Bukan bacaan untuk bocil.
Blurb...
"Hem..ternyata cewek cupu ini cantik juga"
Gumam Albian, saat menanggalkan kacamata tebal dari wajah Khanza.
Demi memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Albian yang notabenenya adalah pria paling populer di kampus, sampai rela berpacaran dengan Khanza si gadis cupu dan penyendiri.
Berkat pesona yang dimilikinya. Albian berhasil membuat gadis cupu dan lugu seperti Khanza, kini pasrah berada di bawah kungkungannya.
"A-aku takut Al. Bagaimana kalau aku hamil?"
Tanya Khanza saat Albian menanggalkan kancing kemeja oversize miliknya. Namun Albian yang otaknya sudah diselimuti kabut hawa nafsu tidak mendengarkan ucapan Khanza. Meniduri gadis cupu itu adalah bagian dari taruhan mereka.
"Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja kok"
Ucap Albian sembari menelan salivanya saat melihat gunung kembar milik Khanza yang padat dan menantang.
ikuti kisah selengkapnya dengan membaca karya ini hingga selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa pria itu?!
"Dasar rakus!"
Albian yang kebetulan sedang ada di restoran yang sama dengan Khanza, sampai menggelengkan kepalanya saat melihat cara gadis itu makan.
"Syukurlah ternyata dia baik-baik saja"
Tanpa sadar Albian menarik bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman, Albian sempat Khawatir dengan keadaan gadis itu yang menghilang begitu saja. Bahkan ponselnyapun tidak bisa di hubungi lagi.
Khanza memang sudah mengganti nomer ponselnya dan tak ingin berhubungan dengan Albian atau siapapun lagi dari kampus tempatnya mengenyam pendidikan selama 4 tahun terakhir ini.
Melihat gadis yang dikhawatirkannya ada di hadapannya, Pria tampan namun minim akhlak itu bermaksud untuk menghampiri gadis yang masih berstatus kekasihnya itu.
Namun Khanza yang menyadari akan kehadiran Albian, langsung hilang selera makannya dan memutuskan untuk pergi dengan segera.
"Khanza tunggu!"
Teriak Albian namun gadis itu sudah pergi meninggalkan restoran.
"Kakak mau kemana?"
Albian ingin mengejar Khanza, namun Ameena sang adik memanggilnya.
Tujuannya datang ke restoran itu memang untuk menemani sang adik yang ingin makan di restoran tersebut, namun siapa sangka ia malah bertemu dengan Khanza.
***
"Hiks..."
Gadis itu mengusap air matanya dengan kasar, melihat Albian membuat semua kenangan buruk yang coba ia lupakan seakan bangkit kembali hingga membuat dadanya kian sesak.
Khanza terus berjalan tak tentu arah sampai semua pandangan dihadapannya tiba-tiba berubah menjadi gelap.
Bruk
Gadis itu akhirnya jatuh pingsan di tepi jalan dan tak mengingat apapun lagi.
Ketika sadar Khanza sudah terbaring di kamarnya sendiri. Rupanya saat ia pingsan tadi ada tetangganya yang kebetulan melintas jalan itu juga, dan tetangga baik itu mengantarkan Khanza pulang hingga ke rumahnya.
"Ini memalukan pah, anak itu sudah membawa aib untuk keluarga kita! Khanza akan membuat keluarga kita malu"
Samar-samar Khanza bisa mendengar orang tuanya sedang berdebat dari kamarnya. Mendengar namanya disebut, gadis itupun bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan mendekati pintu.
"Sabar mah, kita cari solusinya"
Khanza bisa melihat papanya mengelus pundak Sarah seakan sedang menenangkan wanita itu.
"Bagaimana mungkin dokter itu bilang Khanza sedang hamil sementara dia belum menikah? Mau di taruh dimana muka kita nanti?"
Deg!
Mendengar kata-kata ibu tirinya, jantung Khanza seakan mau melompat dari tempatnya. Dunia Khanza seperti berputar dan beban tubuhnya seakan terasa berat secara tiba-tiba. Khanza terjatuh tapi tidak sampai pingsan lagi.
Rupanya saat Khanza pingsan tadi, Yudi sang ayah telah memanggil dokter untuk memeriksa Khanza.
Pantas saja Khanza sering merasa pusing dan mual setiap pagi akhir-akhir ini, Khanza juga jadi suka makanan yang sebelumnya tidak pernah ia sukai.
Gadis berkaca mata tebal itu memegangi perutnya yang masih rata, rupanya apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini adalah tanda-tanda kehamilan.
"Argh.." Teriaknya kesal. Kenapa Khanza tidak menyadarinya, padahal Sarah mengandung ke tiga adiknya tepat di depan matanya sendiri, Sarah juga menunjukan gejala yang sama dengan yang Khanza rasakan saat ini ketika ia sedang hamil.
"Bagaimana mungkin ini terjadi?"
Batin Khanza dengan air mata yang kembali berderai.
"Arggh dasar Albian badjingan!"
Khanza baru menyadari saat ia melakukan kesalahan satu malam dengan Albian, mereka tidak menggunakan pengaman apapun.
Brak
Khanza masih shock dengan keadaannya sendiri, serta berusaha mencerna apa yang sedang terjadi kepadanya ketika pintu kamarnya itu di buka dengan kasar.
"Dasar anak tidak tahu diri! Katakan siapa pria itu?"
Tanya Yudi papa Khanza dengan rahangnya yang mengeras. Karna terus mendapat hasutan dari istrinya, Yudi jadi terpancing juga emosinya.
"Katakan Khanza? Siapa pria brengsek yang menghamilimu itu?"
Tanya Yudi lagi, kali ini ia sambil mencengkram rahang anak gadisnya.
Khanza yang malang hanya bisa terdiam, tak mampu menjawab pertanyaan sang ayah.
#Hallo teman haluku, jangan lupa like, komen and sajennya ya. Makasih ^^