Zhang Wei, seorang pelayan rendahan berusia 15 tahun, terusir dari salah satu keluarga besar di Kekaisaran Qin. Dalam usahanya bertahan hidup sebagai pemburu spiritual beast, ia menemukan sebuah pedang tua yang ternyata menyimpan roh seorang kultivator legendaris bernama Lian Xuhuan.
Dengan kekuatan dan pengetahuan mendalam tentang kultivasi, Lian Xuhuan menawarkan bimbingan kepada Zhang Wei untuk menjadi pendekar hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjamuan di Kediaman Keluarga Song
Zhang Wei tiba di kediaman keluarga Song dengan setelan barunya yang tampak elegan. Setelan itu, meskipun tidak mencolok, memancarkan aura misterius dan kepercayaan diri. Para pelayan yang berjaga di gerbang memperhatikan kedatangannya, tetapi mereka tidak berani mengucapkan sepatah kata pun setelah melihat undangan resmi di tangannya.
Ketika Zhang Wei memasuki aula perjamuan, semua mata sempat tertuju padanya. Song Meiyu segera menyambutnya, senyumnya lembut namun tulus. "Tuan Zhang Wei, terima kasih telah datang. Saya harap perjalanan Anda nyaman."
Zhang Wei mengangguk singkat. "Terima kasih atas undangannya. Ini kehormatan bagi saya."
Song Tianyu, yang berdiri tidak jauh dari mereka, memperhatikan Zhang Wei dengan tatapan penuh perhatian. Meskipun Zhang Wei tampak seperti seorang pemuda biasa, Song Tianyu yang sudah berpengalaman dapat merasakan kehadiran energi luar biasa yang disembunyikan dengan sengaja.
“Anak ini bukan orang sembarangan,” pikir Song Tianyu. Dia memilih untuk tidak mengungkapkan apa pun, menghormati keputusan Zhang Wei untuk menyembunyikan kekuatannya.
Perjamuan dimulai dengan tenang. Para tamu yang hadir adalah tokoh-tokoh penting dari keluarga besar lainnya di Kota Canyu, termasuk beberapa keluarga pedagang yang bekerja sama dengan Paviliun Naga Putih. Zhang Wei, yang bukan orang terkenal, duduk di tempat yang tidak terlalu mencolok.
Beberapa tamu mencoba berbicara dengannya, tetapi Zhang Wei hanya memberikan jawaban singkat tanpa terlalu banyak berbasa-basi. Song Meiyu, yang duduk tidak jauh darinya, beberapa kali memperhatikan pemuda itu dengan senyum tipis.
Namun, suasana yang awalnya tenang itu mulai memanas ketika seorang pemuda dari keluarga Liang, Liang Feng, mulai berbicara dengan nada provokatif.
Liang Feng, yang merasa tersaingi oleh perhatian keluarga Song terhadap Zhang Wei, berdiri dengan gelas anggurnya. “Nona Meiyu, aku mendengar bahwa kau mengundang seorang tamu istimewa hari ini. Apa boleh aku tahu, siapa sebenarnya orang ini?”
Song Meiyu menjawab dengan tenang, “Tuan Zhang Wei adalah tamu kehormatan kami. Dia telah menyelamatkan hidupku beberapa hari yang lalu, dan keluarga Song berhutang banyak padanya.”
Liang Feng mendengus. “Tamu kehormatan? Aku penasaran, apa yang membuatnya layak mendapat gelar itu. Mungkin aku harus menilai sendiri kemampuannya.”
Zhang Wei, yang mendengar ucapan itu, hanya tersenyum tipis tanpa mengatakan apa-apa. Namun, suasana di aula mulai terasa tegang.
Liang Feng melanjutkan, “Bagaimana jika kita mengadakan duel kecil, Tuan Zhang Wei? Sebuah pertarungan persahabatan untuk menguji kemampuanmu. Jangan khawatir, aku akan menahan diri agar tidak terlalu menyakitimu.”
Zhang Wei akhirnya berdiri, menatap Liang Feng dengan dingin. “Aku tidak tertarik bermain-main dengan orang yang hanya bisa bicara besar.”
Ucapan itu membuat Liang Feng memerah karena malu. Beberapa tamu tertawa kecil, tetapi Liang Feng tidak menyerah. Dia melangkah maju, menantang Zhang Wei langsung di hadapan semua orang.
Song Tianyu, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Cukup, Liang Feng. Ini adalah perjamuan keluarga Song, bukan arena duel. Jika kau ingin menunjukkan kekuatanmu, lakukan di tempat yang sesuai.”
Namun, sebelum Liang Feng sempat menjawab, seorang tamu lain dari keluarga Wu, Wu Jian, ikut campur. “Tuan Song, dengan segala hormat, aku pikir tidak ada salahnya jika tamu kehormatanmu menunjukkan sedikit kemampuannya. Ini hanya akan menambah keseruan perjamuan.”
Song Tianyu menatap Wu Jian dengan tajam. “Aku tidak mengizinkan siapa pun merusak perjamuan ini. Jika ada yang merasa tidak puas, mereka boleh pergi.”
Wu Jian tersenyum masam tetapi tidak berkata apa-apa lagi. Liang Feng, meskipun enggan, akhirnya mundur setelah melihat situasi tidak menguntungkannya.
Setelah insiden itu, perjamuan kembali tenang. Namun, Zhang Wei merasa suasana tidak lagi nyaman baginya. Dia memutuskan untuk meminta izin kepada Song Meiyu untuk pergi lebih awal.
Song Meiyu mengantar Zhang Wei ke gerbang, menyesal atas gangguan yang terjadi. “Maafkan aku, Tuan Zhang Wei. Aku tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi.”
Zhang Wei tersenyum tipis. “Tidak masalah. Aku sudah terbiasa dengan hal semacam ini. Terima kasih atas undangannya.”
Song Meiyu menatapnya sejenak sebelum berkata, “Kalau begitu, sampai bertemu di pelelangan nanti. Aku harap kau bisa menemukan sesuatu yang berharga di sana.”
Zhang Wei mengangguk, lalu meninggalkan kediaman keluarga Song. Di perjalanan kembali ke penginapan, suara Lian Xuhuan bergema di pikirannya.
“Anak bodoh, kau terlalu menarik perhatian. Aku sudah bilang untuk tidak mencolok.”
“Apa yang bisa kulakukan, Master? Mereka yang mulai,” balas Zhang Wei dengan nada pasrah.
“Hmph. Jangan sampai insiden seperti ini terjadi di pelelangan. Jika kau terlalu menarik perhatian, kita bisa mendapat masalah besar.”
“Tenang saja, aku akan berhati-hati,” kata Zhang Wei sambil menghela napas. Namun, jauh di dalam dirinya, dia tahu bahwa masalah seperti ini mungkin tidak akan berhenti begitu saja.
Zhang Wei meninggalkan aula utama perjamuan setelah berpamitan dengan Song Meiyu dan Song Tianyu. Aura tenang pemuda itu tampaknya membuat sebagian besar tamu merasa tidak puas, terutama mereka yang tadi mencoba mencari-cari masalah.
Ketika dia berjalan keluar melalui lorong panjang menuju gerbang kediaman keluarga Song, Liang Feng dan Wu Jian, yang sebelumnya sempat mempermalukan diri mereka di depan umum, menunggunya dengan ekspresi tidak bersahabat.
“Berhenti di situ!” Liang Feng berseru, suaranya penuh amarah.
Zhang Wei menghentikan langkahnya, menatap mereka dengan alis terangkat. “Kalian membutuhkan sesuatu dariku?”
Wu Jian melangkah maju dengan senyum dingin. “Kami hanya ingin mengenalmu lebih baik, Tuan Zhang Wei. Bukankah itu wajar, setelah kau menunjukkan dirimu begitu misterius di perjamuan tadi?”
Zhang Wei mendengus. “Mengenal lebih baik, atau mencari masalah?”
Liang Feng mengepalkan tinjunya, suaranya terdengar tajam. “Kau benar-benar sombong untuk seseorang yang hanya diundang karena kebetulan menyelamatkan seseorang! Jangan kira kami akan diam saja setelah penghinaanmu tadi.”
Zhang Wei melirik sekeliling, memastikan tidak ada saksi mata yang bisa menjadi masalah baginya. “Jika kalian ingin mempermalukan diri lagi, silakan. Tapi jangan menyesal.”
Tanpa peringatan, Liang Feng menyerang lebih dulu, tinjunya mengarah langsung ke wajah Zhang Wei. Serangan itu cepat, tetapi bagi Zhang Wei, gerakan Liang Feng terasa lambat seperti siput.
Dengan gerakan sederhana, Zhang Wei menghindar ke samping dan menjentikkan jarinya ke bahu Liang Feng. Sentuhan ringan itu membuat tubuh Liang Feng terlempar beberapa meter, menghantam dinding lorong dengan keras.
Wu Jian, yang menyaksikan itu, segera mundur setengah langkah. “Kau... siapa sebenarnya?!”
Zhang Wei berjalan mendekatinya dengan tatapan dingin. “Aku tidak punya kewajiban menjelaskan diriku pada kalian. Pergi sekarang sebelum aku kehilangan kesabaran.”
Wu Jian mencoba menunjukkan keberanian, tetapi niatnya runtuh saat melihat Liang Feng tergeletak tidak sadarkan diri. Dia hanya bisa menggertakkan gigi sebelum berbalik dan menyeret tubuh Liang Feng pergi.
Setelah insiden itu, Zhang Wei meninggalkan kediaman keluarga Song dengan perasaan tenang. Suara Lian Xuhuan bergema di pikirannya.
“Anak bodoh, aku bilang jangan mencolok! Apa yang kau lakukan barusan?”
“Aku tidak punya pilihan, Master. Mereka memaksa.”
“Hmph. Ingatlah, semakin tinggi kau naik, semakin banyak orang yang akan mencoba menjatuhkanmu. Sebaiknya kau belajar untuk mengendalikan amarahmu.”
Zhang Wei menghela napas. “Baiklah, aku akan lebih berhati-hati.”
Saat berjalan di jalanan kota yang mulai sepi, tiba-tiba tiga sosok bertopeng muncul dari bayang-bayang. Mereka berdiri di tengah jalan, menghalangi jalannya.
“Sungguh malam yang indah untuk sedikit hiburan,” salah satu dari mereka berkata sambil tertawa pelan. “Serahkan barang-barangmu, dan kami mungkin akan membiarkanmu pergi hidup-hidup.”
Zhang Wei mengangkat alis. “Benarkah? Kalau begitu, tunjukkan kemampuan kalian.”
Ketiga pria bertopeng itu saling pandang, lalu menyerang bersamaan. Namun, sebelum mereka bisa mendekat, Zhang Wei bergerak dengan kecepatan luar biasa, memanfaatkan teknik pergerakan yang dia pelajari dari Lian Xuhuan.
Dalam sekejap, salah satu pria itu terjatuh dengan tangan patah, sementara dua lainnya terlempar ke sisi jalan dengan luka parah. Zhang Wei berdiri di tengah jalan dengan ekspresi santai, pedang usangnya yang bersinar samar ada di tangannya.
“Beraninya kalian mencoba merampokku. Kalian benar-benar bodoh,” katanya dingin.
Para perampok itu melarikan diri dengan ketakutan, meninggalkan jalanan yang kembali sunyi. Zhang Wei menyarungkan pedangnya, lalu melanjutkan perjalanannya kembali ke penginapan.
Sesampainya di penginapan, Zhang Wei langsung masuk ke kamarnya tanpa basa-basi. Dia duduk bersila di lantai, menenangkan pikirannya sambil berbicara dengan Lian Xuhuan.
“Master, kenapa semua orang di kota ini suka mencari masalah?”
“Itu karena kau menarik perhatian, bodoh. Sekarang fokuslah. Kita punya banyak hal yang harus dilakukan sebelum pelelangan. Jangan buang waktumu.”
Zhang Wei hanya mengangguk pelan, mulai berkultivasi untuk memulihkan kekuatannya setelah malam yang panjang. Di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini baru permulaan dari perjalanan yang lebih besar dan penuh tantangan.