Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Lima
Selesai makan malam, Anin kembali ke kamarnya, ponsel Anin berdering, nampak sebuah nomor baru menelepon Anin. Kala yang melihatnya sedikit tidak suka melihat Anin mendapat telepon dari nomor yang tak di kenal. Anin mengangkatnya di depan Kala.
"Halo?" ucap Anin.
"Hallo Anin?" Sapa seseorang di balik telepon
"Iya, ini siapa?" tanya Anin.
"Anin, ini Bima," jawab Bima.
"Eh, kamu Bim. Ada apa, Bim?" tanya Anin
"Anin, bisa bertemu sebentar besok? Ada yang ingin aku bicarakan. Ini penting sekali," ucap Bima yang jauh di sana.
"Emm ... Iya bisa, di mana?" tanya Anin.
"Di cafe yang dekat dengan restoran seafood kemarin waktu kita ketemu," ucap Bima.
"Oke, jam 2 siang aku ke sana," ucap Anin.
"Baiklah, aku tunggu, kamu memang temanku yang paling baik, Anin," puji Bima.
"Kebiasaan kalau ada maunya! Dari dulu kamu tidak pernah berubah, datang selalu ada maunya!" sembur Anin.
"Kamu bisa saja, Anin, ya sudah, barangkali kamu sibuk dengan suamimu, sudah dulu, ya?" Pamit Bima.
"Oke, sampai jumpa besok," ucap Anin sambil menutup teleponnya.
Kala terlihat masam wajahnya, dia menatap lekat Anin yang meletakan kembali ponselnya. Kala mendekati Dava dan mengajak bermain Dava untuk menenangkan hatinya yang gundah gulana melihat Anin menerima telepon dari Bima.
Dava memang menjadi obat galau untuk mereka, saat Anin di buat sedih dan bingung dengan sikap Kala, dia memilih bermain dan bercanda dengan Dava. Dava menjadi pengobat hati gundah mereka.
"Ken, lihat mamahmu, dia bahagia sekali habis menerima telepon dari cowok. Seperti anak SMA saja ya, mamahmu? Pakai acara ketemuan segala besok di cafe," ucap Kala pada Dava.
"Ken, papahmu itu sedang galau, mamah janjian sama cowok. Besok temani mamah ya, Ken? Kita main sama Om Bima," ucap Anin sambil mencium pipi Dava yang menggemaskan. Gelak tawa Dava terdengar membuat mereka terhibur.
"Ken, papah boleh ikut tidak?" tanya Kala pada Dava. Dava hanya tertawa riang karena Kala terus mengajak bercanda Dava.
"Papah gak boleh ikut ya, Dav? Kita kan hanya berdua saja perginya," ucap Anin. Anin sengaja membuat Kala marah dan bertambah galau.
"Rasain kamu, Kala. Sesekali buat dia bucin seperti itu. Jangan aku terus yang dibuat bucin dan galau oleh dia," gumam Anin.
"Gak, gak akan aku biarkan Anin menemui Bima sendirian!" geram Kala dalam hatinya.
"Dav, besok papah ikut ya? Janji deh papah gak akan ganggu mamah dengan cowoknya. Papah nanti mainan sama Dava saja, ya? Biar mamah berbicara sama siapa tadi, om siapa Dav? Oh iya om Bima." Kala berbicara setengah menekam karena dia kesal dengan istrinya.
"Yakin papah mau ikut? Nanti di sana cemburu lihat mamah dengan Om Bima?" ucap Anin.
"Kan papah sama Dava, ya? Jadi kan mamah biar bicaranya nyaman dengan Om Bima. Oke?" Kala mengajak tos dengan Dava, Dava sangat semangat menyambut tangan Kala yang mengajaknya tos.
"Oke, besok papah boleh ikut, papah sama Dava saja biar gak ganggu mamah. Ok, Pah?" ucap Anin.
Anin dan Kala bercanda dengan Dava. Hingga Dava merasa mengantuk dan dia tiduran di atas dada Kala. Kala mengusap kepala Dava dengan sayang dan mencium kepalanya, perlahan Dava memejamkan matanya dan tertidur lelap di atas dada Kala.
"Kala, Dava sudah tidur, sini pindahin di sini," tutur Anin sambil mengangkat tubuh mungil Dava dari atas dada Kala.
"Biar nanti saja, dia masih nyaman tidur di sini," jawab Kala.
"Hmm ... mamah harus tidur di bantal dong, Dav? Kamu tidur di dada papah?" Ucapan itu tiba-tiba lolos dari mulut Anin.
"Tadi bilang apa?" tanya Kala dengan senyum penuh kemenangan.
"Gak, gak bilang apa-apa. Ya sudah aku mau tidur," jawab Anin.
"Sabar, nanti Dava aku pindahin di sini, aku tidak akan memberikan tempat ternyamanmu ini untuk siapapun, hanya untuk kamu dan Dava." Ucap Kala tanpa dosa, padahal hatinya masih menggantung dan masih bergantung dengan Sandra.
"Yakin?" tanya Anin.
"Yakin." Jawab Kala tegas.
"Kalau Sandra kembali?" tanya Anin.
"Jangan bilang seperti itu, Anin," ucap Kala.
"Apa kamu akan kembali bersamanya?" tanya Anin.
"Dia sudah menikah, Anin," ucapnya dan terlihat raut wajah yang galau ketika mendengar nama Sandra.
"Iya, tapi suaminya tak menerimanya dengan baik, dan kerap sekali melakukan kekerasan pada Sandra. Ada kemungkinan dia kembali lagi padamu?" Tanya Anin. "Kalau memang itu terjadi, kamu memilih kembali padanya, hatiku sudah siap kehilangan kamu, Kala," imbuh Anin.
"Anin, please ... jangan bilang seperti itu lagi," ucap Kala.
"Aku bilang sesuai dengan kenyataan, Kala. Sudah jangan bahas ini, membahas ini tidak ada ujungnya, Kala. Kita nikmati saja alurnya. Jika kita memang ditakdirkan bersama, kita akan terus bersama, tapi kalau tidak. Ya sudah aku tidak tahu nanti bagaimana," tutur Anin.
"Maafkan aku, Anin. Aku belum bisa seutuhnya memberikan hati ini untukmu," ucap Kala.
"Iya, aku tahu, Kala. Aku tidak terlalu mengharapkan itu. Aku takut kecewa, aku ingin menikmati alur kehidupanku ini saja, Kala." ucap Anin dengan menahan sakit di hatinya.
"Iya, Anin. Anin pindahkan Dava di tempat tidur. Sepertinya dia sudah pulas sekali tidurnya," ucap Kala. Anin dengan segera memindahkan Dava ke tempat tidur.
Kala beranjak dari tempat tidur Anin lalu dia ke kamar mandi membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Kala keluar dari kamar mandi dan mendekati Anin yang sedang duduk di tepi ranjang.
"Anin aku tunggu di kamar," ucap Kala.
"Tapi, Dava?" tanya Anin.
"Biar bibi yang menemani," ucap Kala. Anin mengerucutkan bibirnya. Dia berhasil membuat Kala tergoda dengan bibirnya yang sexy.
Kala memagut habis bibir Anin yang manis, dan Anin membalas pagutan Kala. Bibir mereka saling bertaut, dan saling membelit lidah mereka.
"Uhmp ...," leguhan pirih lepas dari bibir Anin.
"Sudah sana bersihkan dulu badanmu di kamar mandi, aku tunggu di kamar, dan aku akan panggil bibi," ucap Kala.
"Iya." Jawab Anin dengan detak jantung yang masih tidak beraturan.
"Ya Tuhan, baru di sentuh dia seperti ini saja hasrat ini langsung membuncah," gumam Anin sambil melangkah ke kamar mandi
"Gila, dia begitu cepat membangunkan juniorku hanya dengan mengerucutkam bibir seksinya saja. Tahan ya dek, bentar lagi kamu bertemu dengan tempat yang kamu sukai," gumam Kala dalam hati sambil mengatur napasnya yang masih tak beraturan.
Kala sudah berada di kamarnya, dan Bi Imah juga sedang berjalan menuju kamar Anin untuk menemani Dava. Bi Imah sudah seperti teman mereka. Walaupun usianya sudah 50 tahun lebih, dia sangat mengerti majikannya yang sedang hangat-hangatnya. Walaupun cinta itu belum tumbuh dan bersemi di hati mereka. Anin keluar dari kamar mandi, dia melihat Bi Imah masuk ke kamarnya, dengan membawakan secangkir jamu untuk Anin. Seperti biasa tiga hari sekali Bi Imah rutin membuatkan jamu untuk Anin.
"Mba Anin, jamunya di minum dulu, masih hangat itu," ucap Bi Imah dengan memberikan jamu pada Anin.
"Terima kasih, Bi. Jamu bibi the best banget deh pokoknya. Anin tubuhnya jadi enteng dan energik terus ini, Bi," ucap Anin, dia meneguk habis jamu buatan Bi Imah dan meminum jahe manis hangat agar menghilangkan rasa pahit di tenggorokannya.
"Joss kan jamu buatan Bibi? Tuan Kala saja sampai ketagihan minta terus sama mba Anin. Tenang, kalau tuan Kala minta tiap malam bibi tidur dengan Dava gak apa-apa, Mba," ucap Bi Imah
"Bibi bisa saja, titip Dava ya, Bi? Nanti kalau nangis panggil Anin saja," ucap Anin
"Siap, mba. Buatkan Dava adek ya?” ucap Bi Imah dengan terkekeh.
Anin tersenyum mendengar kata-kata bi Imah. Dia berjalan menuju kamar Kala. Dia membuka pintu lalu masuk ke dalam kamar Kala, dia mengunci pintunya dan Kala langsung memeluk Anin dari belakang dengan bertelanjang dada.
"Kala?! Mengagetkan saja kamu?!" ucap Anin. Kala membalikan tubuh Anin agar menghadapnya, dia menyandarkan tubuh Anin ke pintu kamarnya, dia mencium lembut bibir manis Anin, Kala memainkan lidahnya di dalam mulut Anin, Anin membalasnya dan menikmatinya.
"Hmmpp ... " Lenguhan Anin terdengar dan membuat Kala tambah semangat melakukan kegiatannya itu.
Tangan Kala mulai membuka kancing piyama Anin satu-persatu hingga terlepas semuanya.
Ciuman Kala turun perlahan ke leher jenjang Anin, dia memberikan tanda kepemilikan di leher Anin. Desahan lirih lolos dari mulut Anin saat Kala menciumi leher Anin.
"Kala .... Uhmmp ...." Anin meracau menikmati apa yang Kala lalukan. Kala dengan semangat malakukannya hingga membuat Anin di mabuk kepayang.
Kala membawa Anin ke ranjangnya, dan melakukan aktivitas yang menyenangkan di atas ranjangnya.
"Kala .... Ahhh ...."
"Terus seperti itu, Anin ... Hmmmpp ..."
Kala semakin tidak tahan mendengar desahan manja yang keluar dari mulut Anin. Kala melakukannya dengan cepat hingga Kala tidak bisa menahan hasratnya.
"Anin akhh ...."
"Lebih cepat, Kala, aku suka," Racau Anin semakin tidak karuan.
"Anin, aku ... Uhmm ...." Kala mengeluarkan semua cairan kenikmatannya di dalam rahim Anin.
"Kala, love you." Ucapan itu tak sengaja lolos dari bibir Anin, saat Anin merasakan orgasme yang ke sekian kalinya. Kala benar-benar membuat Anin gila malam ini.
Kala mendengar ucapan itu, ia tidah tahu harus membalas apa, hatinya masih berpihak pada Sandra. Anin pun sedikit malu tadi kelepasan mengucapkan itu. Ia memilih diam melupakan apa yang sudaj ia ucapkan tadi.
Nafas mereka masih memburu tak karuan. Kala membenamkan wajahnya di dada Anin. Anin mengusap lembut kepala Kala yang bersandar di dadanya. Kala belum puas, dia menginginkan lagi pada Anin. Dan Anin mengiyakan permintaan Kala. Mereka kembali bermain lagi hingga berkali-kali. Dan mereka sama-sama menikmati permainannya malam itu.
semangat