NovelToon NovelToon
Berteman Dengan Arwah Leluhur

Berteman Dengan Arwah Leluhur

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Hantu / Ilmu Kanuragan / Pendamping Sakti
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: rcancer

Karena hendak mengungkap sebuah kejahatan di kampusnya, Arjuna, pemuda 18 tahun, menjadi sasaran balas dendam teman-teman satu kampusnya. Arjuna pun dikeroyok hingga dia tercebur ke sungai yang cukup dalam dan besar.

Beruntung, Arjuna masih bisa selamat. Di saat dia berhasil naik ke tepi sungai, tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah cincin yang jatuh tepat mengenai kepalanya.

Arjuna mengira itu hanya cincin biasa. Namun, karena cincin itulah Arjuna mulai menjalani kehidupan yang tidak biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penghuni Cincin Batu Akik

"Aaaa... hhppp.." suara teriakan Juna langsung lenyap dan berubah menjadi suara tak jelas karena mulut Juna tersumpal oleh kain yang melayang ke arah mulutnya.

Mata Juna makin melebar kala dia merasakan ada yang menarik salah satu tangannya, memaksa Juna untuk masuk ke dalam kamar.

Wajah Juna memucat dan otaknya seperti tidak berfungsi. Juna sama sekali tidak bisa berpikir jernih karena terlalu panik dan takut.

Brak!

Pintu tertutup dengan sendirinya, membuat Juna semakin takut setengah mati. Tubuh Juna menegang kala kain yang menutup mulutnya terlepas.

"To... hpp..." kain itu kembali menyumpal mulutnya.

"Jangan teriak," sosok tak kasat mata itu bersuara, semakin menambah rasa takut Arjuna. "Kalau kamu teriak, kamu akan selamanya seperti itu."

Juna langsung menggeleng cepat.

"Janji jangan berteriak! Kalau mau janji, aku akan buka penutup mulutmu."

Seketika Juna mengangguk patuh. Sosok tak kasat mata pun langsung melepas sumpalan mulut Juna.

"Ba...hpp..."

"Udah saya bilang, jangan berteriak!" Sosok tak kasat mata terdengar marah. "Kalau kamu tidak menuruti saya, maka kamu dalam bahaya, mengerti!"

Juna kembali mengangguk cepat.

"Awas, kalau teriak lagi," sosok tak kasat mata pun kembali melepas sumpalan di mulut Arjuna.

"Ka-kamu siapa? Ke-kenapa ka-mu meng-hantui-ku?" Suara Juna sampai tergagap. Bahkan dia seperti orang yang hendak menangis karena terlalu panik dan takut.

"Saya bukan hantu," bantah sosok tak kasat mata. "Saya adalah... penghuni cincin itu."

Juna terperangah dan dia langsung melempar pada pandangannya ke arah cincin.

"Ka-kamu Jin?" tanya Juna.

"Terserah kamu mau menyebu saya apa. Yang pasti saya sudah sejak lama menempati cincin itu. Kalau kamu tadi tidak mengusik saya, mungkin saya tidaka akan keluar."

"Me-ngusik?" Juna tercengang.

"Iya," jawab sosok tak terlihat, terdengar begitu tegas. "Kamu tadi mengusap permukaan cincin itu dan meniupnya dengan udara dari mulutmu. Benar kan?"

"I-iya."

"Karena itu lah, saya jadi terusik dan bangun."

"Ma-maaf."

"Sudahlah, tidak masalah. Tapi terima kasih juga, karena kamu sudah menolong saya."

"Menolongmu?" kali ini Juna malah terlihat bingung. "Menolongmu karena apa?"

"Karena membebaskanku."

Kening Juna berkerut.

"Tidak perlu bingung. Suatu saat aku akan kasih tahu."

"I-iya," balas Juna.

"Apa kamu suka bertarung?"

"Hm?" Juna agak terkejut mendengar pertanyaan sosok yang keberadaannya entah ada di sebelah mana.

"Tidak," kali ini suara Juna terdengar lancar meski rasa takut masih tersirat pada wajahnya.

"Terus itu wajah kamu kenapa? Jangan-jangan kamu habis dikeroyok?"

Arjuna sedikit tersentak.

"Udah aku duga. Apa kamu tidak memiliki ilmu bela diri?"

"Buat apa?" Arjuna malah balik bertanya.

"Pantas kamu dikeroyok. Pasti kamu laki-laki lemah?"

"Sembarangan," Juna jelas tak terima. "Mereka aja, yang beraninya main keroyokan. Kalau satu lawan satu, aku nggak bakalan kaya gini."

Mungkin saat ini sosok tak kasat mata itu sedang tersenyum, meremehkan Juna.

"Yang namanya pendekar itu harus siap dalam kondisi apapun. Tidak peduli seberapa banyak musuh yang harus dihadapi, pendekar harus berani menghadapinya."

"Aku bukan pendekar, aku hanya manusia biasa," kali ini bahkan Juna bersikap ketus karena dari nada bicara yang Juna dengar, sosok tak kasat mata itu seperti sedang mengejeknya.

"Hahaha..." benar, sesuai dugaan Juna, sosok tak terlihat itu memang mengejeknya. "Apa kamu mau, aku ajari ilmu bela diri?"

"Bagaimana caranya? Kamu aja tidak kelihatan wujudnya."

"Gampang kalau begitu. Besok, saya akan tunjukan caranya."

"Hmm..."

"Karena kita sama-sama pria, lebih baik saya keluar ya? Takut terjadi hal-hal yang tidak terduga dan mengerikan."

"Hal tak terduga dan mengerikan? Apa maksud kamu?" Arjuna tercengang mendengarnya.

"Hahaha... nggak perlu dipertanyaan. Aku pergi dulu." Tiba-tiba pintu yang sudah tertutup, mendadak terbuka sejenak lalu tertutup lagi.

Nampak jelas terasa helaan nafas lega dari raut wajah Arjuna, begitu sosok tak kasat mata itu tidak bersuara.

"Apa dia beneran pergi?" gumamnya. Lalu dia menoleh ke arah cincin dan bergeser sedikit, mendekat dan meraih cincin tersebut.

"Benarkah dia berasal dari sini? Lalu, apa maksudnya aku telah menyelamatkan dia?" Juna pun jadi bertanya-tanya.

Sementara itu sosok yang tadi mencari cincin itu saat ini terlihat begitu murka di kediamannya.

"Dasar, perempuan sialan! Tidak tahu diuntung! Hanya gara-gara masalah sepele, kamu berani membuang benda berharga milik keluargaku!"

Seblak!

"Aaaa...." seorang wanita teriak kesakitan. "Ampun, Tuan, ampun," rintihnya memohon.

"Ampun, kamu bilang, hah! Ampun! Dasar tak berguna!"

Dak!

"Aaaa...." tidak hanya menerima sabetan dari sabuk, wanita itu menerima tendangan, pukulan dan lainnya.

"Aku mau kencan dengan seribu wanita, itu bukan urusanmu! Bukankah kamu juga sudah mendapat harta yang sangat banyak dari aku, hah! Berani-beraninya kamu melabrak wanita lain yang dekat denganku. Kamu benar-benar cari mampus, wanita murah!"

Dak!

"Aaaa... ampun, Tuan, ampun..."

"Sarjo, Sarno! Buang wanita ini ke tempat pembuangan sampah. Rampas semua harta yang sudah aku berikan pada dia, cepat!"

"Siap, Tuan besar!"

"Tidak! Jangan, tolong, ampuni saya, Tuan, ampuni saya!"

Sang Tuan sama sekali tidak peduli. Pria yang usianya diperkirakan sudah menginjak angka 60 tahun itu, sudah melebihi batas murka dari yang biasa dia tunjukan.

Namun amarah pria itu itu berangsur hilang, kala binatang kesayangannya, menggonggong minta duduk di pangkuannya.

"Maaf Pudel, sudah membuatmu takut," ucap pria tua tersebut.

"Tuan Bratawali, apa yang terjadi?" tanya seorang wanita kala dia baru datang dan menghampiri pria tua yang saat ini sudah terduduk, di atas sofa mewahnya. "Apa yang terjadi dengan Siska"

"Wanita itu memang pantas mendapatkannya, Tarmini. Dia telah lancang, melakukan kesalahan yang tidak bisa diampuni," geram Bratawali.

Wanita bernama Tarmini nampak mengerutkan keningnya. "Apa yang telah dia lakukan? Apa dia telah mengkhianatimu?"

"Lebih dari itu," ucap Bratawali. "Wanita itu telah melempar cincin peninggalan keluargaku."

"Apa? Cincin peninggalan keluarga?" Tarmini nampak berpikir. "Maksud kamu cincin..."

"Ya. Cincin Batu Klawing."

"Astaga! Bagaimana bisa?" Tarmini nampak tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Bagaimana bisa dia berani melakukan itu? Apa dia tidak tahu, kalau cincin itu sangat berharga?" Tarmini pun nampak kesal.

"Karena dia tidak tahu tentang cincin itu, jadi dia seenaknya membuangnya"

"Ya ampun... terus bagaimana? Cincin itu di mana jatuhnya?" tanya Tarmini.

"Di sekitar kali tengah. Aku sudah nyuruh orang-orang untuk mencarinya."

"Huh! Dasar wanita tak berguna! Dia pikir, selama ini dia mendapatkan uang banyak dari siapa," sungut Tarmini kesal.

"Aku ke kamar dulu, Tar. Jika ada kabar baik, segera kasih tahu aku," Bratawali langsung bangkit dan beranjak menuju kamarnya.

Tanpa Bratawali sadari, wanita yang baru saja ngobrol dengannya saat ini justru tersenyum jahat sembari menatap kepergiannya.

"Aku harus bisa menemukan cincin itu, agar aku bisa mengusai seluruh hartamu, Bratawali."

1
Yuliana Purnomo
betuuull dugaan Juna
Was pray
kenapa klawing gak ngasih tau juna kl tarminem nencari cincin itu dan resikonya jika sampai cincin itu bisa diambil oleh tarminem? bego' banget kamu wing wing ...
Apriyanti
lanjut thor
ichcha
lanjut
Hardware Solution
koq Klawing nggak terus terang saja ya?
Yuliana Purnomo
cerdas juga mereka punya pemikiran andai tarmini berkhianat ke mereka berdua,,emng harus antisipasi
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
makin seru cerita nya ni
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Yuliana Purnomo
Klawing pasti terkejut kalau ibunya Juna anaknya mantan boznya
Yuliana Purnomo
Klawing firasat mu gak salah lagi,, cepat balik kerumah Juna,, takutnya geng tarmini bikin ulah di rumah juna
Yuliana Purnomo
kapooookkk diciduk polisi Axel
Yuliana Purnomo
siapa lagi yg jadi korban Heng anak manja itu lah,, kasian nya gadis itu
ichcha
lanjut
ichcha
lanjut kak
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor
ichcha
lanjut kak
Yuliana Purnomo
normal siih mi,,Axel nya,,cuma nakal mi
Yuliana Purnomo
ODGJ dijadikan umpan untuk bisa masuk ke tuan Bratawali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!