Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.
Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
...𝙸 𝚕𝚘𝚟𝚎 𝚢𝚘𝚞 𝚖𝚘𝚛𝚎...
...𝓚𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝓾𝓱 𝓛𝓾𝓴𝓪...
"Kamu mau kemana?"
Seorang gadis dengan dress selutut itu menoleh dan tersenyum. "Aku mau ke depan sebentar" ucap gadis itu dan melanjutkan langkah kakinya untuk keluar.
Devan menuruni anak tangga dengan cepat menyusul Arlla yang sudah keluar lebih dulu. Sudut matanya berkerut saat dirinya tersenyum menatap Arlla yang sedang menikmati angin sepoi-sepoi di tepi pantai.
"Cantik banget ya disini" ucap Arlla tanpa menoleh namun dirinya tau jika Devan sedang mendekat.
Devan memeluk tubuh gadis itu dari arah belakang dan menyandarkan dagunya pada pundak Arlla. Sejenak ia menutup kedua matanya menikmati momen seperti ini.
"Devan" ucap Arlla dan sedikit bergerak menjauh namun tangan pria itu tidak membiarkan Arlla melakukannya.
"Aku mohon. Selama disini nikmati momen kita berdua"
"Jangan pernah halangi aku atau menolak apapun yang aku lakukan untuk menunjukkan cintaku" pinta Devan dengan sungguh-sungguh.
"Aku ingin merasakan bisa menjadi pasangan kamu" ucap Devan dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh Arlla yang sangat wangi.
Arlla menghela nafas sejenak kemudian kembali menikmati pemandangan indah di depan matanya. Kakinya bermain-main pasir yang berwarna putih itu serta kerang-kerang yang bertebaran di sekitarnya.
Bibirnya melengkung mengukir senyuman saat melihat lumba-lumba yang berenang bersama-sama tak jauh dari pandangan matanya.
Entah aku bisa keluar dari sini atau tidak. Aku sendiri pun tidak tau pastinya. Gerald, aku mohon maaf jika tidak bisa kembali ke pelukanmu. Tapi aku akan selalu mencintaimu sampai kapanpun itu batin Arlla
Dua bulan sudah ia menjadi tawanan Devan. Ia mulai menerima keadannya yang terjerat di pulau ini meskipun hatinya masih saja terus menyebut Gerald, kekasihnya. Dia sangat merindukan pria itu. Meskipun sebelumnya hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja namun hal itu tidak membuat rasa cintanya pudar.
Devan melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Arlla. Arlla yang terkejut membuat gadis itu menatap tautan tangan mereka kemudian mendongak menatap Devan yang jauh lebih tinggi darinya.
Sebenarnya Devan juga sangat tampan. Bisa dikatakan jika Devan jauh lebih tampan dari Gerald. Pria itu tampak dewasa dengan sedikit jambang yang tumbuh di sekitar dagunya. Hidungnya yang mancung dan mata coklat indah miliknya. Tubuh tinggi tegap membuatnya semakin tampak mempesona.
Devan mengajak Arlla untuk lebih mendekat ke arah laut dan bermain air yang sangat jernih itu. Bahkan ikan-ikan kecil yang berenang di dalamnya pun bisa dilihat dengan jelas. "Cantik banget ikan ini" ucap Arlla dengan mata berbinar.
"Aku mau ikan itu" Tangannya menunjuk pada salah satu ikan yang berwarna ungu semburat pink yang sangat cantik di matanya. "Bentar biar aku ambilin wadah dulu di dalem" Devan berlari kecil memasuki rumahnya dan mengambil sebuah wadah kaca.
"Ambil dua Devan" ucap Arlla kegirangan saat Devan mengambil satu ikan itu dan memasukkannya ke dalam wadah yang sudah diisi air.
"Yahhh lepas" Mata Arlla menelisik untuk mencari ikan yang sama untuk dia tangkap.
"Yahh yahh ilang deh" Arlla tampak kecewa saat ikan berwarna sama mulai berenang menjauh.
"Ini ada warna hitam" ucap Devan dan menangkapnya lalu memasukkannya ke dalam wadah.
"Gamau"
"Ikannya jelek"
"Warnanya hitam kaya ikan gosong" Bibir Arlla mengerucut membuat Devan yang melihatnya ingin sekali menyosor bibir itu.
"Gapapa yang satunya cantik yang satunya lagi ganteng" ucap Devan menghibur wanitanya itu.
"Ini aku" ucap Arlla sembari menunjuk ikan cantik di dalam wadah itu. "Kalau ini kamu" Tangannya berganti menunjuk ikan yang dia bilang 'gosong'.
"Ouh jadi aku gosong gitu" ucap Devan dengan mendelik sebal.
"Hahaha iya" Wanita itu tertawa lepas melihat Devan yang kesal karena dibilang gosong olehnya.
"Aku cantik kalau kamu gosong" Arlla semakin tertawa kencang saat wajah Devan merengut sebal.
"Body shamming banget ya" Devan menganggukkan kepalanya kemudian matanya memicing setelah mendapatkan ide untuk mengerjai wanita itu.
"Nih rasain nih" Devan menggelitik perut Arlla hingga wanita itu mengadu sembari tertawa.
"Devan udah Devan"
"Geli" Tawa Arlla semakin lepas. Ia berusaha lari agar bisa terbebas dari Devan.
"Geli ya!! Nih rasain nih" Devan berlari mengejar Arlla yang berlari sembari tertawa.
"Udah cukup" Sudut mata wanita itu berair akibat terlalu banyak tertawa.
"Udah udah. Aku capek ketawa" Arlla memijat pipinya yang keram hingga bibirnya mengerucut.
Arlla duduk di atas pasir berwarna putih itu dengan kaki lurus ke depan. Ia begitu menikmati momen matahari yang mulai tenggelam. Ia sangat menyukai senja.
Devan mencium pipi kanan Arlla kemudian membaringkan tubuhnya dengan berbantalkan kaki Arlla. "Enak banget tidur disini" Arlla mencubit pinggang Devan hingga lelaki itu mengadu kesakitan.
"Sakit tau" Devan membalasnya dengan mencubit pipi putih Arlla.
"Ssstttt aku ngantuk" ucap Devan dan mulai menutup kedua matanya.
Tangan pria itu menarik salah satu tangan Arlla dan menggenggamnya dengan erat. "Kapan kamu akan mencintai aku Arlla" tanya Devan dengan mata tertutup.
"Aku gatau"
"Jangan pernah tinggalin aku ya" pinta Devan
"Aku gamau berjanji Devan. Aku takut kalau nanti aku akan mengecewakan" ucap Arlla saat teringat akan janjinya pada Gerald yang entah apakah itu akan terwujudkan atau tidak.
"Seandainya.. "
"Apa?"
"Lupakan. Aku tidak mau membahas siapapun saat momen kita berdua" Devan memeluk tangan Arlla dan menciumnya berulang kali.
Arlla bisa melihat betapa besar cinta Devan untuknya. Devan sangat mencintainya dengan tulus walaupun cara pria itu salah dalam mendapatkan dirinya. Dia terlalu memaksa untuk bisa memiliki dirinya secara utuh.
"Kamu psycho? Berkepribadian ganda? Atau... " tanya Arlla dengan hati-hati.
Devan membuka matanya dengan cepat dan menatap manik indah milik Arlla. "Kenapa kamu tanya kaya gitu?" Devan mengusap lembut pipi Arlla kemudian menciumnya dengan cepat.
"Dulu saat kamu mau culik aku. Kamu bahkan sampai melukai aku dengan menyayat kulit aku di beberapa titik"
"Tapi kamu juga bisa menjadi selembut itu dalam bertutur di depanku"
"Kamu bisa menjadi sangat pemarah saat aku berusaha kabur"
"Ada saatnya kamu akan tau" ucap Devan dan kembali menutup matanya menikmati angin sejuk di tepi pantai.
Suara deru ombak sangat indah masuk di telinganya. Kicauan burung yang berterbangan untuk kembali ke sarangnya masing-masing begitu merdu terdengar.
Awan dengan semburat oranye itu tampak memanjakan mata Arlla. Gadis itupun ikut memejamkan kedua matanya menikmati angin bertiup menerpa tubuhnya. Rambut coklatnya yang indah dan panjang berterbangan tertiup angin.
"I love you Arlla"
"Aku sangat mencintai kamu sampai akhir nafasku nanti" ucap Devan secara tiba-tiba dan memeluk pinggang ramping Arlla.
"Aku gak akan pernah rela kamu menjadi milik orang lain selain aku" Devan berulang kali mencium perut gadis itu dan semakin mempererat pelukannya.
"Hentikan Devan. Geli" Arlla menahan kepala Devan yang akan mencium perutnya lagi.
Pria itu terkadang bersikap semaunya. Bukan terkadang sih tapi lebih tepatnya selalu bersikap semaunya.