Jessica Adams harus mengalami hukuman selama enam tahun lamanya di dalam penjara karena dianggap lalai dalam mengemudi mobil, hingga menyebabkan seorang model bernama Natasha Linzky meninggal dunia.
Kekasih Natasha, Axel Ray Smith, menaruh dendam luar biasa hingga memaksakan sebuah pernikahan dengannya yang saat itu dalam keadaan lumpuh. Siksaan tubuh dan jiwa menyebabkan Jessica akhirnya mengalami trauma dan depresi, bahkan Axel menceraikannya dan membuangnya begitu saja tanpa mempedulikannya.
Namun yang tidak diketahui oleh Axel adalah bahwa ia telah menitipkan benihnya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai musuhnya. Apakah masih ada benang merah yang mengikat keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERGI DARIKU!
Tak hanya malam itu dilalui Jessica dengan rasa sakit kembali di bagian intinya dan juga di hatinya. Ia merasa benar-benar tak memiliki harga diri lagi.
Jessica yang sudah merasa hancur, kembali mencoba untuk bunuh diri. Ia tak menemukan senjata ataupun benda tajam di dalam kamarnya. Oleh karena itu, hanya ada satu cara lagi.
Ia membuka kran air dan mengisi bathtub hingga penuh. Waktu masih menunjukkan pukul tiga pagi dan Axel belum lama keluar dari kamar tidurnya. Jessica masuk ke dalam bathtub tersebut tanpa membuka pakaiannya. Ia menenggelamkan tubuhnya sendiri hingga tak nampak di permukaan air lagi.
Axel yang ketinggalan ponselnya pun kembali ke kamar tidur Jessica. Ia masuk dan tak menemukan siapa pun. Ia menautkan kedua alisnya saat tak mendengar suara gemericik air di kamar mandi, tapi pintu kamar mandi dalam keadaan tertutup.
Brakkk
Dengan kekuatan penuh Axel mendobrak pintu tersebut. Ia melihat Jessica sudah berada di dalam bathtub. Dengan cepat ia langsung mengangkat dan meletakkannya di lantai kamar mandi. Tak ada denyut nadi yang bisa ia rasakan, membuat Axel langsung melakukan CPR.
“Sialannn!! Kamu tidak boleh mati sekarang!! Kalau mati pun tidak boleh di rumahku ini,” kata Axel sambil terus menekan dadda Jessica.
Saat Jessica berhasil mengeluarkan air dari mulutnya, Axel langsung keluar dari kamar mandi dan keluar dari kamar tidur Jessica. Ia tak boleh terlihat oleh para asistennya tak menggunakan kursi roda karena itu akan menghalangi rencananya.
Ia langsung duduk di kursi roda, kemudian memanggil Eric, “Ric, cepat bangunkan dia! Banyak pekerjaan yang harus ia lakukan!”
Eric yang masih mengantuk akhirnya tetap bangun. Ia sedikit mengumpati atasannya itu karena mengganggu tidurnya, untung saja gajinya besar.
Saat melihat Jessica terbaring di atas lantai kamar mandi, Eric kaget. Bukannya ia langsung mengangkat Jessica, tapi malah keluar dari kamar tidur mencari atasannya dulu.
“Mana dia?!” tanya Axel yang tak melihat Jessica bersama Eric.
“Ia pingsan.”
“Cepat angkat dia! Aku tak mau dia mati sekarang!” perintah Axel. Eric akhirnya kembali ke kamar mandi dan mengangkat tubuh Jessica. Ia membawa Jessica keluar.
“Di mana aku harus meletakkannya, Tuan?” tanya Eric yang membuat Axel menepuk dahinya.
Melihat keadaan Jessica tadi, Axel akhirnya meminta Eric langsung membawanya ke rumah sakit. Axel melihat wajah pucat Jessica tak berpikir panjang lagi.
“Bawa dia ke rumah sakit sekarang!” perintah Axel.
Eric langsung membawa Jessica ke mobil kemudian melajukan kendaraannya. Ia bahkan meletakkan Jessica begitu saja di kursi belakang karena merasa kesal tidurnya terganggu.
Sesampainya di rumah sakit, Eric langsung ke bagian gawat darurat dan meminta mereka mengurus semuanya karena ia akan kembali ke Mansion Axel. Namun baru saja ia melangkah ke mobil, ponselnya berbunyi dan tertera nama Axel di sana.
“Iya, Tuan.”
“Tetap jaga dia di sana sebelum aku memerintahkan kamu untuk pulang,” kata Axel yang kemudian mematikan ponselnya.
“Ishhh, merepotkan!” gerutu Eric yang sangat kesal dengan Axel dan juga Jessica. Ia benar-benar masih mengantuk dan diharuskan bekerja saat matahari bahkan belum menampakkan sinarnya.
Ia pun melangkahkan kakinya kembali ke arah lobby rumah sakit dengan berat dan rasa kesal di hatinya.
**
Jessica mendapatkan perawatan di ruang khusus atau dikenal dengan VIP. Bukan karena ia istri dari seorang Axel Smith, tapi karena ia adalah seorang tawanan. Hal itu terlihat dari beberapa orang penjaga yang ditempatkan Axel di luar ruangan dan tak ada jendela di kamar rawatnya.
Ingin melarikan diri, tapi sebelum ia berusaha pun ia tahu ia akan gagal. Jadi, daripada ia membuang-buang tenaganya, ia tak jadi kabur.
Setelah dua hari berada di rumah sakit akibat diselamatkan kembali dari niat bunuh dirinya, Jessica pun kembali ke Mansion milik Axel. Kini, ia sudah tak berpikir lagi untuk kabur ataupun bunuh diri. Semuanya seakan percuma karena ia selalu kembali terselamatkan dan hidup.
Di Mansion, Axel telah menunggunya di ruang tamu. Tatapan biasa Jessica pada Axel membuat Axel justru geram. Ia ingin Jessica takut padanya.
“Jim, Ric, pergilah kalian ke perusahaan dan selesaikan semua pekerjaan. Siapkan rencana pertemuanku besok dengan beberapa klien. Aku ingin menyelesaikan semua yang tertunda,” ujar Axel.
“Baik, Tuan,” kata Jimmy dan Eric bersamaan. Mereka pun segera pergi dari mansion, meninggalkan Axel berdua saja dengan Jessica.
Keduanya tak pernah kuatir pada Axel karena mereka tahu Axel bisa mengurus dirinya sendiri, bahkan mungkin bisa mengurus Jessica. Tanpa keduanya ketahui bahwa sebenarnya Axel sudah bisa berjalan dan hanya berpura-pura lumpuh dan duduk di kursi roda.
Setelah kepergian Jimmy dan Eric, Jessica berdiri diam di hadapan Axel, menunggu perintah dari seorang suami yang hanya ada di atas kertas.
“Bersihkan kamarku!”
“Bersihkan seluruh rumah ini!”
“Cabut rumput di halaman depan dan belakang!”
Jessica mengerjakan semuanya tanpa ada bantahan dan tanpa bicara sepatah kata pun.
Saat tadi ia membersihkan kamar tidur Axel, itulah saat kali pertama ia memasuki kamar pria yang berstatus suaminya itu. Di dalam kamar itu, masih terpampang dengan jelas foto-foto mesra Axel bersama dengan Natasha.
“Ia memang sangat mencintainya, jadi akan percuma aku katakan apapun mengenai Natasha. Biarlah ia terus membela, aku sudah tak peduli. Jika memang mau menghukumku karena kematian Natasha, maka terjadilah apapun yang ia inginkan. Aku tak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi dengan hidupku,” gumam Jessica sendiri.
Jessica tersenyum sendiri, kemudian dari matanya tampak buliran air mata. Tapi di beberapa menit selanjutnya ia tertawa.
Bahkan saat berjalan kembali menuju ke arah kamar tidurnya setelah menyelesaikan semuanya, ia tampak tertawa kecil. Namun langkahnya terhenti dan tiba-tiba ada rasa takut yang menghinggapinya. Ia melihat ke kiri dan ke kanan lalu memeluk tubuhnya sendiri sampai ia masuk ke dalam kamar tidurnya.
Di dalam, ia duduk di atas tempat tidur tanpa membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Ia masih melipat kedua kaki dan memeluknya, serta menyembunyikan wajahnya di antara kedua kakinya.
“Pergi! Pergi dariku! Jangan dekati aku!” teriak Jessica dan beberapa kali mengibaskan tangannya.
🌹🌹🌹
terimakasih ya kak, 👍👍👍👍👍😍😍😍😍
kalo mau nggak enak. mending skip wae... terus ngorok atw ngrumpi...
kasian othor, nggak gampang lho🤭