Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7. Gerbang Dimensi
Kael tidak perlu waktu lama untuk menyadari bahwa kristal biru di tangannya bukan hanya pemberi visi, tetapi juga kunci menuju dunia-dunia lain. Ketika ia menggenggamnya lebih erat, ia merasakan denyutan energi yang seolah memandu langkahnya. Di hadapannya, ruang mulai terdistorsi, menciptakan lingkaran bercahaya yang tampak seperti cermin air.
Gerbang pertama telah terbuka.
Namun, sebelum ia melangkah ke dalam, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Kael menoleh dan mendapati sekelompok penyintas yang telah ia bantu berdiri dengan wajah bingung.
"Ke mana kau akan pergi?" tanya wanita muda yang sebelumnya berbicara dengannya. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang tulus.
Kael tersenyum lemah. "Aku harus pergi. Dunia ini mungkin sudah aman untuk sekarang, tapi ada dimensi lain yang membutuhkan bantuan. Ini bukan akhir dari tugas ini."
Salah satu pria tua dari kelompok itu maju. "Kami tidak akan melupakan apa yang kau lakukan untuk kami, Kael. Kau memberi kami harapan."
Kael hanya mengangguk, merasa kata-kata tidak cukup untuk menjelaskan beban yang ia pikul. Ia memutar tubuhnya kembali ke arah gerbang, menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah masuk.
Rasanya seperti terjatuh tanpa akhir, tetapi sekaligus seperti melayang dalam keheningan. Ketika Kael akhirnya membuka matanya, ia menemukan dirinya di tempat yang sangat berbeda dari dunia asalnya. Langitnya berwarna biru tua dengan tiga bulan menggantung seperti permata, dan tanahnya dipenuhi tanaman bercahaya yang memancarkan cahaya lembut.
Namun, meski tempat ini tampak damai, Kael merasakan sesuatu yang tidak beres. Udara di sekitarnya terasa berat, penuh dengan energi yang tidak harmonis. Di kejauhan, ia melihat sebuah kota yang runtuh, dikelilingi oleh reruntuhan teknologi yang terlihat jauh lebih maju daripada apa pun yang pernah ia lihat sebelumnya.
"Ini bukan dunia yang biasa," gumamnya.
Ketika ia berjalan menuju kota itu, Kael mulai menyadari bahwa tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya. Semua bangunan terlihat kosong, tetapi tidak sepenuhnya ditinggalkan. Ada tanda-tanda perlawanan—lubang di dinding, senjata-senjata yang tergeletak di tanah, dan kendaraan yang ditinggalkan seolah-olah orang-orang di sini telah melarikan diri dengan panik.
Kael mendekati salah satu kendaraan yang tampak seperti kereta baja melayang. Ia memeriksa bagian dalamnya dan menemukan sesuatu yang membuatnya tertegun: hologram yang masih aktif, memutar rekaman terakhir pemiliknya.
Seorang pria dengan seragam putih muncul, wajahnya dipenuhi kepanikan. "Jika kau menemukan pesan ini, tolong sampaikan bahwa kami melawan sesuatu yang tidak bisa kami pahami. Energi dari Celah terus menyebar, dan makhluk-makhluk itu… mereka mengambil bentuk dari ketakutan kami sendiri. Tidak ada tempat yang aman. Kami mencoba menutupnya, tapi…"
Rekaman itu terputus dengan suara ledakan, meninggalkan Kael dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
"Celah," gumamnya. "Apakah ini pekerjaan Nyx? Atau sesuatu yang lain?"
Saat Kael melanjutkan perjalanannya ke dalam kota, ia mulai merasakan kehadiran sesuatu yang mengintai. Bayangan-bayangan di sudut-sudut jalan tampak bergerak, meski tidak ada angin.
"Kau di sana!" Kael memanggil dengan lantang, mencoba mengusir rasa takut yang mulai menggerogoti dirinya. "Aku tahu kau ada di sini. Tunjukkan dirimu!"
Awalnya tidak ada jawaban, tetapi kemudian, dari salah satu gang gelap, muncul sosok yang tampak seperti manusia namun dengan tubuh yang tidak sepenuhnya solid. Bayangan itu bergerak dengan canggung, seperti sedang mencoba memahami bentuknya sendiri.
"Siapa kau?" tanya Kael, mempersiapkan diri untuk bertarung jika diperlukan.
Bayangan itu tidak menjawab, tetapi ketika ia melangkah maju, Kael bisa melihat bahwa wajahnya berubah-ubah, mencerminkan berbagai ekspresi ketakutan dan rasa sakit.
"Apa ini?" bisik Kael.
Tiba-tiba, bayangan itu melompat ke arahnya dengan kecepatan yang luar biasa. Refleks Kael mengambil alih, dan ia mengangkat tangannya untuk menciptakan perisai cahaya biru. Serangan bayangan itu terpental, tetapi dampaknya cukup untuk membuat Kael terdorong mundur beberapa langkah.
Makhluk itu tidak menyerah; ia terus menyerang dengan cara yang semakin agresif. Kael, meskipun lelah, membalas dengan semburan cahaya dari kristalnya, yang akhirnya berhasil menghancurkan makhluk itu menjadi kabut gelap yang perlahan memudar.
Namun, Kael tidak sempat beristirahat. Dari gang lain, lebih banyak makhluk serupa muncul, jumlah mereka jauh lebih banyak dari yang ia perkirakan.
"Ini buruk," katanya pada dirinya sendiri, bersiap untuk pertempuran panjang.
Namun, sebelum makhluk-makhluk itu bisa menyerangnya, sebuah ledakan besar menghantam tanah di depan mereka, memaksa mereka untuk mundur. Dari atas salah satu gedung, seseorang melompat turun dengan kecepatan luar biasa, mendarat dengan anggun di depan Kael.
Itu adalah seorang wanita dengan rambut perak panjang yang memancarkan cahaya samar. Ia mengenakan baju tempur yang tampak canggih, lengkap dengan senjata besar di punggungnya.
"Jika kau ingin bertahan hidup, ikut aku," katanya dengan suara dingin namun tegas.
Kael menatapnya, bingung. "Siapa kau?"
Wanita itu tidak menjawab langsung. Ia menarik Kael ke tempat yang lebih aman sebelum makhluk-makhluk itu bisa mengejar mereka. Ketika mereka akhirnya berhenti di dalam sebuah bangunan yang tampak seperti bekas markas militer, wanita itu berbalik.
"Namaku Ceryn," katanya, menatap Kael dengan tajam. "Aku salah satu dari sedikit yang tersisa di dunia ini. Dan jika kau ada di sini, berarti kau tahu sesuatu tentang Celah yang menghancurkan dunia kami."
Kael mengangguk perlahan. "Aku datang untuk menutup Celah itu. Tapi aku membutuhkan jawaban."
Ceryn menyipitkan matanya. "Jawaban? Kau mungkin tidak menyukai apa yang akan kau temukan. Celah ini adalah sesuatu yang lebih besar dari sekadar kehancuran dunia kami. Ia adalah bagian dari siklus yang tidak pernah berakhir—siklus yang melibatkan kegelapan seperti Nyx dan banyak lagi."
Kael merasakan beban baru di bahunya. Apa pun yang ada di balik Celah ini, ia tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai.
Kael memandangi Ceryn dengan tatapan serius. Kata-katanya bergema di pikirannya: siklus yang tidak pernah berakhir. Apa yang sebenarnya dimaksud oleh wanita ini? Ia merasakan sesuatu yang jauh lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang bahkan melebihi kehancuran dunianya sendiri.
"Jika kau tahu tentang Celah," Kael berkata dengan nada hati-hati, "maka kau juga tahu cara untuk menghentikannya."
Ceryn menyilangkan tangan, wajahnya menunjukkan keraguan. "Tidak semudah itu. Banyak yang telah mencoba, termasuk aku sendiri. Tetapi setiap kali kami mencoba menutupnya, sesuatu yang jauh lebih berbahaya muncul.Celah ini adalah bagian dari sesuatu yang disebut Jaring Dimensi, dan jika kau menghancurkannya dengan cara yang salah, kau bisa memicu keruntuhan semua dimensi yang terhubung."
Kael menghela napas panjang. "Kalau begitu, kita tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa membiarkan dimensi ini—atau dunia lain—terus dihancurkan oleh makhluk-makhluk itu."