Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Cyara duduk di salah satu bangku yang ada di taman belakang kediaman orang tuanya. Ia tak sendiri, melainkan bersama Willy calon tunangannya.
Lelaki yang akan menjadi tunangan Cyara itu memandangi gadis cantik yang terus diam sejak mereka berada di sana.
"Kamu tidak suka bertemu lagi dengan ku, Cya?", tanya Willy. Cyara menoleh singkat tanpa menjawab apa pun.
Willy menarik nafas dalam-dalam.
"Kamu ngga berubah ya, pendendam!", katanya sambil terkekeh pelan. Tapi Cyara tetap tak menyahuti mantan kekasih nya di masa remaja dulu.
"Hufff! Aku pikir beberapa tahun berlalu sudah bisa mengubah sikap keras kepala mu Cya, ternyata masih sama!", ujarnya.
"Sudah?", tanya Cya sambil berdiri akan meninggalkan bangku itu. Tapi Willy menarik gadis itu duduk kembali di sampingnya lagi.
Cyara menatap tajam pada Willy.
"Come on Cyara...sekarang kita sudah dewasa. Masa lalu kita waktu kita masih remaja ya sudah...hanya masa lalu!"
Cyara menghempaskan tangan Willy.
"Cuma Lo bilang? Hah?"
Willy sampai memundurkan kepalanya karena ia cukup terkejut mendengar suara Cyara yang cukup keras.
"Ya ...iya kan? Waktu itu kita masih cinta monyet...jadi kalau....?!''
"Lo yang monyet!", kata Cyara kesal. Bukannya membalas kata-kata kasar Cyara, Willy hanya tersenyum.
"Oke...aku minta maaf kalau dulu udah nyakitin kamu!", kata Willy lembut sambil memegang bahu Cyara. Tapi gadis itu menepisnya.
"Maaf Lo ngga merubah apa pun!", kata Cyara.
"Ayolah Cyara...bersikaplah dewasa sedikit. Oke...aku salah. Waktu itu aku masih labil!"
"Dan Lo pikir gue percaya setelah Lo dewasa begini, Lo udah waras? Bukannya Lo dari dulu suka gonta-ganti cewe? Tapi begonya gue kelewat bucin sama Lo ...hah!", Cyara tak melanjutkan ucapannya.
"Sejak aku putus dari kamu, aku sama sekali ngga pernah punya cewek Cyara! Sampai sekarang, sekalipun aku lama di luar negeri."
"Ciiih....!", Cyara berdecih karena tak percaya ucapan Willy.
"Aku udah janji sama diri sendiri ,setelah selesai kuliah di luar negeri aku kembali ke sini...buat milikin kamu, lagi!!!", kata Willy dengan sorot mata bersungguh-sungguh.
Apalagi lelaki itu mencengkeram erat lengan atas Cyara yang tak berlengan.
"Lo pikir ,gue mau?!!"
"Ya...harus mau! Karena masa depan perusahaan papi kamu, ada pada ku!", kata Willy. Melihat reaksi terkejut Cyara, Willy semakin bersemangat untuk membuat mantan kekasihnya itu kembali pada nya.
"Kondisi perusahaan papi kamu ngga baik-baik aja Cyara!", katanya pelan.
"Aku dan keluarga ku yang akan menyelamatkan perusahaan kalian!!", kata Willy.
Cyara menatap benci pada Willy.
"Terima pertunangan ini dan setelahnya kita menikah! Tapi kalau kamu ngga mau ya...itu artinya kamu akan membiarkan perusahaan papi mu bangkrut!"
"Lo....!", tuding Cyara. Tapi Willy menangkap telunjuk Cyara yang di arahkan padanya.
"Sttttt! Aku hanya ingin bertanggung jawab atas apa yang sudah ku lakukan karena mengambil milikmu yang paling berharga, Cyara!", bisik Willy begitu pelan.
Cyara melengos tak mau wajahnya berdekatan dengan Willy.
Willy meraih bahu Cyara hingga mereka duduk berdekatan. Willy kembali berbisik pelan.
"Aku minta maaf untuk hal itu. Dan sekarang...aku mohon, jangan tolak perjodohan ini!"
Cyara menepis tangan Willy yang ada di bahunya.
"Gue udah ngga ada rasa apa-apa sama Lo. Karena gue...?!"
"Tapi kalian berbeda!", Willy memutus ucapan Cyara hingga gadis itu menoleh cepat padanya.
"Lo ngga usah sok tahu!"
"Sayangnya gue udah cari tahu! Dan gue ngga yakin kalau salah satu dari kalian akan menggadaikan keimanan kalian untuk sekedar bersama!", ujar Willy.
"Lo ...!"
Saat Cyara akan kembali berbicara, maminya memanggil mereka berdua untuk bergabung.
"Cyara...Willy, ayok ke depan!", pinta mami dari Cyara. Cyara tak menyahut.
"Iya tante, kami ke sana!", kata Willy sambil tersenyum. Lalu ia meraih tangan Cyara untuk di genggam.
Cyara berusaha melepaskan tangannya dari Willy tak tak bisa.
"Seandainya kamu memang butuh waktu untuk kembali memiliki perasaan pada ku, setidaknya pikirkan perusahaan orang tua mu Cyara!", kata Willy pelan namun penuh tekanan.
Cyara melihat mata Willy juga suaranya yang berubah tegas.
Tak ada perlawanan lagi dari Cyara, Willy menggamit pinggang langsing gadis itu menuju ke keluarganya yang tengah berkumpul.
💜💜💜💜💜💜💜
Shaka melangkah cepat menuju ke kamarnya. Tata yang baru keluar dari kamarnya saja sampai terkejut karena Shaka menabrak bahunya hingga sedikit terhuyung.
"Woy....santai dong Om! Kayak lagi patah hati aja!", ledek Tata. Shaka yang tadi sudah memegang handel pintu pun menoleh pada keponakannya itu.
"Dih, beneran patah hati ya? Duh ...ciyan amat cihhh!", kata Tata terkikik. Shaka masih melotot pada keponakannya itu.
"Hiyyyyyuuuuhhh....syelem amat ituhhh melototna om...??!", ledek Tata bergidik ngeri.
"Bisa ngga sih ngga usah ngeledek gitu, cil?", tanya Shaka yang tak mungkin marah pada Tata.
"Jadi bener nih, lagi patah hati om ku yang paling ganteng heum!", Tata merangkul bahu om nya.
Tata bisa melihat amarah Shaka terlihat seperti apa ia bernafas cepat begitu. Tapi Tata berusaha untuk mendinginkan emosi om kecilnya dengan caranya sendiri tentunya ya....
"Om kenapa? Kalo butuh temen curhat ,Tata siap dengerin kok. Serius!", dengan dua buah jarinya berbentuk V.
Perlahan amarah Shaka pun mereda.
"Ya udah sini!", Shaka mengajak Tata masuk ke kamarnya lalu mendudukan gadis itu di bangku Ica.
"Seserius apa sih Om?", tanya Tata yang bingung dengan sikap om nya yang agak beda.
Bukannya menjawab ,Shaka mengambil salah satu diary Ica.
"Eh...ngga boleh buka-buka privasi orang ya Om!", cegah Tata.
"Ini biar kamu tahu masalahnya sekarang apa, Ta!",sahut Shaka. Tata mengernyitkan alisnya. Ia tahu kakaknya suka menulis diary bahkan menulis cerita. Tapi untuk membaca diary sepertinya kurang sopan bagi Tata.
Shaka membaca halaman demi halaman hingga akhirnya ia menemukan namanya tertulis di sana lalu ia serahkan pada Tata.
Mau tak mau Tata pun ikut membacanya. Gadis itu menutup mulutnya tak percaya sambil membuka lembaran demi lembaran yang lain.
Shaka memilih berdiri di depan jendela. Tata meletakkan diary Ica ke tempatnya lagi. Gadis itu mendekati om nya dan berdiri di sampingnya.
"Soal Cyara aja, belum ada jalan keluarnya. Sekarang ada masalah kaya begini???!", keluh Shaka yang meremas rambutnya.
Tata melipat kedua tangannya di dada.
"Simpel kok sebenarnya Om!", kata Tata. Shaka menoleh spontan pada gadis itu.
"Kalo Om sama kak Cya udah tahu ngga akan bisa bersama, terus mau gimana? Mau maksa kak Cya biar seiman sama kita? Apa sebaliknya, gitu?"
Shaka terdiam tak menjawab pertanyaan Tata.
"Maaf ya Om, bukan maksud belain Kak Ica. Perasaan itu kan ngga bisa di paksa. Oke lah...secara norma, apa yang Kak Ica rasain ke Om itu...eum...ngga banget deh! Tapi...balik lagi, Kak Ica juga sadar diri kok. Tata yakin, perasaan sayang kak Ica bukan mengarah ke arah sana! Dia juga ngga bakal mikir sejauh itu!"
Shaka menatap keponakannya yang baru akan genap tujuh belas tahun pertengahan tahun nanti. Meski sering menyebalkan ,tapi kali ini Shaka merasa ucapan Tata ada benarnya.
Gue yang kelewat berlebihan ya? Sekali pun Ica cinta sama gue, tapi tetap aja kan hubungan darah ini tak bisa di bawa ke arah sana???
"Udah, besok kalo ada kesempatan ketemu sama Kak Cyara obrolin baik-baik. Allah pasti bakal kasih pasangan yang terbaik buat kalian kok!"
Helaan nafas terdengar dari bibir Shaka.
"Makanya Om, kalo jatuh cinta itu cukup sepenuh hati jangan sepenuh jiwa!", Tata menepuk bahu Shaka. Pemuda itu melirik tangan Taya yang ada di bahunya.
"Apa???", Shaka sudah waspada. Biasanya Tata kan suka ....
"Seandainya ngga patah hati, om cuma sakit hati ngga sakit jiwa hahahahha!!", ujar Tata yang memilih kabur dari kamar Ica seperti yang sudah-sudah.
"Kabur????!!"
"Tata!!!", pekik Shaka. Tata yang berlari terburu-buru jutsru menabrak abinya yang ada di depan kamar Ica.
Buggghhh!
"Awshhh...Abi? Kok di sini?", tanya Tata. Abinya tersenyum tipis. Syam merengkuh bahu Tata.
"Kita ngobrol di bawah sama Eyang dan umi!", ajak Syam. Tata mengangguk pelan.
Awalnya Syam ingin berbicara pada Shaka membahas soal Ica. Tapi ternyata anak bungsunya sudah menjadi pembicara antar hati dengan Shaka. Akhirnya ia memilih mendengar obrolan Tata dan Shaka.
💜💜💜💜💜💜
terimakasih 🙏🙏🙏
Up nya masih senen kemis yooo?mm 🙈🙈
Kondangan hari ini fokus ke tulisan. Ternyata mantennya Lingga sama Galuh 😭. Soale Mak othor kan tahunya ortu si manten. Masyaallah kebetulan sekali ya 🤭. Apa besok anaknya juga bakal bernama Ganesh??? 😩😩😩
klu bibah sm shaka rasay gmn ya shaka sdh bekas cyra kasian bibah dapat sisa🤣🤣🤣🤣😆😆😆😊
.,🤣🤣🤣🤣