800 setelah perang nuklir dahsyat yang melibatkan Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok, dunia telah berubah menjadi bayangan suram dari masa lalunya. Peradaban runtuh, teknologi menjadi mitos yang terlupakan, dan umat manusia kembali ke era primitif di mana kekerasan dan kelangkaan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Di tengah reruntuhan ini, legenda tentang The Mockingbird menyebar seperti bisikan di antara para penyintas. Simbol harapan ini diyakini menyimpan rahasia untuk membangun kembali dunia, namun tak seorang pun tahu apakah legenda itu nyata. Athena, seorang wanita muda yang keras hati dan yatim piatu, menemukan dirinya berada di tengah takdir besar ini. Membawa warisan rahasia dari dunia lama yang tersimpan dalam dirinya, Athena memulai perjalanan berbahaya untuk mengungkap kebenaran di balik simbol legendaris itu.
Dalam perjalanan ini, Athena bergabung dengan kelompok pejuang yang memiliki latar belakang & keyakinan berbeda, menghadapi ancaman mematikan dari sisa-s
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Jejak yang Terlupakan
Athena melangkah hati-hati melalui jalur sempit yang disarankan oleh Father Gideon. Hujan asam yang baru saja reda meninggalkan tanah yang licin dan berbau, seakan dunia ini terus mengingatkan dirinya tentang kehancuran yang pernah terjadi. Setiap langkah terasa berat, beban yang lebih dari sekadar perjalanan fisik; itu adalah beban harapan yang dipikulnya. Peta di tangannya kini menjadi satu-satunya petunjuk, satu-satunya harapan bahwa ia bisa menemukan Relic dan mengungkapkan kebenaran yang terkubur dalam legenda itu.
Jalur yang diberi Gideon itu berkelok-kelok melalui hutan yang lebat, jauh dari jalur utama. Athena merasakan perubahan suasana yang berbeda—bukan hanya karena jalannya yang lebih sulit, tetapi juga karena keheningan yang mengisi udara. Tidak ada suara binatang, hanya desahan angin yang berdesir di antara dedaunan yang layu. Ada sesuatu yang aneh di tempat ini, seperti dunia yang telah terlupakan oleh waktu.
---
Peta itu membimbing Athena ke sebuah lembah yang dalam, di mana batu-batu besar tergeletak seperti sisa-sisa kota purba. Sebuah reruntuhan besar berdiri di tengah lembah itu—sebuah struktur yang terlihat seperti kuil, namun telah dimakan waktu dan kehancuran. Tembok-temboknya retak, dan tanaman liar menjalar ke segala arah, menutupi sebagian besar pintu masuknya. Athena menatapnya sejenak, merasakan getaran aneh di dadanya. Tempat ini, entah mengapa, terasa familiar—seperti bagian dari masa lalu yang terlupakan.
Athena mendekati reruntuhan itu dengan hati-hati, matanya mengawasi setiap sudut. Dengan tekad, ia memanjat dinding yang retak itu, berusaha menemukan jalan masuk. Setelah beberapa menit, ia berhasil masuk ke dalam, menemukan dirinya berdiri di sebuah ruangan besar yang penuh dengan reruntuhan dan puing-puing dari masa lalu. Namun, di tengah-tengah ruangan, terdapat sebuah patung besar yang tampak seperti seseorang yang tengah mengangkat tangan ke langit—sebuah simbol harapan yang terukir di wajahnya.
Patung itu, meski rusak, memancarkan aura misterius, dan Athena merasa sebuah dorongan untuk mendekat. Ia berjalan menuju patung itu, menyentuh permukaan batu yang dingin dan kasar. Pada dasarnya, itu adalah patung wanita—dan sesuatu dalam dirinya mengingatkan Athena pada gambaran legenda The Mockingbird yang telah diceritakan kepadanya.
Tiba-tiba, sebuah suara berat menggema di ruangan itu.
"Jangan sentuh itu."
Athena terkejut dan menoleh. Dari bayangan, seorang pria besar muncul, mengenakan pelindung logam dan membawa senjata panjang yang terikat di punggungnya. Mata pria itu tajam dan penuh kecurigaan, seolah-olah ia telah menunggu kedatangan Athena.
"Siapa kau?" Athena bertanya dengan waspada.
"Aku yang menjaga tempat ini," jawab pria itu dengan suara serak, matanya tidak lepas dari patung yang sedang Athena amati. "Ini adalah tempat yang dilupakan oleh banyak orang, dan aku adalah satu-satunya yang tinggal untuk menjaga agar rahasia itu tidak bocor."
Athena mengerutkan kening. "Rahasia? Apa maksudmu?"
Pria itu mendekat, perlahan. "Kau mencari Relic, bukan? Kau pikir kau bisa menemukan kebangkitan di sini. Tapi kau salah. Ini bukan tempat untuk orang yang tidak tahu apa yang mereka cari."
---
Athena merasa ketegangan semakin meningkat. "Aku datang untuk mencari kebenaran. Puncak Relic—aku harus menemukannya. Itu adalah satu-satunya cara untuk membawa dunia ini kembali ke jalurnya."
Pria itu tertawa dingin. "Kebenaran? Kau tidak tahu apa yang kau katakan. Relic bukanlah tempat yang bisa membangkitkan harapan, itu adalah tempat kehancuran. Aku telah melihat banyak orang datang dan pergi, mencari sesuatu yang mereka tidak mengerti."
Athena merasakan dorongan untuk berbicara, untuk meyakinkan pria ini bahwa ia tidak salah, bahwa harapan masih bisa ditemukan di tempat yang gelap sekalipun. Namun, saat ia melangkah maju, pria itu mengangkat tangannya.
"Jika kau benar-benar ingin tahu, maka kau harus melewati ujian ini," katanya sambil menunjuk ke patung di tengah ruangan. "Patung itu adalah kunci, dan untuk melanjutkan perjalanan, kau harus mengungkapkan rahasia yang tersembunyi di dalamnya."
Athena menatap patung itu dengan cermat. Ada sesuatu yang tersembunyi di dalam matanya, seolah-olah patung itu memandangnya. Kemudian, dengan suara rendah, pria itu berkata, "Untuk membuka rahasia Relic, kau harus mengingat kembali masa lalu, mengenali siapa dirimu sebelum dunia ini hancur. Apa yang kau cari bukan hanya kebangkitan, tetapi juga kebenaran tentang siapa yang bertanggung jawab atas kehancuran ini."
Athena terdiam. Kata-kata pria itu menembus dirinya seperti petir. Selama ini, ia berjuang dengan gagasan bahwa Relic bisa menyelamatkan dunia, tapi kini ia menyadari bahwa itu bukan hanya soal kebangkitan. Ini tentang menghadapi kebenaran yang menyakitkan, sesuatu yang lebih besar dari sekadar harapan.
---
Pria itu menatap Athena dengan tajam. "Apa yang akan kau lakukan sekarang? Akan teruskah kau berjalan meski tahu bahwa jalan yang kau pilih bisa membuatmu terperangkap dalam kegelapan yang lebih dalam?"
Athena merasa kebingungannya mulai terurai. “Aku tidak tahu apa yang akan aku temui, tetapi aku tahu bahwa aku tidak bisa mundur sekarang. Tidak setelah semuanya yang sudah terjadi.”
Pria itu mengangguk, seolah menyetujui keputusan Athena. "Baiklah. Jika kau siap, aku akan membantumu. Tapi ingatlah, ujian ini bukan tentang mengalahkan lawan, melainkan mengungkapkan kebenaran dalam dirimu sendiri."
Athena menarik napas dalam-dalam dan mendekatkan dirinya pada patung itu. Dengan hati yang berdebar, ia merasakan sesuatu yang aneh terjadi. Sebuah kekuatan misterius mengalir dari dalam patung, masuk ke dalam dirinya. Suatu gambar samar muncul di benaknya—gambar dunia sebelum kehancuran. Dunia yang penuh dengan harapan, teknologi, dan kebahagiaan. Dan dalam gambar itu, ia melihat dirinya—sebagai bagian dari masa lalu yang lebih besar, terhubung dengan sesuatu yang jauh lebih tua daripada apa yang ia bayangkan.
---
Tiba-tiba, ruangan itu berubah. Langit menjadi gelap, dan Athena terlempar ke dalam mimpi buruk masa lalu. Dia melihat ledakan besar, kehancuran dunia yang tidak dapat dipahami, dan di tengah-tengah itu, ia melihat sosok yang mengendalikan semuanya—sosok yang sangat familiar.
Athena terjatuh ke tanah, terbata-bata. Suara pria itu kembali terdengar di telinganya. "Inilah ujianmu. Hadapilah kebenaranmu, Athena. Hanya dengan itu, kau bisa melanjutkan perjalanan ini."
Athena merasa pusing, jantungnya berdebar hebat. Ia mencoba berdiri, menatap patung itu sekali lagi. Kini, patung itu memandangnya dengan mata yang lebih hidup, seolah menunggu jawabannya.
---
Athena tahu bahwa perjalanan ini tidak hanya akan mengungkap dunia yang hancur, tetapi juga dirinya sendiri. Kebenaran yang ia cari mungkin lebih berat dari apa yang ia bayangkan. Namun, satu hal yang pasti: ia tidak bisa mundur. Karena jalan yang penuh kegelapan ini, entah bagaimana, adalah satu-satunya cara untuk menemukan harapan yang tersembunyi di dalamnya.
---