NovelToon NovelToon
Pulang / Di Jemput Bayangan

Pulang / Di Jemput Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kutukan / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:577
Nilai: 5
Nama Author: Novita Ledo

para pemuda yang memasuki hutan yang salah, lantaran mereka tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novita Ledo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Bayangan yang Mengintai

Tiga hari setelah Galih, Ratna, Rio, dan Siska memasuki Hutan Giripati, sebuah tim pencari dikirim oleh keluarga mereka. Tim ini terdiri dari lima orang—Eko, seorang ranger berpengalaman; Hana, antropolog yang tertarik pada cerita-cerita mistis hutan; Iwan, pemandu lokal yang mengenal daerah itu; dan dua polisi, Anton dan Lila, yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus hilangnya kelompok tersebut.

Saat tim pencari tiba di desa terakhir sebelum pintu masuk hutan, penduduk setempat menolak memberikan bantuan. Mereka hanya menggeleng dengan wajah penuh ketakutan, mengatakan hal yang sama, “Hutan itu tidak akan mengembalikan mereka.”

Namun, Eko bersikeras. “Kami harus mencoba. Setidaknya kami menemukan tubuh mereka.”

Dengan membawa peralatan lengkap, termasuk peta, kompas, dan GPS, mereka memasuki Hutan Giripati.

---

Jejak yang Tidak Wajar. Di dalam hutan, suasana langsung berubah. Udara terasa berat, dan suara alam seperti burung atau serangga menghilang sepenuhnya.

“Kenapa sunyi banget di sini?” tanya Lila, sambil memegang pistol di tangannya.

“Ini biasa,” jawab Eko. “Tapi kalau terlalu sunyi, kita harus lebih waspada.”

Hana memeriksa tanah di sekitar mereka. Ia menemukan bekas jejak kaki—empat pasang, kemungkinan besar milik Galih dan teman-temannya.

“Mereka pasti lewat sini,” ujarnya sambil menunjuk arah jejak tersebut.

Namun, saat mereka mengikuti jejak itu, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Bekas jejak itu tiba-tiba terhenti, seolah orang-orang yang meninggalkannya lenyap begitu saja.

“Itu nggak masuk akal,” gumam Anton.

“Tunggu, lihat ini.” Iwan menunjuk ke tanah di dekat sebuah pohon besar. Ada bekas cakaran besar di batang pohon, seperti cakar hewan raksasa.

“Di sini ada harimau?” tanya Hana, mencoba tetap tenang.

Iwan menggeleng. “Nggak ada yang segede ini.”

---

Saat mereka melanjutkan perjalanan, mereka menemukan benda-benda yang ditinggalkan oleh kelompok Galih. Sebuah kamera yang hancur setengah tertanam di tanah, sebuah botol air, dan sebuah jaket yang robek.

Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan tubuh mereka.

Hana memungut kamera yang rusak itu, berharap masih ada sesuatu yang tersimpan di dalamnya. “Kita bawa ini. Mungkin ada petunjuk.”

Saat mereka berjalan lebih jauh, Eko tiba-tiba mengangkat tangan, memberi isyarat agar semua berhenti.

“Kalian dengar itu?” bisiknya.

Dari kejauhan, terdengar suara pelan, seperti seseorang menangis.

“Siapa itu?!” teriak Anton, mencoba mencari asal suara.

“Pelan-pelan,” ujar Eko, menenangkan. “Kita dekati.”

Mereka bergerak perlahan menuju suara itu, dan menemukan seorang gadis. Tubuhnya kotor, rambutnya kusut, dan matanya kosong. Itu adalah Ratna.

“Ratna?!” Hana segera mendekatinya.

Namun, saat mereka mendekat, tubuh Ratna tiba-tiba bergerak dengan gerakan kaku, seperti boneka yang ditarik tali. Matanya yang kosong kini berubah menjadi hitam pekat.

“Kalian harus pergi,” katanya dengan suara yang bukan miliknya. “Dia tahu kalian di sini.”

“Siapa ‘dia’?!” tanya Eko, mengguncang tubuh Ratna.

Namun, tubuh Ratna tiba-tiba mengejang, sebelum terjatuh ke tanah. Dari mulutnya keluar suara tawa yang menakutkan, meskipun tubuhnya kini tidak bergerak.

---

Ketakutan mulai melanda tim pencari. Mereka memutuskan untuk mendirikan kemah sementara untuk mengatur ulang strategi.

Namun, malam itu, teror kembali datang.

Lila, yang berjaga di luar tenda, melihat bayangan besar bergerak di antara pepohonan. Ia membangunkan Anton dan Eko, tapi saat mereka keluar, bayangan itu hilang.

“Pasti ada yang mengawasi kita,” ujar Lila, gemetar.

Saat mereka kembali masuk ke tenda, mereka menemukan Hana sedang memeriksa kamera yang rusak. Dengan bantuan alat, ia berhasil mengakses sebagian rekaman.

Rekaman itu menunjukkan detik-detik terakhir Rio. Di dalam layar, terlihat bayangan hitam besar yang mendekat ke arah kamera, diikuti oleh jeritan Rio. Namun, yang paling mengejutkan adalah rekaman terakhir.

Di sana, terlihat Galih memegang kamera, memandang langsung ke arah lensa, dan berkata dengan suara pelan:

“Kalau kalian menemukan ini, kalian harus keluar. Jangan mencari kami. Jangan pernah kembali ke sini.”

Hana menutup kamera itu, wajahnya pucat.

“Kita harus pergi,” katanya dengan suara bergetar.

Namun, sebelum mereka sempat bergerak, suara langkah berat terdengar di luar tenda, diikuti oleh bunyi ranting yang patah.

“Siap-siap,” bisik Eko, mengangkat senapan.

Bayangan besar itu muncul di depan mereka. Tubuhnya hitam pekat, matanya merah menyala, dan ia berdiri diam, memandang mereka.

---

Anton menembakkan senjatanya, tapi peluru itu seperti menembus udara kosong. Sosok itu tidak terpengaruh.

“Kita nggak bisa lawan dia!” teriak Iwan, mencoba berlari.

Namun, akar-akar pohon tiba-tiba muncul dari tanah, melilit kakinya dan menariknya ke bawah. Jeritan Iwan menggema di udara, sebelum ia lenyap di balik tanah.

Satu per satu, anggota tim mulai jatuh. Lila terhempas ke pohon dengan kekuatan tak terlihat, sementara Anton mencoba melawan tapi terlempar sejauh sepuluh meter.

Kini tinggal Eko dan Hana yang tersisa.

“Kita harus keluar dari sini!” teriak Hana.

Namun, saat mereka berlari, hutan mulai berubah. Jalan setapak yang mereka lalui menghilang, digantikan oleh pepohonan yang menjulang tinggi tanpa akhir.

Sosok hitam itu muncul di depan mereka lagi, kali ini lebih dekat.

“Kalian milikku sekarang,” suaranya bergema, dingin dan mematikan.

Eko mencoba menyerang dengan pisaunya, tapi sosok itu mengangkat tangannya, dan tubuh Eko tiba-tiba terhenti di udara. Dalam sekejap, tubuhnya terhempas ke tanah, tidak bergerak lagi.

Hana, yang kini sendirian, hanya bisa menangis.

Namun, sebelum sosok itu mendekatinya, ia mendengar suara berbisik di telinganya:

“Lari… sebelum semuanya terlambat.”

Ia menoleh, tapi tidak ada siapa pun. Tanpa berpikir panjang, Hana berlari sekuat tenaga.

---

Akhir yang Tidak Pernah Jelas

Pagi berikutnya, Hana ditemukan di pinggir hutan oleh seorang petani. Tubuhnya penuh luka, dan ia tidak berhenti mengigau tentang “bayangan besar” dan “akar yang hidup.”

Saat polisi datang, mereka tidak menemukan jejak anggota tim lainnya. Hutan itu kembali seperti biasa, hanya meninggalkan misteri yang lebih dalam.

Namun, Hana tahu satu hal pasti: Hutan Giripati tidak pernah benar-benar melepaskan korbannya.

1
そして私
numpang lewat, jangan lupa mampir di after book bang
Novita Ledo: Yups, bentar yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!