NovelToon NovelToon
ALEXANDRIA CEGILKU

ALEXANDRIA CEGILKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / BTS / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu
Popularitas:967
Nilai: 5
Nama Author: story_Mawarmerah

"Berhenti deket-deket gue! Tinggalin gue sendiri, kehadiran lo cuma buat gue lebih repot!" ~ Lengkara

"Aku gak akan berhenti buat janji yang aku miliki, sekuat apapun kamu ngehindar dan ngusir aku, aku tau kalo itu cara kamu buat lindungi aku!"

###

Alexandria Shada Jazlyn ditarik kerumah Brawijaya dan bertemu dengan sosok pmuda introvert bernama Lengkara Kafka Brawijaya.
Kehadiran Alexandria yang memiliki sikap riang pada akhirnya membuat hidup Lengkara dipenuhi warna.
Kendati Lengkara kerap menampik kehadiran Alexandria, namun pada kenyataanya Lengkara membutuhkan sosok Alexandria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon story_Mawarmerah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13. Lengka, Aku Bahagia!

Elang jelas melihat bagaimana tubuh gemetar Shada. Jujur ia tersentak mungkin karena keadaan gelap tadi membuat Elang tidak bisa memperhatikan dengan seksama kondisi Shada.

“Shada, dia kenapa?”

Elang hendak mendekat, tapi di detik yang sama Lengkara membantu Shada bangkit dan tak pelak melepaskan tatapannya dari Elang. Bahkan Lengkara cukup memperlihatkan tatapan tak suka dan terganggu atas ulah Elang.

“Lengkara Shada baik-baik aja kan?”

“Menurut lo?” tekan Lengkara masih dengan tatapan menajam, tak ingin membuang waktu Lengkara pun beranjak membawa Shada bersamanya.

Meninggalkan Elang yang diam dalam keadaan heran serta serba salah juga.

Pada akhirnya permainan selesai dengan ditemukannya Shada. Ini memang sudah menjadi kesepakatan Elang dan Shada saat gadis itu dipanggil Elang untuk menjadi orang yang disembunyikan dan harus ditemukan.

Semua peserta masuk kedalam ruangannya masing-masing kecuali Shada yang dibawa Lengkara menuju UKS karena keadaan Shada. Ada satu hal yang sekiranya tidak diketahui semua orang terkait Shada jika ia adalah penderita Nyctophobia.

Yah.. Shada adalah seorang Nyctophobia yang tidak bisa berada dalam keadaan-keadaan gelap serta terhimpit dalam kurun waktu yang lama. Sebenarnya untuk kendala Shada ini tidak dikategorikan parah, di beberapa waktu Shada bisa mengatasinya hanya reaksi itu akan timbul saat Shada benar-benar seakan merasa terancam.

Mungkin ini pula alasan Shada sempat ingin sekolah di jurusan Psikolog, karena ia ingin membedah ketakutannya dan mengobati ketakutannya pula.

Lengkara mendudukan Shada pada bangkar UKS. Ia membuka tutup botol air mineral dan memberikan itu pada Shada.

“Makasih Lengka..” Shada tersenyum, keadaannya sudah terlihat membaik tapi Lengkara masih tetap dalam tatapan rumitnya.

“Kenapa?” ucap Shada setelah meneguk minuman.

“Lo masih tanya kenapa?” Lengkara mengerutkan keningnya, ia berdiri di hadapan Shada dengan memegangi kedua pinggangnya. Lengkara benar-benar terlihat marah saat rahangnya mengeras dan tatapan tajam pemuda itu yang rasanya jarang sekali ia perlihatkan.

“Kenapa mau-maunya ikutin hal bodoh kayak tadi?” Lengkara menekan kata dan Shada menunduk seketika, “lo tau? Selain bikin repot dan kesel orang lo sendiri yang kena batunya kan?”

“Iya maaf..”  cicit Shada menunduk seraya memainkan kuku-kukunya, ia bak seorang anak kecil yang tengah di marahi. Begitu pasrah dan tidak sedikit pun ingin menyanggah cerocos Lengkara.

“Lo gak harus minta maaf sama gue! Tapi lain kali fikirin diri lo sendiri dan keamanan buat diri lo Shad! Terus kenapa tadi gak nolak aja waktu lampunya dimatiin? Udah ngerasa jagoan, huh?”

“Bukan gitu..”

“Bukan gitu terus kenapa? Ujung-Ujungnya lo sendiri kan yang kesusahan!”

Shada mendongak dengan binar pengharapan pada Lengkara, “Aku udah lama gak kambuh… bahkan setahun terakhir waktu kamu pergi aku udah sering tidur sambil matiin lampu! Aku fikir aku udah bisa handel ketakutan aku Lengka… Cuma__”

“Cuma apa?” Lengkara menyela kata, tatapanya semakin menajam diantara kesal dan penasaran yang coba Lengkara redam. Sebenarnya Lengkara sudah tau dari Liliana jika Shada sudah sedikit demi sedikit mengatasi Nyctophobia nya, tapi entah kenapa di keadaan tadi Shada kambuh lagi.

Sungguh Lengkara jadi berfikir lebih terkait kejadian tadi.

“Cowok itu gak apa-apain lo kan?”

“E-Enggak, Enggak kok!” Shada menggeleng begitu rapat, “Beneran ka Elang gak apa-apain aku Lengka!” Shada menunduk kembali, memainkan kuku-kukunya sebagai habbit yang kerap Shada lakukan di waktu-waktu tertentu.

“Aku juga gak tau kenapa nyctophobia aku kambuh lagi tadi!”

Mendengar itu Lengkara diam, memperhatikan setiap gerak gerik Shada guna memindai apa ada celah kebohongan yang tengah Shada sembunyikan darinya.

Shada pun kembali mendongak hingga keduanya saling beradu iris “Ka Elang beneran gak apa-apain aku! Makasih kamu udah perhatian sama aku sampe segininya! Marah kamu aku anggap sebagai kepedulian kamu sama aku. Aku seneng kalo kamu banyak berekspresi kayak gini,” senyuman lebar Shada menjdi penutup katanya.

Seketika Lengkara memutus tatapannya dari Shada  “Gue gak marah, siapa bilang gue marah!”

“Cih…” Shada mendesis dan tersenyum melihat gelagat serba salah Lengkara. “kamu memang marah, buktinya kamu bicara sambil melotot-melotot sama aku, lubang idung kamu juga sampe kembang kempis tadi?!”

“Apa lo bilang?” Lengkara seakan tak terima.

Tapi Shada malah terkekeh, ia selalu berhasil membuat Lengkara mati kutu. Setelahnya Lengkara pun beranjak, namun di saat yang sama Shada menyergah dengan menahan tangan Lengkara hingga pemuda itu kembali berbalik.

“Maaf.. lain kali aku bakal lebih hati-hati lagi” Shada menarik kedua sudut bibirnya, ia belum melepaskan tangan Lengkara yang diam tanpa sergahan apapun.

“Lengkara asal kamu tau, meskipun kamu keliatan kejam dan marah-marahin aku kayak tadi aku justru seneng! Karena apa? Karena dengan itu aku tau kalo kamu bener-bener perduli dan perhatiin aku!”

Lengkara masih diam di posisinya. Menatap Shada dan bagaimana pendar mata gadis itu berbicara dengan binar damba padanya, lalu berkata.

“Lengka, aku bahagia!”

********

Sebuah kendaraan beroda empat terparkir pada satu rumah mewah dengan nuansa vintage menawan. Ia turun dan bergegas melangkah menuju pintu rumah dimana seorang wanita paruh baya nampak standby menunggu kehadirannya.

“Elangga kamu pasti semalaman tidak tidur bukan?”

Elang mendekat dan memeluk singkat tubuh wanita tua dihadapannya. “Hehe…. gak papa kan tidurnya diganti sekarang aja nek!”

“Mana ada kaya gitu? mandi dan sarapan dulu! Gak baik tidur dengan perut kosong”

“Iya Iya,, nenekku yang paling baik sedunia!” Elang tersenyum, lalu menatap satu pelayan yang berdiri tak jauh dari posisi neneknya. “kalo ibu udah bangun nek?”

Wanita tua bernama Damini itu tersenyum dan menatap Elang dengan tatapan rumit.

“Kamu cek saja ibumu di dalam”

“Yasudah Elang masuk duluan yah nek.. “

mengecup kening neneknya Elang pun bergegas melangkahkan kedua tungkainya menyusuri rumah.

Saat langkahnya terus berjalan untuk menaiki undakan tangga, Elang sempat-sempatnya menoleh pada koridor ruangan yang dibuat panjang dan masuk menjorok kedalam. Pria itu seketika mengurungkan niatannya untuk menaiki tangga, berakhir dengan berjalan menyusuri koridor kosong hingga kakinya berhenti pada satu pintu tertutup.

Tangan Elang terangkat menyentuh knop pintu. “Dikunci lagi?” Resahnya terdengar pilu. Kemudian Elang merogoh kunci yang ada dilaci kecil disamping pintu.

Saat pintu kamar dibuka, hal pertama yang bisa dilihat jika kamar itu adalah kamar anak bayi perempuan dengan dekorasi dan tatanan yang bisa dikatakan girly saat boneka-boneka serta bungkus kado menumpuk dijajarkan disatu sisi.

Namun tidak hanya itu, kamar ini juga dilengkapi ranjang queen size dan ternyata di tempati oleh seorang wanita di usia sekitar empat puluh tahun lebih. Yang membuat ini seakan pilu yakni penampilan sang wanita cukup memprihatinkan.

“Ibu…” cicit Elang melihat sang ibu yang sudah begitu lama tidak mengingatnya.

Lebih tepatnya wanita bernama Gayatri itu divonis mempunyai delusi serta dunianya sendiri bersama boneka kecil yang ia perlakukan bak seorang anak. Yah.. faktanya ibu Elang mengalami gangguan kejiwaan karena kehilangan anak perempuannya yang baru berusia satu tahun lebih karena insiden kecelakaan yang menewaskan suami dan membuat ia seperti ini.

“Elang disini, gimana kabar ibu?”

Tidak ada jawaban apapun dari Gayatri, wanita itu malah sibuk memeluk sebuah boneka dalam dekapannya. Itu sukses membuat Elang menitikan air mata.

“Ibu Elang selalu bilang kalo Elang bakal nemuin Caciera kan?”

Mendengar nama anaknya disebutkan Gayatri sontak menatap Elang. “Apa kamu? Kamu mau ambil anak saya?”

“E-Enggak, enggak, Elang gak akan ambil Ciera dari ibu, Elang sayang ibu sama Ciera bu!”

“Elang?” cicit Gayatri melirihkan nama Elang dengan wajahnya yang nampak tengah berfikir serta mengingat-ingat.

“Iya.. ini Elang, Elangga anak ibu! Bu.. Elang sudah besar”

“Elang sudah besar?”

Elangga mengangguk begitu rapat, cukup senang karena delusi ibunya memang terkadang bisa kembali, mungkin karena efek pengobatan tapi rasa duka dan pilu Gayatri kehilangan Caciera serta suaminya membuat Gayatri tidak bisa sepenuhnya mawas diri.

“Kalo Elang sudah besar, lalu Ciera? Caciera,,, Cier.. diamana Ciera?”

Elang memejam, mau dikata apa karena Gayatri memang seperti ini. Wanita itu kembali memeluk boneka yang pernah menjadi boneka kesayangan Caciera-nya. Adik Elang yang hilang saat kecelakaan mobil yang menimpa Gayatri.

Elang bersimpuh dengan menjatuhkan air matanya. Hati anak mana yang tidak pilu melihat sang ibu dalam keadaan demikian. Sampai ingatan Elang tertarik pada wajah seseorang. Elang membuka kedua matanya lagi lalu menatap sang ibu.

“Ibu Elang janji, Elang pasti bakal temuin Ciera secepatnya!”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!