Sebagai seorang wanita yang sudah kehilangan rahimnya, dia tetap tegar menjalani hidup walau terkadang hinaan menerpanya.
Diam-diam suaminya menikah lagi karena menginginkan seorang anak, membuat ia meminta cerai karena sudah merasa dikhianati bagaimanapun dia seorang wanjta yang tidak ingin berbagi cinta dan suami.
Pertemuannya dengan seorang anak kecil membuat harinya dipenuhi senyuman, tapi ia juga dilema karena anak itu meminta ia menjadi ibunya itu berarti dia harus menikah dengan Papa dari anak itu.
Akankah Yasna menerima permintaan anak kecil itu atau kembali kepada mantan suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Nyonya baru
Duarrr
Perkataan Zahran telah membuat dunia Yasna hancur seketika. Bagaimana Yasna akan menjalani kehidupannya setelah ini? Ia telah kehilangan rahimnya, ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga, bagi para istri dan para wanita.
Melihat Yasna terdiam dengan pandangan kosong membuat Zahran panik, diguncangnya tubuh Yasna berkali-kali. Namun, Yasna tak kunjung merespon.
"Sayang jangan seperti ini, kita akan melewatinya bersama-sama," ucap Zahran.
Zahran sama sedihnya dengan Yasna, tapi ia juga tak bisa melakukan apapun, karena memang ia tak diberi pilihan yang lain.
"Sayang, Sayang!" Zahran memeluk Yasna dan meneteskan air matanya.
Flashback off
"Sayang ... Sayang ....!" panggil Zahran yang sedang bermimpi dan terbangun seketika.
Zahran mengamati sekelilingnya dan tersadar jika Yasna telah menguncinya di luar hingga ia tak bisa masuk, Zahran berjalan menuju kamar berharap Yasna mau membukakan pintu.
Tok tok tok
"Sayang, Sa ... ," ucapan Zahran terhenti kala Zahran membuka kenop pintu ternyata tidak terkunci.
"Sayang ... " panggil Zahran saat ia memasuki kamar, diedarkannya pandangan ke seluruh sudut kamar. Namun, tidak terlihat Yasna di sana.
Zahran membuka kamar mandi dan ternyata kosong, pikiran buruk tiba-tiba datang, segera ia membuka lemari dan ia merasa lega karena tidak ada yang berkurang sedikitpun.
Segera Zahran mencari keberadaan Yasna disetiap sudut rumah. Namun, yang dicari sama sekali tam terlihat, Bik Rahmi yang baru bangun pun heran, melihat Zahran yang seperti mencari sesuatu.
"Tuan, cari apa?" tanya Bik Rahmi.
"Bibik, lihat Yasna?" tanya Zahran, tanpa menjawab pertanyaan Bik Rahmi.
"Tidak, Bibik baru bangun, Tuan," jawab Bik Rahmi.
"Yasna tidak ada di kamar, Bik. Dia kemana? ini masih sangat pagi," tanya Zahran.
"Sebaiknya kita cari dulu, Tuan. Pasti masih disekitar sini, saya bangunkan Zaki dulu, Tuan," ucap Bik Rahmi yang diangguki Zahran.
Baru sebentar Bik Rahmi keluar sudah kembali lagi.
"Tuan, Non Yasna ada didepan lagi ngobrol sama Zaki," ucap Bik Rahmi.
Zahran segera keluar menuju pos Satpam tempat Zaki, Zahran ingat Yasna memang selalu mencari teman bicara, jika ia tak bisa tidur, biasanya Yasna akan membangunkan Zahran untuk diajak berbincang, kadang juga menghubungi Ibunya dan berbicara lewat sambungan telphon.
Mengingat apa yang terjadi pada mereka kini, tidak mungkin Yasna membangunkannya atau menghubungi Ibu, bisa-bisa Ibunya akan sangat khawatir, karena mereka sangat menyayangi Yasna.
Yasna yang melihat Zahran keluar, segera ia pamit pada Zaki dan membawa dua gelas yang sudah habis isinya.
"Sayang," panggil Zahran.
Yasna hanya tersenyum sekilas dan berlalu memasuki rumah. Zahran mengikutinya dari belakang, Yasna berjalan ke dapur untuk mencuci gelas yang ia pakai tadi.
"Sayang, jangan diamkan aku. Bicaralah, kalau perlu pukullah aku, maki aku sepuasmu, tapi jangan diamkan aku seperti ini, aku tidak tahan," ucap Zahran tepat berada disamping Yasna.
Yasna hanya diam tak menanggapi, saat akan kembali ke kamarnya, Zahran mencekal pergelangan tangan Yasna.
"Duduklah dulu, aku ingin berbicara," ucap Zahran pelan, Yasna segera menarik tangannya.
"Aku mau subuhan dulu, sebentar lagi fajar," jawab Yasna berlalu.
"Aku imami," ucap Zahran.
Yasna hanya diam tak mengiyakan tidak juga menolak, Yasna berpikir mungkin ini terakhir ia menjadi makmum suaminya, entah akan ada lagi atau tidak.
Setelah sholat Yasna lebih memilih membaca Al-Qur'an, sungguh ia tak sanggup, mendengar semua kebenaran dari mulut suaminya, jadi ia lebih memilih menghindar, padahal semuanya telah jelas dan nyata, tetapi kenapa ia tidak siap, saat suaminya ingin mengatakan semuanya.
Pukul 06.00 Yasna keluar dari kamarnya, kali ini dia menguatkan hati mendengar semua dari mulut suaminya, semua tak akan pernah selesai jika ia menghindar.
Terlihat Zahran dengan baju santainya dan Bik Rahmi yang sedang menyiapkan sarapan, ini pertama kalinya Yasna tidak menyiapkan sarapan untuk suaminya kecuali jika Yasna sakit.
"Sayang, sini duduklah!" pinta Zahran.
Yasna duduk tanpa berbicara apapun.
"Sayang, aku minta maaf karena sudah mengkhianatimu dan berbohong padamu, aku melakukan semuanya karena Mama yang memintanya, aku tidak bisa melihatmu setiap hari disindir Mama," ujar Zahran.
"Maksudnya?"
"Kamu ingatkan setelah kejadian itu, sikap Mama berubah sama kamu, Mama tidak lagi perhatian apalagi menyayangimu dan kamu pernah mendengar Mama mengutarakan permintaannya, untuk aku menikah lagi. Sejak hari itu Mama sering menghubungiku, menanyakan permintaannya, bahkan Mama tidak segan membawa wanita ke kantor, dan tingkah Mama semakin hari semakin menjadi terhadapmu, Mama semakin menunjukkan tidak kesukaannya terhadapmu, akhirnya aku menyetujui permintaan Mama untuk menikah lagi, asal kita dibolehkan pindah ke rumah kita sendiri," tutur Zahran.
"Dan setelah itu kalian pindah kesini dan esoknya mereka menikah," ucap Faida yang baru datang bersama suaminya, diikuti seorang wanita yang tengah hamil, dan Yasna tahu siapa dia, wanita yang bersama suaminya di Malang, wanita yang bermanja-manja dengan dengan suaminya, wanita yang sudah menjadi Ibu bagi anak-anak Zahran.
"Kenapa dia ada disini?" tanya Yasna.
"Karena mulai hari ini dia akan tinggal disini, menjadi Nyonya di rumah ini," jawab Faida.
"Mama, hanya Yasna yang menjadi Nyonya di rumah ini," ucap Zahran.
"Tidak, Avina lebih pantas jadi Nyonya di rumah ini, karena ia mampu memberimu anak, tidak seperti wanita mandul itu, dulu Mama diam karena Yasna tidak tahu, tapi sekarang Yasna sudah tahu,kamu jadi buat apa disembunyikan, lagi pula dia tidak bisa hamil, dia tidak mungkin berani menuntut cerai, memang siapa pria yang mau menikahi wanita tanpa rahim," ucap Faida tegas.
Deg
Benar apa yang dikatakan Faida, tidak ada pria mana pun yang mau menikahi wanita yang sudah cacat.
"Kenapa kalian melakukan ini padaku?" tanya Yasna pelan.
"Kenapa? Kamu tanya kenapa? Seharusnya kamu tahu diri, kalau kamu itu bukan istri yang sempurna, memberi anak saja tidak mampu, lalu rumah tangga yang seperti apa, yang akan kalian jalani tanpa anak? Siapa yang akan meneruskan keturunan kami?" tanya Faida.
"Tapi Ruby sudah memiliki anak, kan? Mereka juga darah daging kalian," ucap Yasna dengan nada tinggi.
"Kami juga menginginkan anak dari Zahran, anak kandungnya, bukan anak adopsi dan Mama senang Zahran mau menuruti keinginan Mama untuk menikah lagi, lihat istrinya sekarang hamil, anak kedua Zahran," ucap Faida yang tengah emosi.
"Kenapa Mama tidak meminta Papa saja yang menikah lagi? kenapa harus suamiku?" teriak Yasna.
Plakk
Bukan Faida yang melakukannya tapi Zahran, suaminya sendiri yang melakukannya dan itu semakin membuat hati Yasna perih.
"Na, ayo kita pulang, Nak," ucap seorang wanita paruh baya yang tak mereka sadari keberadaannya.
"Ibu," gumam Yasna, air mata Yasna mengalir melihat betapa hancur Ibunya kini, Ayahnya juga tak kalah sedih melihat Yasna.
Yasna segera berlari memeluk Ibunya begitupun Ayahnya yang ikut memeluknya.
"Kamu ikut Ibu pulang ya, Nak!" pinta Alina yang diangguki Yasna.
.
.
.
.
.
terimakasih mbak Author udah di ijinin baca Marathon, Tamat ❤❤❤❤
Emran Yesna ❤❤❤❤