Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 : Tatapan kemarahan
Ghina sangat syok mengetahui jika wanita yang di bicarakan tadi pagi oleh pria pria di salah satu ruangan di bungalow itu adalah wanita yang sudah bersuami.
Lalu apakah Ezar tau hal itu?
Ghina tersenyum smirk. Setidaknya yang dia anggap saingan ternyata sudah memiliki pendamping hidup. Dia bisa bernafas dengan lega. Jujur, dia sebenarnya sangat takut Ezar sampai kepincut dengan Zara, karena di lihat dari parasnya, Zara memang sangat cantik. Jadi wajar saja jika banyak pria yang menyukai nya. Dan Ghina pun tidak menampik hal itu.
Ezar baru saja melepas sarung tangan yang dia gunakan setelah melakukan tugasnya. Ghina yang melihat itu, datang menghampiri.
" Kau sudah selesai?" Tanya Ghina dan langsung duduk di sebelah Ezar.
" Iya."
" Semalam kamu ke mana?" Tanya Ghina menggamit tangan Ezar.
Perlahan Ezar melepas tangan Ghina. Dan tindakan penolakan itu tidak di terima oleh Ghina.
" Kenapa Zar?"
" Di sini tempat umum Na."
" Tapi Zar, dulu juga kau tidak pernah protes. Aku memeluk dan mencium mu di manapun kamu fine fine saja." Ungkap Ghina sesuai kenyataan.
" Itu beda Na. Kita tinggal di luar negeri yang kau tau sendirikan, kehidupan di sana bebas. Tolonglah, jaga sedikit image mu. Jangan terlihat murahan. Di sini semua orang tau kalau kau adalah kekasihku, jadi tidak akan ada yang mau mencoba mendekati ku."
" Termasuk koas yang keluar dari mobilmu pagi tadi?" Ketus Ghina.
Ezar menghentikan aktivitasnya yang sedang membereskan semua alat alat bedah yang baru saja ia gunakan.
" Aku melihat dia keluar dari pintu depan, berarti dia duduk di sebelahmu. Ada hubungan apa kau dengannya? Kamu dokter subspesialis dan dia hanya seorang koas. Bagiku itu tidak wajar Zar." Protes Ghina.
Meski tau jika Zara sudah menikah, tapi tetap saja dia merasa cemburu.
" Aku ada sedikit urusan dengannya." Singkat Ezar.
" Urusan apa?"
" Tidak semua hal harus kamu ketahui. Sudah pernah ku katakan sejak awal kita berpacaran, jika aku punya privasi kau pun begitu. Dan tidak usah saling mencampuri. Aku juga tidak pernah mencampuri urusan mu."
Ghina terdiam. Dan itu memang komitmen mereka dari awal.
" Kau berubah Zar. Aku merasakannya."
Ezar menghela nafas. " Jangan terlalu memikirkan hal hal yang tidak masuk di akal seperti itu. Sudahlah, ayo kita kembali ke bungalow."
Ezar berjalan lebih dulu di susul Ghina dengan wajah mendongkol.
Malam hari, di taman belakang bungalow, mereka membuat acara barbeque. Tak ketinggalan para dokter senior tersebut mengajak koas koas bedah yang ikut berpartisipasi dalam outing kali ini.
Zara duduk berdampingan dengan Dila yang baru datang sore tadi. Sementara Ezar bersama Ghina. Ghina bak lem kayu yang menempel sangat kuat di samping Ezar. Sebenarnya Ezar risih, dia jadi tidak bebas berkumpul bersama teman temannya karena di boikot oleh Ghina. Belum lagi melihat Zara yang terlihat sangat santai dan seperti tidak peduli padanya.
Jackpot malam ini yang membuat hatinya kepanasan adalah dokter Bayu yang memilih duduk di dekat Zara.
Terlebih ketika koas wanita yang duduk di sebelah Zara yang menjadi perantara dokter Bayu dan Zara berpindah tempat. Dokter Bayu tentu punya kesempatan emas bisa berdampingan langsung dengan wanita idamannya. Dokter Bayu menawarkan daging sapi bakar pada Zara. Dan dengan senang hati Zara menerimanya.
Lain halnya di meja seberang, Ghina yang terus mencari perhatian Ezar tak di gubris pria itu karena netranya hanya sibuk memperhatikan interaksi Zara dengan dokter Bayu.
" Kau sudah makan?" Tanya dokter Bayu.
" Iya dok, sudah tadi di dalam." Meski mengatakan sudah makan, tapi tidak mungkin juga dia menolak pemberian dokter Bayu.
" Suami mu mana?"
" Suami?" Zara mengernyit. Netranya seketika menatap Ezar.
" Iya, yang datang di IGD hari itu."
Zara nampak berpikir, kemudian terkekeh dengan kata ' suami ' yang di maksud dokter Bayu.
Jangan tanya bagaimana jantung dokter Bayu yang berdetak begitu kencang ketika melihat tawa Zara. Sesaat dia terpana.
" Sial..dia cantik sekali. Andai belum menikah, sudah aku lamar juga nih anak." Batinnya.
" Maksud dokter mas Zayn.."
Dokter Bayu mengangguk lemah.
" Bukan dok, mas Zayn itu kakak saya, lebih tepatnya kami saudara kembar."
Jleb...
Otak dokter Bayu blank sesaat dengan pengakuan Zara.
" Tunggu, saudara kamu bilang?" Tanyanya seperti tak percaya dengan indera pendengarannya sendiri, jadi untuk memastikan alangkah baiknya jika bertanya ulang.
" Iya dok, kami di lahirkan dari rahim yang sama."
" Benarkah? Tapi kenapa wajah kalian tidak mirip?"
" Sekilas mirip dok. Tapi saya dan mas Zayn memang di lahirkan dengan kondisi yang biasa di sebut dengan kembar fraternal."
" Ahhh...betul betul, kenapa aku sampai lupa hal itu? Aku hanya terus berpikir dengan kehamilan kembar identik. Syukurlah..." Dokter Bayu sumringah dengan helaan nafas kelegaan.
" Apanya yang syukur dok?" Tanya Zara, pasalnya, dari pengakuannya barusan, tidak ada yang perlu di syukur kan.
" Oh, Tidak ada." Kata dokter Bayu gelagapan.
Maksud kata syukur itu lebih ke Zara yang ternyata masih lajang, jadi dia masih punya kesempatan untuk mengejar cinta gadis pujaannya itu.
" Kamu kalau weekend biasa kemana?"
" Mmm... weekend ya dok, tidak ada. Saya lebih suka tinggal di rumah. Lagian enam hari sudah saya pergunakan untuk bekerja, jadi memanjakan tubuh sendiri dengan membuatnya istirahat satu hari saja adalah hal yang paling membahagiakan."
" Kalau begitu, bagaimana kalau akhir pekan ini kita jalan jalan.." Ajak dokter Bayu. Dia tidak lagi menjaga jarak yang sempat dia lakukan setelah mengetahui jika Zara sudah menikah.
Sekarang waktunya untuk lebih agresif dan memperlihatkan ketertarikan yang sesungguhnya pada koas nya itu.
" Mau jalan jalan ke mana ya dok.."
" Terserah kamu saja."
" Berdua saja dok?" Tampaknya Zara mulai curiga dengan maksud dokter Bayu.
Melihat Zara yang tidak nyaman dengan ajakannya, dokter Bayu harus mengganti strategi.
" Kamu bisa mengajak temanmu sekalian." Kata dokter Bayu terpaksa.
Zara masih berpikir. statusnya yang seorang istri tentu tidak mengijinkannya untuk keluar dengan pria lain di luar urusan pekerjaan walaupun itu bersama teman. Tapi masalahnya, dia bingung bagaimana cara menolak ajakan itu tanpa membuat dokter Bayu tersinggung. Mengatakan jika ia sudah menikah seperti dugaan dokter Bayu, namun pernikahan nya dengan Ezar harus di rahasiakan. Lalu apa yang harus dia lakukan?
" Saya liat jadwal dulu dok." Ucapnya.
" Baiklah."
Keakraban keduanya terus di pantau oleh Ezar. Darahnya mendidih dengan tangan mengepal kuat. Dia tidak bisa melihat seorang pria duduk berdekatan dengan Zara. Apalagi pria itu di tengarai menyukai istrinya.
Lain lagi dengan Zayn yang baru datang dan bergabung dengan semua. Ia nampak kaget melihat kedekatan Ezar dan seorang wanita. Wajahnya yang semula terlihat biasa saja kini menahan amarah.
Bagaimana tidak, ada Zara di sana dan Ezar lebih memilih untuk duduk bersama wanita lain.
" Apa dia tidak bisa menjaga perasaan adikku?" Geram Zayn dalam hati.
Namun, dia juga hanya bisa memandangi dengan tatapan tidak suka, ini adalah urusan rumah tangga adiknya. Tapi, jika perlakuan Ezar sudah keterlaluan, Zayn akan mengambil tindakan.
Tanpa harus Abi dan umi nya tau. Zayn akan membuat Zara menghilang dari pandangan Ezar.
Zayn mengambil posisi duduk yang langsung berhadapan dengan Ezar. Netranya seakan tak berkedip kala menatap kemesraan ipar dan kekasihnya.
Ezar yang di tatap sedemikian rupa oleh Zayn, semakin merasa bersalah. Jika di ambil dari perspektif berbeda, tentu Ezar tidak akan segan dengan Zayn. Toh Zayn adalah junior yang jauh di bawahnya. Tapi status pria itu lah yang membuatnya menaruh rasa hormat pada Zayn. Apalagi bawaan Zayn yang memang jarang berbicara semakin menjadi pemicu kekhawatiran dalam hatinya.
" Kamu masih mau di sini?" Tanya Ezar pada Ghina.
" Iya, kenapa?"
" Aku mengantuk. Nikmati waktumu, aku duluan." Katanya pada Ghina.
" Baiklah." Ujar Ghina pasrah.
Ezar berlalu, dan memilih masuk ke dalam bungalow untuk beristirahat.
Ezar baru saja membuka pintu ketika suara seorang pria menahannya.
" Tunggu."