ekspektasi
~Tok tok tok
"Cindra..ayo makan malam nduk" ajakan bude Tari dari depan pintu kamarnya
"Iyaa bude, Cindra beresin buku-buku dulu sebentar"
"Yowes bude tunggu di ruang makan ya"
"Baik bude"
mereka makan bertiga dalam keheningan dan setelah selesai makan, pakde Broto meminta Cindra ke ruang keluarga
"ndok, kesini sebentar. Ada yang mau kami omongin"
"Baik pakde" sambil menaruh bokongnya di sofa empuk yang berhadapan dengan pakde dan bude
"Tadi pakde dan budemu ke sekolah, membahas mengenai rencana kuliah kamu di kampus yang kamu inginkan. Pada intinya pakde dan budemu mendukung sepenuhnya apapun pilihan kamu. Termasuk biaya dan lain-lainya.
Tapi...pakde dan bude tidak mengizinkan kamu kos atau tinggal di mess kampus seperti yang disarankan pihak sekolah"
"Pakde berencana 'menitipkan' kamu ke mas Hafiz"
"Sudah saatnya pakde dan bude memberitahumu wasiat dan perjanjian dari neneknya Hafiz yaitu ibu kami dengan orangtuamu"
"wasiatnya apa pakde, bude?"
tanya Cindra penasaran
"mm.. Oma Hanizah dan orangtuamu, sejak kamu kecil sudah menjodohkan kamu dengan Hafiz anak pertama kami"
Jedeeeerr!!!
Mendengar wasiat tersebut serasa mendengar petir disiang bolong.
Kaget
Bingung
"Ja-jadi maksudnya saya harus menikah dengan ma-mas Hafiz begi-tu pakde?" gemetar bibir Cindra bertanya
"Iya nak"
"ta-tapi saya masih kecil pakde-bude..saya masih mau sekolah..hiks!" jawab Cindra dengan terisak menahan pilu
Tak pernah dia bayangkan akan menikah muda, disaat umurnya baru beranjak 17 tahun.
"Sekolahmu tetap berjalan nak, kami hanya ingin saat kamu di Jakarta mempunyai wali, ada yang bertanggung jawab akan keselamatan kamu yaitu mas Hafiz" bude menjelaskan dan berusaha membesarkan hati Cindra
"A-pa mas Hafiz setuju dengan per-jo-do-han ini? Dan A-pa mas Hafiz mengizinkan saya kuliah nantinya pakde-bude?" ragu dan bingung Cindra akan masa depannya
"itu akan kami bicarakan dengan Hafiz nanti, setelah Hafiz pulang menyesaikan pendidikan lanjutan di Surabaya" tegas pak Broto menjawab
"Lalu bagaimana dengan kamu nak? Apa kamu setuju?" tanya bude
"Jika dengan kuliah di jakarta, persyaratannya harus ada wali..saya bisa apa selain menyetujuinya bude. Mungkin itu yang terbaik untuk saya" pasrah Cindra menjawab
"Baiklah, artinya kamu sudah menyetujuinya Cin?"
Pertanyaan bude hanya dia jawab dengan anggukan kepala
Bude memeluk Cindra hangat, tanpa bisa dicegah air mata yang sedari tadi mengembun akhirnya luruh juga dengan isak yang tertahan.
********
POV CINDRA
Malam ini aku lalui dengan kegalauan yang mendera. Bukan main kenyataan yang harus aku lalui, pernyataan mengenai perjodohan konyol yang dibuat oleh kedua orangtuaku. Disaat aku masih memakai pampers perjanjian itu dibuat!
Konyolkan?!!
Dan, kenyataan demi kuliah di Jakarta aku harus menikah muda dengan lelaki yang belum pernah aku temui. Karena alasan perwalian dan keamanan?
Lantas...
Bagaimana suaranya?
Bagaimana senyumannya?
Bagaimana amarahnya?
Apakah dia laki-laki baik? Walaupun pakde dan bude orang baik belum tentu anaknya sama, kan?
Bagaimana dengan George yang sudah terang-terangan mengutarakan isi hatinya. Demi Tuhan aku melayang waktu membaca chatnya tadi menggambarkan perasaannya. Entah itu gombalan atau pernyataan cintanya. Tapi aku merasakan hatiku berbunga-bunga
Haruskah bunga ini layu sebelum bermekaran?
Tuhan... Aku harus bagaimana?! Hiksss...
Aahhh...aku pusing, lelah.
Kepalaku terasa mau pecah
Berusaha kupejamkan mata agar kantuk menyapa.
Mata mungkin bisa memejam, tapi hati dan pikiranku berisik, mereka saling menyatakan argumennya, tubuhku lelah tak berdaya.
Hati dan pikiranku yang diobrak Abrik
Kuredam pikiranku dengan sebaris kata-kata indah dari chat Gege, kusenandungkan, pikiranku sedikit rileks. Terbayang senyuman Gege saat di kantin sekolah.
Senandung gombalannya. Honey!! Owhh Tuhan..
Aku melayang
Honey....honey..honey..
Honey...honey..honey..
Tuan Putri...
'Cin, kamu cinta pertamaku!'
Terngiang kembali suara lembut Gege
Tubuhku semakin rileks, melayang dan akhirnya terlelap.
*****
Kriiiiiiiingggggg.....
Alarm dari HP ku berbunyi, menandakan pukul 05.00 pagi. Aku menggeliat, sulit membuka mata karena semalaman menangis; mataku sembab.
Malas ku seret raga ini ke kamar mandi. Kepalaku masih pening seperti baru saja turun dari rollercoaster
Air shower dingin dan aroma sabun yang manis tak mampu membuat badanku segar kembali.
Aku lemah, tak berdaya
Tulang-tulangku seperti baru keluar dari panci presto. Remuk.
'Tapi aku harus tetap berangkat sekolah, mungkin setelah ketemu teman-teman di sekolah moodku kembali membaik'.
Sengaja aku tidak sarapan di rumah, hari ini aku ingin menghindar dari pakde dan bude. Aku takut semakin terluka dan emosiku tidak bisa dikontrol.
Setelah berpamitan mencium tangan bude dan pakde aku bergegas keluar dari rumah menaiki angkot yang akan mengantarkanku ke sekolah.
Di Gerbang sekolah
"Cin...!!" sapa Gege dan Deon
"Hai..." jawabku lesu
"kok? Lesu banget keliatannya, kamu sakit honey?" wajah cemas Gege memindai wajah kekasih hatinya
"Gak ko Ge, mungkin karena aku belum sarapan kali ya"
Sreegg..
Tangan Gege langsung menarikku, membawaku menuju kantin sekolah.
"Pelan-pelan jalannya Ge aku lemes" pintaku
"Owh maaf, aku kuatir honey" Gege melambatkan langkahnya mengimbangiku
Sesampai di kantin.
"Duduk disini Tuan putri, aku akan memesan makanan"
Hati-hati dia mendudukanku di kursi kantin. Lalu bergegas memesan makanan. Entah apa yang akan dia pesan
Tak berapa lama dia datang membawa nampan yang berisi susu strawberry, roti bakar, sosis panggang, kentang goreng, Onigiri, lemon tea hangat.
"Banyak sekali.." seruku keheranan
"Ayo kita makan!! Aaaa..." Gege hendak menyuapiku
"Ga usah disuapin, aku bisa sendiri" protesku
"Owh..hohoho..baiklah tuan putriku" dia membiarkanku makan sambil trus menatapku
'Jangan diliatin Ge, aku malu!' batinku
"Are u okey honey? wajahmu pucat sekali" dia menelisik mencari jawaban dari mataku
"Yeahh..I'm okey. I'm so very hungry" jawabku ngasal dan tak berani menatap matanya
Dia tersenyum..senyumnya maniss sekali.
Tuhan, jika memang jodohku sudah Engkau tentukan. Ijinkan aku menikmati kebucinan bule ganteng di depanku ini.
Aku memang belum jatuh cinta padanya, tapi hanya dia yang mendekatiku dengan sabar, tidak memaksa dan tidak norak. Dan setelah aku pikirkan beberapa hari ini, dia cowo yang fokus hanya pada satu perempuan yaitu aku. Meskipun dari wajah, isi dompet, kendaraan yang dimilikinya. Ia bisa mendapatkan beberapa perempuan yang lebih cantik dan setara dengannya.
'Owh George. Terima kasih atas segala perhatian dan cintamu'
~~~~~®
Happy reading 🩷🩷