Semenjak kandungan Andini menginjak usia tiga bulan, dia sering muntah darah dan kata dokter itu karena dia sama sekali tidak ada makan nasi sehingga asam lambung jadi naik.
bau mulut nya juga membuat Hendra sangat bingung, tubuh Andini juga kurus kering seperti tengkorak. hingga Hendra pun memutuskan untuk pulang kedesa nya saja.
Bagai mana kisah mereka?
Mampu kah Hendra membawa istri nya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Gantung diri
Andini merasa tubuh nya agak enakan maka segera kedapur untuk membuat kan makanan untuk suami tercinta, kasihan selama ini hanya makan masakan dari pembantu mereka dan kata Hendra kurang cocok di lidah. pada dasar nya Hendra memang apa apa harus sentuhan tangan istri, semua apa pun bergantung pada Andini yang lemah lembut.
Baju saja yang mau di pakai hari hari harus lah pilihan Andini, kalau tidak maka akan merajuk dan merasa tidak di perhatikan. maka nya Andini kalau agak enak sedikit langsung masuk atau membuat sesuatu agar Hendra senang, yang paling penting adalah ranjang harus selalu hangat agar tidak masuk ulat bulu lain.
Mana hari ini dia juga bermalas malasan di rumah dan terus saja mengekori istri nya, Hendra sangat senang dengan kondisi Andini perlahan membaik. rasa cemas hilang akan hal hal yang tidak baik, padahal bila memang lemas dan muntah darah ini terus berlanjut maka dia akan memaksa Andini pulang menemui Purnama.
"Saya bantu, Bu." Wati tidak enak bila cuma diam saja.
"Tidak usah, kamu bersihin rumah saja." tolak Andini yang sedang mencuci bayam.
"Baik lah, kalau begitu saja pel rumah dulu." Wati segera pergi dari dapur.
"Pel semua nya ya, cepet keringkan ya karena saya takut terpeleset." pinta Andini.
"Baik, Bu." Wati menjawab dari kejauhan.
Menu yang akan di buat nya adalah sayur bayam dan juga sambal ikan tongkol, makanan kesukaan Hendra memang. Andini mencuci bayam sambil bernyanyi kecil karena hati yang begitu riang, siapa siapa bahwa setelah pahit nya hidup yang dia alami di masa lalu, kini dia sudah bahagia bersama pria baik.
"Allahu akbar!" Andini kaget karena ada lintah besar di sayur bayam barusan.
Cepat di bolak balik lagi untuk mencari hewan berwarna hitam berlendir itu, tapi sudah tidak ada lagi. sampai Andini menumpahkan bayam dan memberi garam juga, tapi lintah memang sama sekali tidak ada.
"Apa aku salah lihat ya? tapi tadi kok seperti sungguhan." heran Andini menarik nafas berat.
Tidak ingin larut dalam halusinasi nya, Andini pun selesai mencuci bayam lalu memotong jagung untuk di jadikan campuran juga. walau dalam hati masih bertanya tanya, kemana pergi lintah hitam yang sangat besar tadi.
"Hueeeek."
"Hemmm mual lagi." keluh Andini menuju kamar mandi.
Cepat pintu di tutup agar tidak terdengar oleh Hendra yang sedang menonton televisi acara favorit nya, sehingga tidak dengar kalau Andini muntah muntah lagi di dalam kamar mandi mereka.
"Hueeeek, Hueeeek."
Byuuuur.
Darah bagai kan air dari dalam gelas yang di tuangkan dari mulut Andini, kali ini tidak bulat bulat melainkan cair seperti air biasa. warna nya juga tidak sehitam kemarin, tapi di lambung terasa sangat perih sekali.
"Haaaahhhh, perih sekali lambung ku." keluh Andini cepat menyiram muntah nya.
Setelah di siram bersih baru lah dia memakan obat lambung yang dokter berikan, tapi teras ada sesuatu yang bergerak gerak di dalam mulut nya. cepat Andini mengambil kaca untuk melihat apa itu, betapa kaget nya wanita hamil ini karena yang melekat pada lidah itu adalah lintah hitam.
"Aaaagkkh!"
"Ya allah apa ini?!" Andini membatin sambil cepat mengambil lintah itu.
Lintah sangat sulit untuk di ambil atau di pegang oleh tangan kurus nya, membuat Andini sangat panik sekali karena takut tertelan. lagi pula sejak kapan lintah masuk kedalam mulut nya, padahal Andini tidak ada makan apa apa pagi sampai sekarang jam sebelas siang.
"Sayang!"
"Abang!"
Andini kaget melihat Hendra yang tiba tiba saja masuk kedalam kamar, mana wajah Hendra juga terliat sangat panik. seperti ada sesuatu yang sudah terjadi, Andini sebenar nya mau bilang bahwa ada lintah di dalam mulut.
"Abang harus ketoko sekarang, Asep gantung diri kata Wawan!" Hendra memang sangat panik.
"Ya allah, kok bisa?!" pekik Andini juga kaget.
"Abang tidak tau, maka nya ini mau ketoko dulu untuk melihat keadaan di sana!" sahut Hendra mengambil kunci mobil.
"Aku ikut enggak, Bang?" tanya Andini kebingungan juga.
"Jangan, kamu di rumah saja! urusan sana biar Abang yang mengurus." cegah Hendra segera pergi dan sempat mencium pipi istri nya sekilas.
"Hati hati, Bang!" teriak Andini berjalan mengikuti suami nya yang sudah jauh.
Hendra meluncur dengan mobil nya menuju toko untuk melihat salah satu anak buah yang di kabarkan bunuh diri, padahal Asep kemarin masih jadi kasir bersama dengan Hendra dan terlihat ceria saja. mendadak sekarang malah gantung diri, tentu nya membuat kaget Hendra yang sedang me time di rumah.
"Ada apa, Bu?" Wati tergopoh gopoh juga.
"Anak buah toko ada yang bunuh diri." jawab Andini singkat.
"Ya allah, kok bisa?!" Wati juga kaget.
"Entah lah, tolong ambil kan aku air dingin." pinta Andini segera duduk di sofa.
Wati pun berlari mengambil air putih dan di beri es batu, itu adalah minuman yang paling Andini sukai sekarang. Andini yang masih kaget dengan kabar Hendra tadi, mendadak jadi ingat lagi bahwa ada lintah yang belum di ambil oada mulut nya.
"Tidak ada, tidak mungkin tertelan kan?!" Andini jadi bingung.
"Ini air nya, Bu." Wati meletakan segelas air dingin.
"Wati tolong lihat mulut saya, pakai masker biar tidak bau." pinta Andini.
Yang di suruh pun menurut saja karena nama nya bekerja, Wati memakai masker dan melihat mulut Andini. semua nya nampak bersih, tidak ada sesuatu yang membuat jadi bau, bahkan tida ada satu pun gigi yang berlubang.
"Tidak ada apa kok, Bu." ujar Wati.
"Sudah kamu lihat semua, benaran tidak ada apa apa?!" tanya Andini memastikan.
"Iya, bersih kok, Bu!" angguk Wati meyakinkan bos nya.
Andini cepat minum air satu gelas agar pikiran tidak kemana mana, satu hal yang di rasa nya agak aneh. walau sudah muntah darah banyak, tapi dia tidak merasa lemas sama sekali seperti biasa nya.
"Aku akan memasak, kau lanjut lah mengepel." suruh Andini.
"Bu!"
"Ya?"
Karena Wati memanggil nya lagi maka Andini pun menghentikan langkah, dia menatap pembantu nya yang seperti agak takut. Wati memang sedang takut, dia menatap kanan kiri dan akhir nya membuka mulut.
"Apa Ibu pernah merasa hal yang aneh?" tanya Wati agak ragu.
"Aneh bagai mana?" Andini bingung dengan pertanyaan pembantu nya.
"Setiap malam saya selalu bermimpi di injak injak oleh seseorang yang bertubuh tinggi, bahkan tinggi nya melebihi rumah ini." jelas Wati.
Andini yang sudah pernah melewati hal ghaib jadi agak termenung, walau pun dia sama sekali belum pernah mimpi hal seperti itu, namun dia juga tidak bisa menyepelekan apa yang sudah Wati alami.
Terima kasih up nya untuk hari ini. Semangat terus ka 💪
Sehat selalu 😄
kesal kali kalau part kau ni muncul ,pengen bungkam mulut kau dengan sambal setan .
Heh! dengar cinta bisa hilang asal gak kau pelihara,asal kau niat melupa, waktu akan menenggelamkan rasamu asal kau mau dan tidak bersua dengan Hendra 😡 .
dasar ndableg,belegug, ah serah manehna. Laila semoga othor gak ngabulin doamu ...