NovelToon NovelToon
Asupan Lorong Kehidupan

Asupan Lorong Kehidupan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Menjadi Pengusaha / Preman / Penyelamat
Popularitas:511
Nilai: 5
Nama Author: Miftahur Rahmi

Di sebuah desa kecil bernama Pasir, Fatur, seorang pemuda kutu buku, harus menghadapi kehidupan yang sulit. Sering di bully, di tinggal oleh kedua orang tuanya yang bercerai, harus berpisah dengan adik-adiknya selama bertahun-tahun. Kehidupan di desa Pasir, tidak pernah sederhana. Ada rahasia kelam, yang tersembunyi dibalik ketenangan yang muncul dipermukaan. Fatur terjebak dalam lorong kehidupan yang penuh teka-teki, intrik, kematian, dan penderitaan bathin.
Hasan, ayah Fatur, adalah dalang dari masalah yang terjadi di desa Pasir. Selain beliau seorang pemarah, bikin onar, ternyata dia juga menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui oleh keluarganya. Fatur sebagai anak, memendam kebencian terhadap sang ayah, karena berselingkuh dengan pacarnya sendiri bernama Eva. Hubungan Hasan dan Fatur tidak pernah baik-baik saja, saat Fatur memutuskan untuk tidak mau lagi menjadi anak Hasan Bahri. Baginya, Hasan adalah sosok ayah yang gagal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tunggu aku disana

Fatur membuka laptopnya dan menyeruput kopinya. Dia membaca ulang tulisannya dan kali ini dia membuat sebuah cerpen dan rencananya akan dikirim ke penerbit juga.

Fatur berhenti sejenak, membaca ulang paragraf itu. Ia tersenyum puas. Menulis adalah caranya berbicara tentang apa yang ia rasakan, tanpa harus mengatakannya langsung kepada siapa pun.

Menulis bisa menuangkan rasa marah, sedih, dan rasa dendam yang tak terbalaskan, bisa kita balaskan dalam bentuk cerita. Dalam pikirannya, dunia ini penuh dengan ketidakadilan, dan hanya mereka yang kuat yang bisa bertahan.

Di pagi harinya Fatur mendapatkan notifikasi dari salah satu stasiun tv dan dia senang sekali mendapatkan tawaran bahwa, salah satu dari tulisannya di lirik oleh stasiun tv untuk dijadikan sinetron.

Mata Fatur berbinar. "Ini awal yang bagus," gumamnya dengan senyum kecil.

Ia merasa menang. Meskipun hidupnya penuh kekacauan, ia berhasil menciptakan sesuatu yang bisa ia banggakan. Dia sangat senang tulisannya diminati banyak orang. Fatur makin hari makan naik daun. Dia di undang menjadi pembicara dan motivator disebuah acara. Pengalaman dia menulis membuat penulis amatir terinspirasi untuk lebih giat menulis dan mengejar cita-citanya.

Apalagi dia masih muda. Diusia 21 tahun sudah menjadi penulis hebat. Dia sangat bersyukur, pengalaman hidupnya yang dia jadikan novel, diminati banyak orang.

Kesuksesan Fatur terus berkembang. Namanya semakin dikenal di dunia penulisan. Setiap acara yang ia hadiri selalu dipenuhi oleh para penulis muda dan pembaca setianya yang ingin mendengar langsung kisah perjuangannya.

Namun, di balik semua kegemilangannya, Fatur masih bergelut dengan luka-luka lama yang belum sepenuhnya sembuh. Ia sering mengurung diri di kamar, kembali menatap foto keluarganya. Wajah Hasan, ayahnya, dan adik-adiknya seolah berbicara padanya. Rasa rindu bercampur dendam yang tak pernah padam selalu menyusup di sela-sela kesibukannya.

Tak lupa dia juga mencari tahu dimana adik-adiknya sekarang, dan sedikit harapan bisa kembali bertemu sama uminya yang kini hilang bak ditelan bumi.

Setelah kepergiannya hari itu, Fatur tidak pernah lagi berjumpa dengan uminya.

Fatur semakin tenggelam dalam dunia tulisannya, namun setiap kata yang ia tulis kini terasa semakin berat. Ketika menulis, dia merasa seolah menulis kisah hidupnya sendiri.

Fatur menulis lagi, bukan hanya untuk menciptakan cerita, tetapi untuk menciptakan jalan bagi dirinya sendiri menuju penebusan, atau kehancuran.

disore hari, Fatur melangkah pelan menuju makam Astuti, teman baiknya yang rela terbunuh demi menyelamatkannya dari maut.

Fatur duduk bersila disamping makam Astuti. Dengan tangan gemetar, dia membuka surah yassin dan membacanya perlahan. Fatur menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya. Namun, setiap ayat yang dia baca mengingatkan dia kembali di kejadian kelam itu.

Bayangan malam itu kembali membanjiri pikirannya. Saat Astuti berlari ke arahnya, berusaha melindunginya dari amukan Vino dan teman-temannya. Bagaimana tubuh mungil gadis itu berdiri di antara Fatur dan bahaya, meneriakkan kata-kata penuh keberanian, "Hentikan!"

Namun, keberanian itu harus dibayar mahal. Fatur teringat jelas bunyi kapak yang menghantam pundak Astuti, sebuah suara yang kini selalu menggema di dalam benaknya. Tubuh Astuti jatuh ke tanah dengan keras, wajahnya menahan rasa sakit yang tak tertahankan. Fatur berusaha menahan air matanya saat ingatan itu makin menyayat hati.

"Aku... mencintaimu..." bisikan terakhir Astuti malam itu kembali menggema dalam pikirannya. Mata gadis itu perlahan tertutup, meninggalkan Fatur dalam kesendirian yang gelap dan dingin.

Fatur menghentikan bacaannya, tangannya gemetar tak terkendali. Air mata yang selama ini ia tahan akhirnya jatuh, membasahi lembaran kitab di tangannya.

"Maafkan aku, Astuti... Aku nggak bisa melindungimu..." gumamnya dengan suara serak.

la memandang nisan itu, seolah-olah berharap Astuti bisa mendengarnya.

 "Seandainya aku kita bisa bertemu As. Seandainya aku tidak berkelahi malam itu dengan Vino... Mungkin kamu masih ada di sini."

Fatur menundukkan kepala, mencoba melanjutkan bacaannya. Namun, suara Vino yang penuh ejekan di malam itu, suara tawa teman-temannya, semuanya kembali membakar dendam dalam hatinya. Fatur mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah yang kembali membuncah.

"Astuti..." bisiknya lirih.

"Aku nggak akan pernah lupa. Nyawamu nggak akan sia-sia. Mereka sudah tamat, As." dia menutup kitab Yassin dengan lembut, lalu menyentuh nisan Astuti.

"Tunggu aku di sana. Aku akan segera menemuimu."

Fatur menghela napas pendek. "As... Aku berhasil menjadi seorang penulis. Banyak yang suka dengan karyaku, dan sudah ada di jadikan series. Jika kau ada disini, pasti kita bisa merayakannya bersama." ujar Fatur lirih. Dia mengusap air matanya dengan kasar.

"Aku rindu kamu As..."

Jantung Halimah bergemuruh saat seorang pria muda menyebut nama Vino. Halimah baru saja menjenguk makam anaknya. Namun dia tidak sengaja mendengar nama Vino disebut oleh pria itu. Halimah mencoba menepis pikiran buruknya. Namun rasa penasarannya membuatnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Kamu kenal Vino?" tanya wanita tua itu. Wajahnya terlihat tua dan lelah, namun sorot matanya menyimpan kesedihan yang mendalam. Fatur segera menoleh ke sumber suara. Fatur hanya diam mengeryitkan keningnya.

"Vino meninggal karena berkelahi sama temannya. Mereka satu kelas dan belajar di sekolah yang sama. Di SMA 2." jelas bu Halimah tersenyum tipis.

"Ibu mengenal Vino?" tanya balik Fatur.

"Iya, dia putra saya satu-satunya. Tapi dia sangat nakal." jelas bu Halimah tersenyum getir.

Menghela napas panjang. Fatur terdiam, apalagi melihat sosok ibu Vino yang nampak kurus dan kelihatan tua. Pasti menanggung banyak beban. Pikir Fatur. Seketika dia mengingat uminya. Air matanya menetes. Halimah mengusap air mata itu perlahan.

"Kenapa menangis? Kamu rindu banget ya sama dia?" tanya Halimah menunjuk kemakam Astuti. Fatur hanya menganguk pelan.

"Dia teman baik saya. Dia meninggal karena menyelamatkan saya." jawabnya lirih.

"Tapi, seketika aku mengingat umiku saat melihat wajah ibu... Aku rindu umiku." ucapnya lirih menatap Halimah dengan tatapan sendu.

"Bolehkah ibu menjadi ibuku? Sepertinya kita mengalami masalah yang sama, jika kita bersama pasti lebih bisa menjaga." ucap Fatur pelan. Halimah menganguk.

"Sekarang kamu bisa panggil aku umi." jawab Halimah perlahan. Fatur berdiri memeluk wanita tua itu.

"Sekarang umi akan tinggal bersamaku." jawabnya dengan tersenyum.

"Tapi umi punya suami. Nanti umi akan sering menjengukmu dirumahmu, atau kamu mau tinggal bersama umi?" Fatur mengelengkan kepalanya.

"Aku nggak mau punya ayah, aku hanya mau punya ibu saja..." ucap Fatur perlahan. Rasa trauma memiliki ayah yang kasar dan tidak bertanggung jawab, masih belum bisa dia lupa. Dia hanya butuh seorang ibu yang bisa menenangkannya. Bukan seorang ayah yang egois.

Pertemuan tidak sengaja itu membuat keduanya saling akrab dan menyayangi satu sama lain. Layaknya sebuah keluarga kecil bahagia.

Fatur bertekad akan membahagiakan Halimah.

1
Miftahur Rahmi
Ayo tebak siapa yang teror Hasan dan Eva?
Graziela Lima
Cerita yang mampu.
Miftahur Rahmi: Makasih kak udah mampir. semoga suka ya, dengan ceritanya
total 1 replies
Ming❤️
Tolong update sekarang juga biar bisa tidur malam dengan tenang.
Miftahur Rahmi: udah upload chapter 4 kak, tapi belum disetujui sama editor. makasih ya kak, udah mau baca novel saya. jika ada salah dalam penulisan, apalagi titik koma nya, harap di koreksi ya kak. maklum masih amatir kak😥😃
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!