Tampan, Kaya, dingin, dan Cuek
Itulah yang bisa menggambarkan sosok Aston Max Matthew yang hampir sempurna. Siapa yang tidak mengenal sosok Aston yang begitu banyak di sukai kaum hawa siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta kepadanya. Tapi yang mengenal Aston dia adalah pria yang pemarah, suka mengatur, cuek dan tidak suka jika ucapannya di tentang.
Cantik, Polos, dan Pendiam
Seperti itulah sosok wanita bernama Ayana Yovanka, Wanita yang sudah mandiri sejak kepergian ayahnya yang sudah lama meninggal. Di mana Ayana harus bekerja keras untuk pengobatan sang bunda yang sudah lama sakit. Namun takdir berkata lain ketika saat Ayana di pertemukan dengan pria yang bernama Aston yang mengubah semua takdirnya.
Tapi di suatu kejadian membuat mereka menjadi dekat, akankah kisah mereka seperti kisah novel yang berakhir happy ending atau malah menjadi sad ending?
Ikutin cerita Marriage With CEO.
Update sesuka hati❤️
Start 14 Desember 2024
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwinabila04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marriage With CEO | 13. Miscarriage
Ayana terduduk diam hanya melamun sambil memandang orang lalu lalang untuk masuk kedalam poli kandungan. Ayana sebenarnya sudah melakukan testpack yang mengatakan jika ia hamil, namun karena takut tidak menyakinkan Ayana pergi ke rumah sakit untuk memastikan jika ia benar-benar hamil.
Tepat hari ini Ayana dan juga Aston sudah memasuki pernikahan yang ketiga bulan. Itu artinya tersisa dua puluh satu bulan lagi bersama Aston.
Ayana pergi ke rumah sakit tidak di temani oleh Aston karena ia ingin memberi kabar jika kabar itu benar-benar tepat. Bodyguard Aston pun Ayana suruh untuk diam terlebih dahulu agar ini menjadi kejutan untuk Aston.
Setelah beberapa menit menunggu nama Ayana di panggil untuk masuk kedalam.
"Selamat pagi nyonya," sapa dokter bernama Tiara.
"Selamat pagi juga dokter," sahut Ayana.
"Ingin memeriksa kandungan?" tanya Dokter Tiara.
Ayana mengangguk kepalanya.
Dokter Tiara mengoleskan Clear ultrasound gel sebelum memeriksa kandungan Ayana. Ayana menatap layar berwarna hitam di hadapannya dengan perasaan deg-degan menunggu hasilnya. Jika ia belum hamil mungkin saja belum rejekinya, namun Ayana sudah telat satu bulan tidak mendapatkan menstruasinya. Dan Ayana menebak jika ia sedang mengandung anak Aston.
"Selamat nyonya anda hamil dan usia kehamilan sudah memasuki usia dua Minggu,"
Ayana terdiam saat mendengar ucapan Dokter Tiara yang mengatakan jika ia hamil. Jadi benar Ayana hamil.
"Di usia kandungan menginjak dua minggu masih rentang untuk keguguran maka dari itu anda harus menjaga janin anda dengan baik," pesan Dokter Tiara.
"Saya akan memberi beberapa obat untuk anda dan juga calon bayi anda," tambah Dokter Tiara.
Selesai pemeriksaan Ayana masih tidak menyangka ada nyawa yang hidup di dalam tubuhnya. Ternyata Ayana hamil dan Ayana akan menjaga dengan baik-baik calon anaknya.
Ayana meminta kepada supir pribadinya untuk mengantarnya ke kantor Aston agar Ayana segera bisa memberitahukan kabar bahagia ini kepada Aston. Ayana tidak henti-hentinya melihat hasil USG kandungannya. Namun Ayana sedikit merasa sedih saat mengingat perjanjian itu. Apakah Ayana bisa merelakan anaknya di ambil oleh Aston. Belum melahirkan pun Ayana sudah tidak rela memberikan anaknya kepada Aston.
Mobil tiba di pekarangan kantor Aston namun langkah Ayana terhenti di depan lobby kantor Aston. Sebelum memasuki kantor Ayana mengelus perutnya yang belum nampak buncit.
Satu persatu sapaan Ayana dapatkan ketika sudah masuk kedalam kantor. Ayana melihat Fany yang begitu fokus memeriksa berkas di hadapannya hingga Ayana berada di hadapannya pun Fany tidak menyadarinya.
"Fany," sapa Ayana.
"Nyonya Ayana," balas Fany yang begitu senang melihatnya Ayana.
"Aston ada di dalam?" tanya Ayana.
"Ada nyonya, masuk saja," jawab Fany.
Ayana masuk kedalam, namun sebelum itu ia harus mengetuk pintunya terlebih dahulu walaupun ia istri Aston.
"Masuk!" Ucap Aston dari dalam.
Cklek
Ayana masuk kedalam ruangan dan mencari keberadaan Aston. Terlihat Aston begitu sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas mejanya.
Aston menyadari kehadiran Ayana. "Ada apa kemari? Tumben sekali?" tanya Aston beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti Ayana duduk di sofa yang berdekatan dengan mejanya.
"Apakah kamu sibuk? Aku menganggu ya?" Tanya Ayana.
"Tidak juga, ada apa?" tanya Aston.
Ayana merogoh tasnya dan memberikan hasil USG kandungannya hari ini kepada Aston.
"Apa ini?" tanya Aston yang tidak tau.
"Buka saja," ucap Ayana.
Aston membuka isi amplop coklat dan menemukan sebuah foto.
"Kamu hamil?" tanya Aston.
Ayana mengangguk kepalanya. "Iya aku hamil dan usia kandungannya memasuki usia dua Minggu." Jawab Ayana.
Aston memeluk tubuh Ayana dengan begitu erat. "Akhirnya kamu hamil."
Ayana tidak membalas pelukan Aston. "Kalau begitu aku pulang dulu, karena aku ke sini hanya untuk memberitahumu tentang kehamilanku saja." Ucap Ayana.
"Tidak kamu tetap di sini sampai aku selesai bekerja," tahan Aston.
"Selesai kamu bekerja? Jam berapa kamu akan selesai bekerja?" tanya Ayana.
Aston melihat jam tangannya. "Jam sepuluh aku baru selesai bekerja."
Ayana melotot saat mendengar ucapan Aston. "Aku tidak bisa menunggu hingga jam sepuluh." Ayana tak habis pikir dengan pemikiran sang suami yang menyuruhnya hanya menunggunya bekerja dan tidak melakukan apapun.
"Aku ingin pulang saja karena kepala ku sedikit pusing," ucap Ayana.
"Pusing? Apakah kita perlu ke Dokter?" tanya Aston.
"Tidak perlu aku hanya ingin beristirahat saja," tolak Ayana.
Jika tau Aston akan berbuat berlebihan seperti ini Ayana tidak akan memberitahukan kabar kehamilan kepada Aston, namun jika ia tidak memberitahukan kabar kehamilan kepada Aston maka bisa dipastikan Aston akan marah besar jika terjadi apa-apa dengan calon bayinya.
Ayana keluar dari ruangan Aston namun tubuhnya mendadak terangkat di mana Aston menggendong tubuh Ayana ala bridal style membuat Ayana terkejut.
"Apa yang kamu lakukan Aston!!"
"Apa kurang jelas apa yang aku lakukan sekarang? Aku sedang menggendong mu," jawab Aston.
"Kenapa kamu menggendongku?"
"Aku tidak ingin jika kamu kelelahan itu bisa mempengaruhi calon anakku nantinya," jawab Aston.
Jika Aston menginginkan Ayana sebagai seorang istri tanpa ada sebuah perjanjian maka Ayana akan bahagia karena Aston begitu perhatian kepada calon anak mereka, namun Aston memperlakukan Ayana seperti ini hanya demi anaknya saja tidak untuk Ayana.
Air mata yang ingin menetes Ayana berusaha untuk menahannya agar tidak terjatuh. Kehamilan ini Ayang bisa merasakan jika ia begitu sensitif dari biasanya.
Aston menggendong tubuh Ayana untuk mengantarkan Ayana menuju mobil. Fany yang melihat keduanya bertanya kepada Ayana dengan bahasa isyarat.
Ayana mengerti maksud dari ucapan bibir Fany menanyakan perihal yang terjadi. "Nanti akan aku ceritakan." ucap Ayana tanpa suara.
Ayana menyembunyikan wajahnya di leher Aston karena ia begitu malu di lihat banyak orang yang melihat kemesraan mereka berdua.
"Ayo kita jalan," ucap Aston.
"Ke mana kita?" tanya Ayana.
"Kita ke rumah Mama," jawab Ayana.
Ayana tak bertanya lagi setelah Aston mendengar ucapan Aston. Aston mengajaknya ke rumah orangtuanya karena ingin memberitahu jika mereka akan segera mempunyai cucu. Ayana hanya diam saja tanpa membuka suara sepanjang jalan karena perutnya begitu mual dan kepalanya begitu pusing.
Sesampainya di kediaman keluarga Matthew Ayana turun dengan sedikit tumbang membuat Aston dengan cepat menarik Ayana kedalam pelukannya.
"Ada apa?" tanya Aston.
"Kepalaku pusing," jawab Ayana.
Aston menggendong Ayana lagi karena Ayana merasa sedikit pusing.
Nyonya Rosvelina yang melihat Ayana di gendong oleh Aston kebingungan.
"Ada apa ini Aston? Kenapa dengan Ayana?" Tanya nyonya Rosvelina.
"Nanti Aston jelaskan, Aston mau bawa Ayana ke kamar dulu," jawab Aston.
Aston pergi ke lantai dua untuk menuju ke kamarnya sebelum ia menikah. Perlahan Aston membaringkan tubuh Ayana.
"Jika kamu butuh sesuatu kamu panggil saja aku," pesan Aston.
Ayana hanya mengangguk kepalanya saja. Setelah membaringkan Ayana dan memastikan Ayana sudah tertidur barulah Aston turun kebawah.
Nyonya Rosvelina beranjak dari duduknya ketika melihat Aston turun kebawah.
"Apa terjadi sesuatu kepada Ayana?" tanya nyonya Rosvelina khawatir.
"Ayana pusing,"
"Kenapa tidak di bawa ke dokter saja?"
"Sudah, Ma."
"Lalu bagaimana kondisinya?"
"Ayana hamil."
Ucapan Aston barusan membuat nyonya Rosvelina menutup mulutnya ia tidak percaya jika Ayana tengah berbadan dua.
"Ayana hamil! Ya tuhan! Benarkah itu Aston?" tanya nyonya Rosvelina yang masih tidak percaya dengan ucapan Aston.
"Iya, Ma. Ayana sedang mengandung buah hati kami berdua dan ini hasil USG nya." Aston menyodorkan bukti USG kepada nyonya Rosvelina.
Dengan tangan gemetar nyonya Rosvelina mengambil foto USG di mana foto itu memang memperlihatkan janin yang masih terlihat kecil.
"Akhirnya Mama bisa menggendong cucu," ucap nyonya Rosvelina bahagia.
"Untuk sekarang jangan memberi tau siapa-siapa terlebih dahulu kecuali keluarga kita saja, Aston tidak ingin sesuatu yang tidak di inginkan terjadi," pesan Aston.
Nyonya Rosvelina mengangguk bertanda setuju. "Jangan sampai kabar ini bocor ke siapapun itu."
Nyonya Rosvelina begitu bahagia hingga ia lupa dengan masakan yang ia masak sekarang.
"Mama masak?" tanya Aston yang mencium aroma gosong.
Nyonya Rosvelina menepuk jidatnya. "Astaga!! Mama lupa!"
Aston tertawa kecil melihat kelakuan sang Mama yang mendadak menjadi lupa ketika mendengar jika Ayana hamil. Aston naik ke atas untuk menjaga Ayana yang sedang tertidur.
...•••...
Makan malam kali begitu berbeda karena mereka begitu bahagia setelah mendengar jika Ayana hamil. Tak terkecuali tuan Grayson yang lebih bahagia di banding dengan nyonya Rosvelina. Karena tuan Grayson sudah membayangkan bermain dengan sang calon cucunya.
Walaupun masih terbilang begitu jauh namun membayangkannya saja Ayana begitu bahagia. Namun ada satu orang yang tidak menyukai kabar kehamilan Ayana yaitu Zia. Entah kenapa ia selalu tau jika Aston akan berkunjung ke rumah orangtuanya maka dari itu Zia berada di sini bersama mereka makan malam bersama.
Ayana tidak memperdulikan keberadaan Zia karena ia tidak ingin moodnya menjadi rusak hanya karena melihat wajah. Aston berpesan kepada Zia agar ia bisa menjaga rahasia ini terlebih dahulu.
Makan malam telah usai namun Ayana tidak ingin pulang kerumah karena ia masih begitu nyaman di sini. Mau tak mau mereka pun menginap.
Aston sibuk berkutat di dapur untuk membuatkan susu hamil untuk Ayana. Namun mood Aston berubah ketika Zia datang ke dapur.
"Kak Aston sedang apa?" tanya Zia basa-basi.
"Apa kamu tidak bisa melihat aku sedang apa," jawab Aston begitu ketus.
"Oh, maaf."
Selesai membuatkan susu untuk Ayana dengan segera Aston membawakannya untuk Ayana.
Cklek
Aston perlahan masuk ke dalam kamar karena Aston tau jika Ayana sudah tertidur ketika ia keluar dari kamar untuk membuatkan Ayana susu.
"Ayana,"
"Ayana," perlahan Aston membangunkan Ayana agar ia meminum susunya terlebih dahulu.
"Ayo bangun dulu, setelah itu kamu boleh tidur,"
Dengan sekuat tenaga Ayana bangun untuk meminum susu yang sudah Aston buatkan untuknya.
"Apa ini kamu yang buat?" tanya Ayana.
"Jika bukan aku yang buat lalu siapa lagi? Cepat minum lalu kamu boleh tidur lagi,"
Aston menyodorkan segelas susu yang ia buat tadi kepada Ayana. Ayana meminum susu yang buatkan oleh Aston dengan perasaan yang begitu bahagia. Walaupun hanya sementara biarkan Ayana merasakan kasih sayang yang di berikan oleh Aston kepadanya.
Ayana mengembalikan gelas kosong itu kepada Aston. "Terima kasih." Ayana tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Aston yang repot membuatkan Ayana susu.
"Sekarang kamu boleh tidur." Aston meletakkan gelas bekas susu itu di samping meja yang berdekatan dengan tempat tidurnya.
Setelah Aston keluar dari kamar mata Ayana terbuka. "Jika kamu memperlakukan ku seperti ini maka aku tidak akan mengelak jika aku menyukaimu." ucap Ayana lirih.
Aston pergi ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan beberapa bekerja yang harus ia selesaikan malam ini. Karena tadi sebenarnya Aston akan pulang jam sepuluh malam namun karena keadaan jadi Aston pulang cepat mengikuti Ayana.
Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam namun Aston masih berada di meja kerjanya dengan laptop dan beberapa laporan yang masuk ke email-nya.
"ASTON!!"
"ASTON!!
"ASTON!!"
Namun sebuah teriakan yang berasal dari kamar Ayana membuat Aston yang semulanya fokus dengan pekerjaannya mendadak berlari menuju ke lantai dua untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.
"Ayana ada apa?" tanya Aston menyalakan lampu kamarnya.
Aston begitu terkejut melihat keadaan Ayana yang sudah terduduk di lantai dengan darah yang cukup banyak mengalir di bagian pahanya.
"Ayana ada apa?" tanya Aston lagi.
"Perutku sakit Aston," jawab Ayana dengan terbata-bata sambil memegangi perutnya.
Karena mendengar teriakan Ayana yang cukup keras nyonya Rosvelina, Tuan Grayson, Grizella dan juga Zia menghampiri kamar Aston dan betapa terkejutnya nyonya Rosvelina melihat keadaan Ayana.
Ayana yang terus menerus memegangi perut yang begitu amat sakit. Hingga membuat Ayana tak sadarkan diri.
Aston menggendong tubuh Ayana untuk pergi ke rumah sakit. Perasaan khawatir begitu jelas di wajah Aston. Dengan perasaan yang tidak karuan Aston harus tetap fokus menuju ke rumah sakit.
Aston membawa Ayana ke rumah sakit milik papa nya yang tak jauh dari rumahnya.
"Dokter tolong istri saya!"
Suster membantu Ayana untuk berbaring di atas ranjang tidur. "Mohon anda tunggu di luar tuan." Pesan suster.
Aston dan juga keluarga Aston sedang menunggu di luar dengan perasaan khawatir.
"Semoga Ayana tidak apa-apa," ucap nyonya Rosvelina yang menenangkan hati Aston.
Aston berdoa agar janin dan juga Ayana tidak kenapa-kenapa. Sudah tiga puluh menit berlalu namun pintu ruang belum saja terbuka membuat Aston bertambah khawatir.
Namun lewat lima menit pintu terbuka menampilkan Dokter yang menangani Ayana.
"Bagimana keadaan istri saya? Lalu bagimana dengan anak dalam kandungan istri saya, Dok?" tanya Aston bertubi-tubi.
"Istri anda tidak apa-apa, namun calon bayi yang ada di dalam kandungan istri anda mengalami keguguran." Jawab Dokter.
Mendengar ucapan Dokter yang mengatakan jika janin yang di kandung Ayana mengalami keguguran membuat Aston terjatuh lemas.