Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Rion terbangun dari tidur nya, karena mendengar suara ponselnya. Ia memicingkan matanya dan melirik celananya di lantai. Ponselnya masih berada di dalam kantung celana.
Ia baru sadar jika ternyata hari sudah mulai gelap. Karena ia dan Mayang bercinta ketika hari sudah mulai sore.
Ia melepaskan lenganya yang menjadi bantal Mayang. Dan dengan gerakan perlahan ia beringsut turun dari ranjang untuk mengambil ponselnya.
Ia bergerak perlahan karena tak ingin mengganggu Mayang yang sedang tertidur pulas, ia tau Mayang kelelahan karena melayaninya tadi. Membenahi selimut untuk menutupi tubuh polos sang kekasih. Ia tersenyum menatap leher dan dada Mayang banyak hasil karyanya yang tercetak dengan jelas.
Kemudian mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Setelah mengambil ponselnya, ia kembali duduk di tepi ranjang. Dan langsung menggeser layar ponselnya untuk mengangkat panggilan sang kakak.
"Halo Bang!"
"Ri, kata Deni kamu belum berangkat ke Jogja ya?" ucap Lutfi tanpa basa-basi.
"Iya bang maaf, aku sedang ada urusan sebentar. Setelah ini aku berangkat." jawab Rion, lalu menoleh ke belakang, melihat Mayang yang tak terganggu sedikitpun.
"Ya sudah! Pastikan kamu sudah sampai di lokasi besok jam 8 pagi" kata Lutfi tegas.
"Siap bang! Tenang saja, ya sudah aku mau siap-siap!"
Setelah mengatakan itu, Rion memutuskan sambungan teleponnya, lalu bangkit dari duduknya dan meletakkan ponselnya diatas nakas. Berjalan menuju kamar mandi dengan tubuh polosnya, untuk membersihkan tubuh.
Setelah selesai mandi, Rion keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk melilit pinggangnya. Ia menghidupkan saklar lampu, dan juga menutup pintu balkon lalu Ia membuka lemari untuk mengambil pakaian yang baru.
Pakaian dan semua kebutuhannya juga tersedia di rumah ini. Karena ia sering menginap disini. Sebagai seorang pria matang, dan sudah pernah berhubungan badan dengan Mayang, sangat sulit bagi Rion untuk menahan dirinya.
Setelah berpakaian dan menyisir rambutnya. Rion naik keatas ranjang dan mengecup kening dan pipi Mayang lalu berakhir di bibirnya.
"Aku pergi dulu sayang. Aku mencintaimu." bisik Rion pelan, karena takut membangunkan Mayang. Kemudian ia meninggalkan kamar untuk menuju ke dapur menemui pelayannya.
"Bik! Bibik!" panggil Rion ketika sudah berada di dapur, namun tak melihat para pelayannya.
"Ia tuan!" sahut salah seorang pelayan, dan keluar dari dalam kamarnya.
"Ada apa tuan?"
"Bik! Nanti kalau Mayang cari saya, bilang saya sudah berangkat ke Jogja ya! Siapkan makan malam untuk Mayang, jangan lupa dengan jus buahnya." titah Rion dengan ekspresi datar. Ia akan terlihat berseri ketika bersama Mayang saja.
"Baik tuan!"
"Ya sudah! Saya pergi sekarang. Jangan terima tamu siapapun selama saya berada di Jogja. Mulai malam ini akan ada supir dan bodyguard untuk Mayang."
"Baik tuan!" hanya itu yang bisa sang pelayan katakan, dengan wajah menunduk menatap lantai. Tanpa berani menatap wajah sang majikan.
Rion langsung meninggalkan dapur menuju ke depan rumah. Ia akan pergi dengan supir menuju bandara. setelah sampai di Jogja, ia akan langsung di jemput oleh anak buah Lutfi.
Rion memutuskan makan malam di perjalanan, meskipun perutnya sangat lapar, namun tak ada waktu lagi untuk nya mengisi perut di rumah. Karena ia takut ketinggalan pesawat.
Setelah kepergian Lutfi, sang pelayan langsung memasak untuk Mayang. Karena tak ingin membuat Rion marah. Semua gerak-gerik para pelayan bisa di lihat oleh Rion, karena Rion memasang CCTV di seluruh sudut ruangan. Kecuali kamar para pelayan dan kamar mandinya.
Bahkan di kamar Mayang sendiri ia pasang kamera tersembunyi, hanya ia yang tau dimana kamera itu terpasang. Karena jika mayang mengetahui kamarnya di pasang kamera, Mayang pasti akan protes.
Selesai memasak untuk makan malam sang majikan wanita, pelayan itu naik ke lantai 2 menuju kamar Mayang.
Ia mengetuk pintu namun tak kunjung di buka.
"Aduh! Pules amat sih mbak Mayang tidurnya." gumam sang pelayan. ia kembali mengetuk pintu kamar Mayang, karena tak berani masuk sebelum mendapatkan perintah.
Tok
Tok
Tok
Tok
"Mbak Mayang!" dan panggilan terakhirnya membuahkan hasil. Akhirnya pintu kamar Mayang terbuka.
Menampilkan penampilan Mayang yang berantakan khas orang bangun tidur. rambut acak-acakan, dan mata menyipit.
"Ada apa bik?" tanya Mayang dengan suara parau. Ia hanya memakai outer lingeri nya saja saat ini.
"Tuan Rion titip pesan, sekarang sudah berangkat ke Jogja. Mbak Mayang juga di suruh makan malam. Bibik sudah masak mbak, makan malam dulu yuk. Bibik temani."
Mayang mengucek matanya dan menoleh kebelakang, dan benar saja, ia tak melihat Rion lagi. Membuatnya merasa bersalah karena tak mengantarkan Rion berangkat ke Jogja.
"Terimakasih sudah menyampaikan pesan mas Rion ya bik. Ya sudah, aku mau mandi dulu. Bibik tolong gantiin seprai ya." pinta Mayang, lalu membuka lebar pintu kamarnya. Dan meninggalkan pelayan sendirian ke kamar mandi.
Pelayan yang melihat kamar Mayang berantakan menggelengkan kepalanya. Selimut berada di bawah, seprai berantakan dan bantal juga terlempar diatas lantai. Ia juga melihat pakaian Rion dan Mayang berserak diatas lantai lengkap dengan pakaian dalamnya.
Sebagai seorang wanita yang berpengalaman, tentu sang pelayan tau, apa yang telah terjadi di kamar ini sebelumnya. Namun ia dan pelayan lain tak ingin ikut campur urusan majikan mereka. Terlebih Rion telah membayar mereka dengan mahal.
Dengan cekatan, sang pelayan mengganti seprai dengan yang baru juga memunguti pakaian diatas lantai juga membuang tissue yang berserak di lantai ke tempat sampah. Kemudian membawa pakaian dan seprai kotor itu ke laundry room.