Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?
Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
“Augh sial! Kenapa semuanya jadi kacau seperti ini!” racau Anna yang terus memacu laju larinya menyusuri lorong lorong perusahaan, melewati ruangan karyawan yang hanya tertutup oleh dinding kaca tebal.
Melihat kegaduhan yang terjadi di luar, para karyawan yang merasa terusik pun lantas bangkit dari kursinya untuk mengecek apa yang terjadi sebenarnya di luar ruangan.
Mereka cukup terkejut mendapati seorang wanita yang sedang di kejar oleh 3 petugas keamanan bertubuh besar, sembari mengeluarkan sebuah perintah dengan suara menggelegar nya untuk memerintahkan Anna menyerah dan berhenti melarikan diri.
Sontak saja hal itu langsung mengundang rasa penasaran berlebih para karyawan yang akhirnya berlarian menghampiri pintu keluar agar bisa lebih jelas menyaksikan aksi pengejaran yang terjadi di lorong perusahaan.
“Ada apa sih? Mungkinkah penguntit pak Bastian datang kembali?” celetuk salah satu karyawan wanita yang mencoba menebak situasi yang terjadi menurut opininya sendiri.
“Entahlah, tapi kurasa gadis itu terlalu cantik untuk menjadi seorang penguntit, kalau aku sih pasti akan langsung menjadikannya istriku hahaha!” balas karyawan pria dengan diakhiri tawa renyah nya.
“Dasar ca*bul!” pekik rekan kerjanya seraya menggeplak belakang kepala pria tersebut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Merasa sudah terpojok dan mendapati ia mengambil jalan yang salah, hanya ada dinding yang terlihat di depan matanya saat ini.
Anna mulai terlihat gelisah ditambah ketika ia mendengar suara menggelegar para keamanan itu yang semakin dekat. Ia mencoba menyapu area sekitar berharap ia menemukan jalan keluar dari masalah nya saat ini.
Hingga sampailah pandangannya pada sebuah pintu yang entah ada ruangan apa di dalam nya.
Tanpa berfikir panjang Anna pun segera berlarian masuk ke dalam ruangan tersebut dengan cucuran keringat yang membanjiri sekujur tubuhnya, akibat berlarian kesana kemari untuk menghindari para petugas keamanan.
Ruangan tersebut cukup redup hingga membuat Anna kesulitan melihat dengan jelas semua benda yang ada di ruangan tersebut, namun 1 yang pasti ketika pandangannya mengarah ke langit-langit, tiba-tiba saja ia mendapat sebuah ide cemerlang.
💡💡💡
Tak ingin membuang waktunya lagi, karena kini 3 petugas keamanan itu sudah berada di depan pintu ruangan.
Anna pun bergegas meraih sebuah kotak yang terbuat dari kayu kokoh, kemudian meletakannya di atas meja kerja yang sudah usang tak terpakai. Sebagai pijakannya untuk mencapai saluran udara yang akan menjadi jalan ia melarikan diri dari para petugas keamanan yang tampaknya sudah mencurigai ruangan tempat penyimpanan barang-barang tak terpakai.
Benar saja, tepat saat Anna sudah berhasil masuk ke dalam saluran udara, ketiga petugas keamanan itu muncul dengan amarah yang telah mencapai puncak, karena mereka bertiga merasa telah gagal menjalankan tugasnya sebagai petugas keamanan.
Bukan seorang pria bertubuh besar, ataupun gangster, melainkan hanya seorang wanita biasa yang menjadi buruannya saat ini, namun ketiganya nya sama sekali tidak bisa menangkap nya. Bahkan kali ini pun mereka kembali kehilangan jejak sang wanita penguntit itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Augh! Sempit sekali disini!” keluh Anna yang terus berusaha merangkak kemana pun instingnya mengarahkan, sembari sesekali mengintip ke area bawah ketika ia melewati ventilasi udara.
“Waaah, astaga! Apa yang mereka lakukan siang-siang bolong begini,” racau Anna ketika ia sampai di sebuah ruangan yang menampilkan kedua sejoli sedang bercumbu mesra di sudut ruangan dekat sebuah lemari dokumen besar.
Anna pun lantas melanjutkan kembali perjalanannya merangkak menyusuri saluran udara dengan harapan ia bisa menemukan tempat yang cocok untuk turun dari lorong sempit tersebut.
“Karyawan disini benar-benar vul*gar sekali, bahkan saat jam kerja bisa bisa nya mereka melakukan hal seperti itu,” komen Anna dalam perjalanannya yang melelahkan karena harus terus merangkak selama kurang lebih 10 menit.
Sementara itu di tempat yang berbeda.
“Apa yang terjadi?” tanya Regan yang baru saja bergabung di tengah kericuhan yang terjadi di lorong lantai dasar, tepat di depan ruangan depertemen Humas.
“Ahh, i … itu tadi pak, gadis penguntit itu kembali, para keamanan sedang sibuk mencari keberadaannya,” respon salah satu karyawan wanita yang mewakili rekannya.
“Gadis penguntit?” ulang Regan seraya mengerutkan dahinya.
“Iya betul pak, gadis yang pernah nekad masuk ke dalam ruangan pak Bastian bulan lalu,” jelasnya lagi.
“Lalu, apa dia sudah tertangkap?” tanya Regan yang mulai khawatir.
“Kurasa belum pak, karena barusan beberapa staf keamanan berlarian menuju ruang CCTV,” teranganya yang lantas saja membuat Regan semakin dilanda kecemasan dan langsung mengambil langkah seribu menuju ruangan CCTV yang berada di lantai 4.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setibanya di ruangan CCTV, Regan mendapati beberapa keamanan yang sedang menyaksikan benda pipih yang berukuran cukup besar hingga memenuhi dinding.
Mereka terlihat cukup serius mengamati pergerakan CCTV untuk mencari sosok yang kini entah berada dimana, sampai tak menyadari kehadiran Regan yang sudah berada di tengah-tengah meraka.
“Bagaimana perkembangannya?” tanya Regan yang memecah keheningan di ruangan CCTV karena sibuknya sang operator dalam mengatur rekaman CCTV mana yang harus ia tampilkan di monitor.
Para staf keamanan juga sang operator terhentak dan serentak mengarahkan atensinya pada orang kepercayaan sang presdir tersebut.
“Maaf pak, kami kehilangan jejak saat gadis itu pergi ke tempat titik buta pak, dan sampai sekarang kami masih belum bisa menemukan keberadaannya, gadis itu seperti menghilang di telan bumi,” lapor salah satu petugas keamanan seraya menautkan kedua tangan didepan untuk menunjukan rasa hormat juga penyesalannya karena tidak becus menjalankan tugasnya sebagai petugas keamanan.
“Kumpulkan staf keamanan minta mereka untuk pergi ke area room meeting utama, beri jarak yang cukup agar tidak membuat kegaduhan, hanya bersiaga di lorong saja, dan tunggu perintahku selanjutnya,” Regan memberikan perintah pada staf keamanan yang kemudian langsung dibalas patuh dengan suara nyaring layaknya para petugas keamanan pada umumnya.
“Tunjukan, bagaimana rupa gadis penguntit itu,” pinta Regan pada sang operator CCTV begitu para petugas keamanan telah pergi meninggalkan ruangan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu, kembali pada calon istri Bastian yang masih terjebak dalam saluran udara, tubuhnya mulai merasa lemas seiring dengan pernafasannya kini yang tersendat, lantaran berada dalam ruangan sempit selama kurang lebih 20 menit.
“Augh! Sial! Lantas bagaimana aku turun jika semua ventilasi ini sulit sekali di lepaskan! Haruskah aku merusaknya aja?” keluh Anna yang tengah berusaha menarik ujung tepi benda kotak yang terbuat dari plastik itu, namun sayangnya ia tidak memiliki cukup tenaga, karena ia sudah benar-benar kelelahan saat ini.
“Huhh … haahh! Kalau begini terus, aku akan benar-benar mati disini, tanpa ada yang tahu, aneh sekali, padahal di drama-drama gampang banget ngelepasin nya, sial!” racau Anna yang kemudian meluruskan kakinya dan beralih terbaring telungkup sembari memandangi beberapa karyawan yang melewati area lorong tersebut melalui celah ventilasi.
“Bastian!” Anna kembali bersemangat kala mendapati Bastian yang sedang berjalan santai di bawahnya bersama dengan pria-pria berjas setelan lengkap yang diyakininya adalah kolega bisnisnya.
“Apa yang harus aku lakukan? Jika aku berteriak dan meminta bantuannya, itu pasti akan membuatnya malu di hadapan para kolega bisnisnya, lagian juga kenapa gue kepikiran buat melarikan diri lewat saluran udara sih! Augh! Argh! terserah deh!” oceh nya panjang lebar sebelum akhirnya memutuskan untuk memukul mukul ventilasi agar Bastian yang saat ini hampir mendekat pun bisa mengetahui keberadaannya.
“BASTIAN! TOLONG AKU!! BASTIAN!!” panggil Anna nyaring sembari terus memukul-mukul ventilasi dengan segenap kekuatan yang ia miliki.
“BASTIAAANN!!” panggil Anna lagi dengan nada penuh keputusasaan karena pria berdarah dingin itu masih belum menyadari keberadaan dirinya, lantaran suara nyaringnya hanya tertahan di dalam, yang membuat Bastian serta para kolega bisnis tak bisa mendengar suara teriakan Annalese.
“BAS …. Uhukk … Uhhuk! (karena terlalu over mengeluarkan suaranya, alhasil Anna terbatuk sampai membuat tenggorakannya sakit)
Argh! Sial! Uhhukk! Uhhuk! Apa dia sengaja mengabaikanku seperti waktu itu, dasar brengsek! Hewan menggonggong berkaki empat!” amuk Anna ketika Bastian berlalu pergi begitu saja bersama dengan para kolega bisnisnya.
“Ahh! Sudahlah terserah deh,” Anna pun menyerah dan kembali berbaring telungkup dengan tenang seraya memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan dirinya.
Sampai beberapa menit kemudian, saat Anna telah menyerah pada takdir mengenaskan yang menimpa nya saat ini.
Samar-samar Anna melihat Bastian yang kini sudah berada di bawahnya kembali, dengan pandangan tajam nya Bastian perlahan menodongkan sebuah pistol yang berada dalam genggamannya ke arah ventilasi.
“Astaga! Apa dia sudah gila?” buru-buru Anna pun menarik mundur tubuhnya untuk menjauhi area ventilasi yang kini menjadi sasaran peluru Bastian.
DOORR!! DOOORR!! 2 peluru di lepaskan tepat ke arah sudut ventilasi tersebut yang membuat penyangga ventilasi pun rusak dan kini bergelantungan di sisi yang lain. Bersamaan dengan itu juga Bastian dapat melihat dengan jelas calon istrinya yang saat ini masih menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya.
“Kau tak akan turun Annalese?!” ujar Bastian untuk menyadarkan Anna jika tindakan extreme nya kini sudah berakhir.
“H … huh?!” respon Anna yang perlahan memunculkan wajahnya dari balik kedua tangan yang ia lipat.
Di lihatnya ventilasi yang sebelumnya terpasang dengan kokoh kini sudah hancur dan bergelantungan di sisi lain. Membuat pandangannya tampak jelas.
Tanpa sadar Anna pun memasang seulas senyum seraya menghela nafas lega begitu melihat paras tampan calon suaminya yang berhasil menghangatkan hatinya.
“Berhenti menatapku, kau tak akan turun Anna?!” Bastian kembali memberikan pekikan suara tajam dan dinginnya pada Anna yang masih anteng di posisinya.
“Astaga, aku hampir melupakan brengseknya karaktermu,” dumel Anna pelan sebelum mulai merangkak mendekati lubang ventilasi.
“Apa kau bilang?!” balas Bastian.
Bersambung***